![]() |
Rois Syiriah PWNU Jawa Tengah Kiai Ubaidillah Shadaqah. Foto: Istimewa. |
Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahldatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah Kiai Ubaidillah Shodaqoh menceritakan, saat NU terkungkung di bawah PPP saat itu, segala kegiatan NU yang bersifat universal dan keummatan selalu dihubungkan dengan politik. Karena itu, lanjut Gus Ubed, NU kembali ke Khittah.
Gus Ubed menegaskan, NU menjaga jarak dengan partai politik dan tidak ikut campur dengan partai politik. Namun, NU tetap membebaskan kepada kadernya NU untuk terjun di dunia politik. "Khittah itu, politik kita politik kebangsaan, bukan politik partisan," kata Gus Ubed kepada dutaislam.com, Kamis (28/03/2019).
Gus Ubed membantah jika NU disebut melanggar khittah dan berpolitik praktis sebagaimana digaungkan kelompok Gerakan Khittah 26 NU di Jawa Timur. Pasalnya, tidak ada dukungan politik yang mengatasnamakan NU. Yang ada adalah warga NU, bukan NU sebagai organisasi.
"Kita tidak melanggar khittah, karena itu sudah yang tepat, kalau kita melanggar khittah berarti kita mengkerdilkan diri. NU itu besar tidak bisa dikooptasi oleh partai politik," ujarnya.
Jika banyak warga NU yang condong kepada Jokowi-Amin daripada Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019, menurut Gus Ubed, hal ini semata-mata karena kebetulan Kiai Ma'ruf Amin sebagai kader NU ada sana. Di satu sisi, berdasarkan ijithad kiai-kiai NU, Jokowi-Amin lebih menguntungkan karena banyak bersinergi dengan aswaja.
"Ini justru saatnya kita menyalurkan politik kebangsaan. Apakah kalau Mbah Amin tidak jadi terus NU mati? tidak. Mengapa harus kiai Ma'ruf? karena dia kader kita," katanya. [dutaislam.com/pin]
