Penolakan ratusan santri milenial yang berasal dari sejumlah pondok pesantren Nahdliyin di Jawa Tengah tersebut disampaikan dalam bentuk deklarasi bersama di sela-sela Forum Diskusi Milenial "Merajut Nilai-nilai dan Memeprkokoh Kebangsaan dan Keagamaan" di Pondok Pesantren Al-Barokah, Samben, Wonosari, Klaten, Sabtu (30/03/2019).
"Kami santri milenial Jawa Tengah dengan tegas menolak segala macam penyebaran berita hoaxs, penggunaan agama sebagai sumber ujaran kebencian dan kepentingan politik praktis," katanya, serentak saat deklarasi.
Selain menolak isu agama sebagai alat politik, para santri menolak penyebaran berita bohong (hoax) yang marak terjadi di jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Mereka juga menolak segala macam upaya yang akan mengganggu proses Pemilu.
"Kami santri milenial Jawa Tengah menolak segala macam upaca yang akan menggangu proses pemilu dan mendukung penindakan tegas terhadap pengacau," lanjutnya.
Tak hanya itu, dalam rangka menjaga Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat, mereka menolak penyebaran paham agama yang cenderung radikal dan intoleran. Sebaliknya, mereka bersepakat untuk menyebarkan Islam yang ramah dan merawat perdamaian di tengah-tengah kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara serta, terutama di media sosial.
"Kami santri milenial Jawa Tengah bertekat menyebarkan Islam ramah di masyarakat maupun media sosial dan akan selalu merawat perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai Pancasila dan NKRI," katanya.
Selanjutnya, sebagai bentuk komitmen itu, para santri bersama-sama membubuhkan tanda tangan di atas spanduk usai deklarasi. Spanduk yang sudah penuh dengan tanda tangan kemudian dipajang di emperan Masjid Al-Barokah.
Dalam upaya menyebarkan Islam yang ramah di dunia gigital, Direktur NU Online Savic Ali yang menjadi pemateri diskusi mengatakan, santri tidak perlu membuat website. Cukuplah memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter.
Pemanfaatan media sosial, menurut Savic, akan lebih mudah daripada harus membuat website. Agar banyak dijangkau maka postingan di media sosial haruslah berkaitan dengan isu-isu besar sedang terjadi.
"Saran saya media soal saja karena kalau web masih butuh update, tim, dan harus dikelola secara konsisten," katanya.
Forum Diskusi Milenial terselenggara atas kerjasama PP Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika RI yang melibatkan ratusan santri milenial Nahdliyin se Jawa Tengah. Selama dua hari, Sabtu (03/03/2019) hingga Ahad (31/03/2019) mereka dididik berperan aktif di media sosial dengan menyebarkan konten-konten positif. [dutaislam.com/pin]
