Dua Kiai Zainuddin Nganjuk yang Ampuh
Cari Berita

Advertisement

Dua Kiai Zainuddin Nganjuk yang Ampuh

Duta Islam #02
Sabtu, 27 April 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Gerbang selamat datang Kabupaten Nganjuk. (Foto: istimewa)
Oleh Ainur Rofiq Al Amin

DutaIslam.Com - Di Nganjuk dikenal ada dua Kiai Zainuddin. Pertama Kiai Zainuddin yang tinggal di Cepoko, kedua Kiai Zainuddin yang tinggal di Mojosari. Selama ini yang kita kenal adalah kiai Zainuddin Mojosari. Sebenarnya masih ada Kiai Zainuddin lain, yakni yang berasal dari Cepoko Nganjuk.

1. Kiai Zainuddin Cepoko asalnya dari Sewulan (putra Kiai Sewulan). Ketika masih remaja, Kiai Zainuddin Cepoko suka adu kadigdayan. Pernah suatu saat beliau tarung dengan pemuda Grobogan. Tarung pada waktu itu disebut benten. Ternyata beliau kalah. Setelah kalah, beliau bertekad untuk mengasah kesaktiannya dengan topo kalong. Yakni puasa sambil menggantung kaki selama 41 hari.

Ketika sedang berpuasa, beliau ditemui secara gaib oleh Mbah Basyariyah Sewulan dan ditanya, "Kenapa Nak kamu kok puasa?" Ternyata jawaban Mbah Zainuddin Cepoko tidak sesuai dengan niat awal tadi, yakni untuk kesaktian. Beliau justeru menjawab, "Supaya bisa ngaji Mbah." Mimpi dialog gaib ini berlangsung sampai tiga kali. Selanjutnya Kiai Zainuddin ini mondok di Termas, dan terakhir mondok di Cepoko.

Beliau diambil menantu oleh Kiai Muhtar dengan putrinya yang bernama Asbiroh. Sekedar informasi, Mbah Kiai Muhtar adalah putra Kiai Ali Imron, pendiri Pondok Mojosari Nganjuk. Kiai Muhtar ini menantu Bupati Pertama Berbek yakni KRT. Sosrokoesoemo I atau sering dipanggil dengan sebutan Kanjeng Djimat. Mbah Kiai Muhtar mempunyai anak lelaki bernama Kiai Imam Asyraf. Mbah Imam Asyraf mempunyai putri bernama Mbah Raden Khodijah yang selanjutnya dinikahkan dengan Kiai Hamid Chasbullah (adik KH. Wahab Chasbullah) Tambakberas Jombang.

Murid Kiai Zainuddin Cepoko ini antara lain Mbah Wahab Chasbulloh dan Kiai Zainuddin Mojosari. Saat Kiai Zainuddin Mojosari sudah mengasuh pondok Mojosari, beliau masih menyempatkan untuk mengaji ke Cepoko.

Di antara keistimewaan Kiai Zainuddin Cepoko, suatu saat santrinya digigit ular. Akhirnya dengan kemampuan spiritualnya beliau mengundang seluruh ular yang ada. Maka penuhlah halaman rumah beliau dengan ular. Semua ular yang ada disumpah agar jangan menggigit anak turunnya hingga tujuh turunan. Dan betul tujuh turunan Mbah Zainuddin mempunyai kelebihan terkait dengan ular.

2. Kiai Zainuddin Mojosari asalnya dari Padangan Bojonegoro. Beliau mondok di langitan. Di Langitan inilah beliau diambil menantu oleh kiai Sholeh Langitan (istri Kiai Sholeh adalah putrinya Yai Mukhtar Cepoko).

Selanjutnya, Kiai Zainuddin Mojosari diutus oleh Mbah Muhtar Cepoko agar ngopeni (mengasuh) pondok Mojosari, menggantikan Kiai Nurmuhyiddin yang pindah ke Poleng Mojoduwur (Kiai Nurmuhyiddin menantunya Kai Muhtar).

Santri-santri Kiai Zainuddin Mojosari antara lain KH. Wahab Hasbulloh, Kiai Jazuli (ayah Gus Miek), Mbah Wali Fattah Mangunsari Tulungagung.

Diantara keistemewaan Kiai Zainuddin Mojosari adalah kemampuan beliau memahamkan orang asing dengan cara dirangkul. Lebih jelasnya saat bertemu dengan Belanda, dia langsung dirangkul Yai Zainuddin. Maka terjadilah dialog yang satu menggunakan bahasa Jawa dan yang lain dengan bahasa Belanda. [dutaislam.com/gg]

Sumber
1. Kiai Zainuddin Poleng, wawancara pada 28 Juni 2017
2. Kiai Masyhudi Sanggrahan

Source: Ainur Rofiq Al Amin

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB