Prabowo Menderita Penyakit Jiwa Delusi Megalomania?
Cari Berita

Advertisement

Prabowo Menderita Penyakit Jiwa Delusi Megalomania?

Jumat, 19 April 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh Suko Waspodo

Dutaislam.com - Mengamati perilaku Prabowo Subianto, yang semakin memuakkan dalam menyikapi hasil pilpres yang dimenangi oleh Jokowi (hasil hitung cepat sementara, red), membuat diskusi saya dengan seorang kawan politisi senior dari jaman Orba menjadi kian menarik.

Menurut kawan saya yang sangat mengenal Prabowo ini, Prabowo ternyata memang orang yang sakit. Prabowo menderita penyakit kejiwaan yang disebut delusi megalomania.

Menurut dia, seharusnya KPU sejak awal sudah tidak meloloskan Prabowo Subianto. Prabowo cenderung selalu membenarkan diri sendiri, egois dan tidak tahan stress. Selama dalam TNI-AD salah asuh, tidak ada yang menegur dan bertindak semaunya sendiri.

Baca: Prabowo Hanya Iman Hasil Quick Qount Dikala Menang Saja

Atasannya enggan mengingatkan karena seringnya terjadi konflik melawan atasan. Selama hampir 20 tahun dalam lingkungan militer, sifat-sifat itu berkembang tanpa kontrol.

Hal ini pastinya sudah diketahui dalam test psikologi ketika seleksi capres-cawapres, tetapi yang mengherankan adalah, mengapa pula KPU meloloskannya? Inilah yang justru membuat KPU mengalami kesulitan sendiri pasca Pilpres kali ini.

Penyakit kejiwaan yang diderita Prabowo membuat dia menjadi merasa memiliki suatu bentuk fantasi tentang kekuatan, kekayaan dan ‘kemaha-besaran’ di dalam dirinya. Hal ini terkadang disebabkan oleh obsesinya akan kebesaran dan kemuliaan, baik itu secara pemikiran atau perbuatan, yang tidak tercapai.

Para penderita delusi megalomania, seperti yang dialami Prabowo ini, memiliki kecenderungan akan tetap mempertahankan suatu keyakinan walau telah terbukti bertolak belakang dengan kenyataan, dengan tujuan memenuhi hasrat obsesi mereka dalam bentuk fantasi.

Pada taraf kritis, megalomania dapat membahayakan penderitanya disebabkan keyakinan dirinya untuk mampu melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia normal.

Jenis penyakit kejiwaan ini, menurut Sigmund Freud, adalah akibat dari sebuah narsisisme kedua yang muncul pada seseorang yang mengidap penyakit mental.

Berbeda dari narsisisme utama yang biasa muncul pada bentuk narsistis kebanyakan, narsistis ini bersifat patologis karena mengarahkan pada skizofrenia, dengan jalan mendorong harapan dan impian dari belakang libido sehingga terpisah dari obyeknya di dunia nyata dan pada akhirnya menghasilkan megalomania.

Baca: Prabowo Jenguk Sandi Ditemani Kucing Kesayangan

Narsisisme kedua yang ada pada bentuk penyakit mental menurut Freud berbentuk membesar-besarkan diri sendiri yang merupakan hasil dari manifestasi ekstrim dari narsisisme utama yang biasa terdapat dalam diri setiap individu.

Berdasarkan teori Freud yang tertulis di atas, maka dapat kita ketahui bahwa akar dari megalomania adalah narsistik yang sakit sangat akut, dimana penderitanya memiliki keyakinan diri yang dibesar-besarkan, berbentuk delusi atau waham dan diyakini secara absolut.

Sikap tidak mau menerima kritik walau salah sekalipun, dan tetap percaya terhadap apa yang sebenarnya telah terbukti salah merupakan sifat dari kepribadian megalomania. Hal ini terjadi karena keyakinan yang menganggap diri maha sempurna dan tidak mungkin melakukan kesalahan.

Walau kecenderungan irasionalitas merupakan kenyataan, namun jika keadaan ini dimiliki oleh seseorang yang memiliki pengaruh dalam sosial-politik, maka akan menimbulkan masalah yang besar.



Sekarang kita bisa memperkirakan apa yang akan terjadi apabila suatu bentuk pemerintahan dilandasi oleh keputusan megalomania yang ditetapkan oleh pemimpin yang sakit, hal tersebut akan mengarahkan pada roda pemerintahan  ke arah kehancuran.

Mengapa? Karena Keputusan yang diambil bertujuan hanya untuk memenuhi hasrat kebesaran yang dimiliki oleh sang pemimpin megalomania, tidak berpihak kepada yang diperintah, atau bahkan tidak berdasar pada kenyataan sama sekali.

Itulah penyakit kejiwaan yang diderita oleh Prabowo sejak dulu. Kita bayangkan apabila Prabowo yang memenangi pilpres kali ini, akan seperti apa kondisi negeri ini? Pemerintahan pastinya akan kacau-balau dan negara menjadi hancur karena dipimpin oleh seorang presiden yang menderita penyakit kejiwaan.

Sedikit tambahan, merujuk pada tulisan kuno "sebab di dahinya ada tanda, dan merupakan bilangan manusia". Baca: Viral Sandi Diusir Prabowo Pra Deklarasi Klaim Menang Pilpres

(Kata tanda bukan bermakna fisik, tetapi merupakan methapora ini kemungkinan besar adalah gangguan jiwa. Anda pasti bertanya, bagaimana mungkin orang jaman dahulu bisa memastikan dia mengalami gangguan jiwa? Pasalnya, dari dahulu, untuk menandai orang semacam itu, kita lazimnya membuat isyarat jari di atas kening kita. Nah, isyarat ini dari dahulu tak pernah berubah. Anda mau dibuat isyarat seperti itu dengan sembunyi-sembunyi?)

Demikianlah tulisan ini hanya bermaksud untuk berbagi pengetahuan agar bisa membuka wawasan kita dalam menyikapi perilaku Prabowo. Selanjutnya, kita sudah selayaknya mengucap syukur bahwa Pilpres kita tidak dimenangi oleh orang yang menderita penyakit kejiwaan. [dutaislam.com/ab]

Keterangan: 
Esai ini dimuat pertama oleh penulis di situs Kompasiana.com, tapi kemudian penulis disuspend akunnya. Karena analisisnya menarik, dan berisi kajian psikoanalisa, redaksi Duta Islam memuatnya kembali dengan editing teks seperlunya. 

Link asal:
https://www.kompasiana.com/sukowaspodo_99/54f685b7a333116c058b4f34/penyakit-kejiwaan-prabowo-subianto. (sudah dihapus pihak Kompasiana.com)
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB