![]() |
Membaca Al-Qur'an di tengah mengimami shalat. Ilustrasi foto: istimewa. |
Kalangan Islam radikal sering memanfaatkan keikhlasan para kiai dalam perjuangan dakwahnya. Keluguan kiai dimanfaatkan untuk kepentingan politik mereka, tapi sang kiai tidak merasa demikian.
Buktinya, kalangan Islam radikal banyak yang memanfaatkan jiwa anti komunisme sang kiai untuk menggiring agar dia mau dijadikan bamper meraih dukungan politik massa. Tanpa data bertumpuk, sang kiai mau saja diminta menyebut kalau pemerintahan saat ini adalah pemerintahan komunis.
Baca: Gus Qoyyum: Ustadz Bau Makelar Negara, Medeni Wong
Padahal, jika sang kiai mau mencari informasi, komunisme di Hongkong saja sudah tidak laku dibahas. Anehnya, ada kiai yang mau saja diberi kabar bohong bangkitnya komunisme di Indonesia, hanya dengan data-data seorang tentara bicara di podium, propaganda.
Kiai yang taktis dalam berikhlash itu contohkanlah KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen) Sarang Rembang. Untuk memutuskan mendukung Capres Jokowi, beliau berbekal data segepok serta diskusi panjang empat jam empat mata dengan tokoh nasional yang mengetahui informasi penting kepemerintahan dan negara.
![]() |
Suasana diskusi bersama Komunitas Santri Mlandang di Jepara, 5 April 2019. Foto: Dutaislam.com |
Baca: Saat Demo Berlangsung, Presiden Tetapkan KHR As'ad Syamsul Arifin Pahlawan Nasional
Ia terbujuk oleh isu penistaan agama yang terbukti kemudian hanya demi kepentingan politik elit partai tertentu saja. Ikhlasnya memperjuangkan kesucian Al-Qur'an sang kiai dimanfaatkan oleh para elit politik yang tidak peduli kerukunan hidup berbangsa dengan kekayaan identitas primordialnya.
Itulah akibatnya jika ikhlashnya sang kiai tidak taktis, strategis dan bermanhaj (metodik). Selamatkanlah bila Anda menemukan sosok kiai atau putra kiai yang begitu. Selamatkanlah! Sungguh, selamatkanlah!
Demikian catatan Duta Islam dalam diskusi gayeng bersama Komunitas Santri Mlandang di Jepara, Jumat petang, 5 April 2019. [dutaislam.com/ab]
