Dahsyatnya HOAX Mengguncang Pesantren Pulosari, Malang
Cari Berita

Advertisement

Dahsyatnya HOAX Mengguncang Pesantren Pulosari, Malang

Duta Islam #02
Sabtu, 16 Maret 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Suasana aktivitas Ponpes Miftahu Falahil Mubtadi'ien pasca tersebarnya isu fatwa kiamat. (Foto: lamongantimes.com)
Oleh Reza Imam Yahya

DutaIslam.Com - Baru saja saya melihat tayangan TV One yang menampilkan berita huru-hara kiamat sudah dekat yang katanya disampaikan oleh Gus Romli, pengasuh pondok pesantren Miftahu Falahil Mubtadi’ien, Pulosari, Kasembon, Malang. Ketika profil pengasuh dan pesantren Pulosari ditampilkan, reflek saya teringat dengan sosok pendiri pesantren yaitu ayah mertua saya; KH. Sholeh Saifuddin seorang Kiai dan Mursyid Thoriqoh Akmaliyyah.

Seringkali ketika kami duduk santai berdua atau bersama keluarga, beliau bercerita tentang perjuanagn syiar Islam di dusun Pulosari, awal mula berdirinya pesantren yang beliau bina dan hingga kisah-kisah beliau ketika mondok di sumbersari, bendo dan pesantren-pesantren lainnya. Dalam cerita beliau, Miftahu Falahil Mubtadi’ien adalah sebuah kalimat yang beliau temukan ketila beliau mengaji (mbalah) kitab syarah Safinatun Najah yang pada akhirnya menjadi nama pesantren yang beliau dirikan, dengan harapan semoga menjadi doa yang serupa dengan maknanya: Kunci Kesuksesan Para Pemula Pencari Ilmu.

Keseharian beliau yang saya tahu setiap hari hanya dihabiskan untuk sholat berjama’ah dengan para santri dan mengaji dengan para santri atau jama’ah. Bahkan beliau aktif setiap malam membangunkan para santri untuk diajak qiyamul lail. Sehari-hari bersama keluarga anak dan cucu menjadi keseharian beliau dan bersama santri ngopeni hewan ternak, memberi makan sapi, kambing, ayam dan ikan menjadi hiburan. Begitu polos hidup dan pola pikirnya terhadap dunia hingga beliau tidak berkenan pesantrennya diberi papan nama dipinggir jalan seperti layaknya pesantren yang kita temui.

Pernah saya tanyakan, kenapa abah tidak memasang papan nama atau papan arah ke pesantren? Beliau menjawab dengan ringan: ya biar saja nanti juga akan ditunjukkan oleh gusti Alloh sendiri. Suatu ketika pernah saya tawari program pendanaan dari pemerintah untuk pesantren, dengan keras beliau menolak sambil mengatakan; saya tidak mau pondok ini dibangun dari hasil pencairan proposal saya hanya ingin pondok ini dibangun dari pencairan proposal dari Alloh.

Setelah sepeninggal beliau, tongkat estafet pengasuh pesantren serta thoriqoh dilanjutkan oleh putra beliau Gus Romli. Tidak jauh beda antara Kiai Sholeh dan Gus Romli hanya beda fisik saja, Kiai Sholeh berbadan kurus sedangkan Gus Romli berbadan gemuk. Aktifitas serta keseharian Gus Romli juga tidak jauh beda dengan abahnya, hanya saja Gus Romli pernah mendirikan sebuah jama’ah pengajian dan sholawatan yang dinamakan dengan MUSA AS. Seperti layaknya majelis pengajian dan sholawatan, Gus Romli mengajak jama’ahnya untuk bersholawat, mengaji, memberikan nasehta kepada para santri dan jama’ahnya.

Saat ini Gus Romli sedang dicoba oleh Alloh dengan ganasnya berita HOAX yang mendiskripsikan sesuatu yang sangat jauh dari kebenaran dan bertolak belakang dengan latar belakang pendidikannya yang notabene alumni pesantren Lirboyo dan bahkan semoat berkhidmat di pesantren tersebut. Pertama kali saya membaca sebaran di medsos saya sempat kaget dan tertawa geli sambil berkata ono-ono ae iki para penyebar HOAX. Yang paling membuat saya tertawa geli adalah berita bahwa Gus Romli merubah rukun Islam, suatu hal yang tidak masuk akal. Walaupun toh demikian saya sempatkan untuk bertemu langsung dengan Gus Romli sekaligus sambang dan sowan kepada ibu mertua saya.

Saat saya sowan dan sungkem kepada sang ibu, saya melihat kesedihan dan kegelisahan yang mendalam diwajah beliau, walaupun terkadang berusaha ditutupi dengan senyuman yang terurai karena dihibur oleh anak serta cucu beliau. Hal itu karena sebaran berita HOAX yang berisi fitnah kepada putra sulung beliau yakni Gus Romli. Pada akhirnya beliau tak tahan menahan air mata sambil mengatakan; piye lee mas mu, piye lee pondoke?(gimana nak ini kakakmu dan gimana nak ini pondoknya?). Sebelum saya menjawab, hati saya sempat membersit; dimana hatimu hai pembuat HOAX!. Saya hanya bisa menenangkan beliau dengan ucapan; insyaAlloh masalah akan segera selesai, saat ini Alloh sedang memberi ujian dan insyaAlloh akan segera usai.

Di ruang keluarga, di rumah almarhum Kiai Sholeh, di situ saya berbincang dengan Gus Romli. Gimana kabar Mas Rom? Semoga sehat, kuat, sabar dan tabah, begitu yang saya sampaikan saat mengawali pembicaran dengan Gus Romli. Menurut Gus Romli, apa yang diberitakan diluar itu sama sekali tidak benar, itu hasil pemelintiran oknum yang tidak suka dengan pesantren Pulosari, bahkan saya tidak pernah mengatakan seperti itu atau bermaksud seperti itu. Gus Romli lanjut mengatakan bahwa tarikan dana itu tidak ada yang ada adalah uang saku santri bagi yang ingin mondok dibulan Rajab, Sya’ban dan Romadlon yang sudah menjadi aturan layaknya santri kalau mau mondok harus punya uang saku untuk menghidupi dirinya sendiri selama berada di pondok.

Merubah rukun Islam adalah berita fitnah besar, terjadi huru-hara sehingga para jama’ah diwajibkan membeli pedang itu adalah bohong, sedangkan kiamat sudah dekat memang dari dulu kiamat sudah dekat tapi tidak pernah ada statement untuk mengungsi ke pondok atau menjual aset. Saya hanya memaparkan tanda-tanda kiamat sesuai dengan yang ada di kitab kuning, begitu paparan Gus Romli. Semoga Alloh memberi ketabahan dan kesabaran dalam melalui cobaan ini.

Hanya sebagai bahan evaluasi saja, berita HOAX yang memfitnah pesantren Pulosari sangat berpotensi menjadi sebuah alat pengalihan suasana yang dapat merusak suasana menuju pesta demokrasi. Sebenarnya hanya masalah sepele yang tidak memiliki ujung kebenaran akan tetapi fitnah ini terus menerus ada yang memblow up. Hanya dari diri kita dimana kita memulai untuk tidak menyebar berita HOAX yang meresahkan, agar kita tetap merasakan kedamaian lingkungan kita. Janganlah kita menjadi korban HOAX dengan cara memakan mentah-mentah serta menpercayai kontens berita HOAX.

Pada sebuah kesempatan saya pernah menyampaikan sesuatu sebagai langkah-menyikapi berita HOAX. Tabayyun, Tasyawur dan Tawaasu/Tausiyah. Tabayyun merupakan langkah awal yang kita lakukan ketika kita menerima berita HOAX. Sebagai orang yang terpelajar dan memiliki kehati-hatian sebaiknya lebih mengedepankan tabayyun atau mencari kejelasan terlebih dahulu kepada orang yang bersangktukan. Tasyawur adalah tindakan kedua dengan memusyawarahkan hal yang menjadi materi HOAX dan perihal perkembangan materi serta menangkal HOAX secara bersama. Tawasau atau tausiyah seperti yang termaktub dalam ayat terakhir surat al ‘ashr menjadi langkah terakhir untuk saling bisa menasehati antara satu dan yang lain agar terhindar dari musibah dan diberi keselamatan. [dutaislam.com/gg]

Source: Reza Imam Yahya

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB