Anehnya Ulama Jahil Sorrof Masih Jadi Panutan
Cari Berita

Advertisement

Anehnya Ulama Jahil Sorrof Masih Jadi Panutan

Duta Islam #03
Kamis, 07 Maret 2019
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ustadz-Ustadz Belum Khatam Sorrof. Foto: Istimewa.
DutaIslam.Com - Bagaimana petani menggarap sawah bila tidak punya cangkul atau bajak? sawah tidak bisa digarap, tidak bisa ditanami, tidak bisa menghasilkan.

Cangkul, pembajak, dan sejenisnya adalah alat utama bagi para petani untuk bertani. Sehingga sawah bisa digarap, ditanami jagung, padi, sayuran dan berbagai macam jenis tanaman yang menghasilkan. Begitu juga Ilmu Nahwu dan Sorrof. Keduanya menjadi alat utama dalam memahami makna yang sebenarnya dari Bahasa Arab.

Agama Islam lahir di Arab dengan Kitab Al-Qur'an berbahasa Arab. Nabi Muhammad juga orang Arab yang berbahasa Arab. Para sahabat juga orang Arab yang berbahasa Arab. Maka menguasai Ilmu Nahwu dan Sorrof serta Bahasa Arab menjadi alat utama untuk memahami Al-Qur'an.

Meskipun ini belum cukup, karena Al-Qur'an bukan Kitab berbahasa Arab yang tersusun secara biasa. Bahasa Arab Al-Qur'an mengandung santra tinggi yang sepanjang zaman belum ada satupun yang bisa menandingi. Memahami Al-Qu'an masih memerlukan ilmu lain, seperti ilmu Balaghah, Ilmu Tafsir, Takwil, Ulumul Qu'an, dan lainnya.

Memahami seperangkat ilmu itu menjadi keharusan bagi ulama (tokoh agama Islam). Mereka adalah juru dakwah yang akan menyampaikan pesan-pesan agama yang termaktub dalam Hadis dan Al-Qur'an. Termasuk dalam memami sumber-sumber klasik karangan ulama terdahulu yang hampir semuanya berbahasa Arab.

Bagaimana mungkin bisa memahami ajaran Islam dengan benar jika tidak punya alat pengetahuan memahami Al-Qur'an?

Bagi orang Arab tidak butuh Ilmu Nahwu atau Sorrof untuk memahami Bahasa Arab. Bahasa Arab bagi mereka adalah bahasa ibu yang telah diajarkan sejak kecil. Tetapi untuk memahami Al-Qu'ran, orang Arab juga harus tahu Ilmu Nahwu dan Sorrof, begitupun seperangkat ilmu alat yang lain.

Bila orang Arab saja harus memahami ilmu-ilmu tersebut dalam memahami Al-Qur'an, apalagi orang di luar Arab, seperti Indonesia. Bagi seorang ulama, tentu hukumnya menjadi "wajib mugholladhoh" dan "wajib muakkad". Kewajiban yang tidak bisa ditolerir.

Baru saja kita mendapat kabar sejumlah orang yang disebut, atau mungkin menyebut dirinya sebagai ulama, ternyata tidak paham ilmu Sorrof yang merupakan ilmu paling dasar dalam memahami makna Bahasa Arab dan Al-Qur'an.

Anehnya, mereka menjadi orang paling gencar mengkritik ulama lain yang hafal di luar kepala soal Sorrof dan didukung ilmu-ilmu lain seperti Nahwu, Balaghah, Ulumul Qur'an, Tafsir, Tak'wil, dan penguasaannya terhadap kitab-kitab klasik berbahasa Arab tidak diragukan lagi bahkan telah menjadi makanan sehari-hari. Lebih aneh lagi, mereka masih jadi panutan banyak orang. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB