Kecerdasan GP Ansor Membaca yang “Tak Tampak”
Cari Berita

Advertisement

Kecerdasan GP Ansor Membaca yang “Tak Tampak”

Duta Islam #03
Jumat, 07 September 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
GP Ansor. Foto: Istimewa.
Oleh Ustadz Abdul Muiz

DutaIslam.Com - Pemerintah Indonesia telah resmi membubarkan Hizbut Tahir Indonesia (HTI) seiring dengan pencabutan status badan hukum ormas tersebut oleh Kementerian Hukum dan HAM pada Rabu (19/08) lantaran dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila dan UUD 1945.
Gerakan Pemuda (GP) Ansor mendukung penuh pembubaran HTI karena dinilai bertentangan dengan ideologi pancasila. Boleh berserikat dan berkumpul tapi harus sesuai dengan dasar negara dan setia pada NKRI.

GP Ansor terus melakukan pengawalan keputusan pemerintah dengan segala konsekuensinya, sekaligus berupaya bahwa ormas HTI tidak hanya bubar secara organisatoris, melainkan juga berhenti melakukan propaganda perpecahan NKRI dengan agenda khilafah internasionalnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor H. Yaqut Cholil Qoumas juga pernah menyerukan agar anggota GP Ansor tidak memusuhi eks anggota HTI. Gus Yaqut ingin agar Ansor dan Banser bisa merangkul eks HTI untuk bersama-sama ikut membangun negara. Gus Yaqut berpendapat demikian karena menganggap kalau eks HTI adalah saudara seiman, sehingga tidak boleh dimusuhi apalagi dikucilkan.

Namun demikian, dalam proses pengawalan mengajak untuk kembali bersama2 membangun negara, tidak melakukan propaganda perpecahan NKRI dengan agenda khilafah, GP Ansor tidak jarang mendapatkan hujatan, cemoohan, bahkan fitnah.

Kader GP Ansor, selain dibekali pengetahuan tentang Agama, juga dibekali pengetahuan untuk membaca yang “tak tampak”, dari sebuah gerakan yang bisa membahayakan negara. Kader tidak gampang diprovokasi, tidak mudah dibohongi, apalagi dengan permainan simbol-simbol keagamaan yang sering digunakan HTI selama ini.

Banyaknya tuduhan dan fitnah yang ditujukan kepada GP Ansor, seperti isu bayaran bahwa Ansor Banser dibayar Rp 50 juta untuk penjagaan di gereja pada malam natal dan tahun baru, soal tuduhan tersebut Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) telah membuat klarifikasi dan membantah terhadap tuduhan yang diberitakan kepada Gerakan Pemuda (GP) Ansor.

Gara-gara mencegah adanya simbol HTI warna hitam bertuliskan kalimat tauhid, akhirnya ada juga yang menyebarkan foto keranda, bendera atau apapun meski warnanya tidak hitam yang terdapat kalimah tauhidnya kemudian disertai narasi, “Bangke Modar” dengan narasi “Keranda Jenazah Khusus Anggota Banser”, ada juga Keranda Bertuliskan “Awas, kain keranda ada kalimah tauhidnya, hati-hati ketemu Banser bisa dipersekusi” dan masih banyak yang lainnya.

Disatu sisi, jika dinilai mereka itu membawa gerakan HTI bilangnya itu kalimat tauhid, tapi disi lain sebagian besar dari mereka tetap anti NKRI anti dengan bendera merah putih. Bisa kita lihat pada saat HUT Kemerdekaam RI kemarin mereka tidak ikut menghormati bendera merah putih, tidak ikut mengibarkan bendera merah putih didepan rumahnya, misalkan. Padahal mereka hidup, bernafas menghirup udara, mereka makan dan minum menikmati kekayaan NKRI.

Bukan kalimat tauhidnya yang dipersoalkan oleh GP Ansor, tapi nilai dari simbol HTI dan propaganda perpecahan NKRI dengan agenda khilafah. Dan hanya orang-orang yang mempunyai kecerdasan yang mampu membaca kepentingan apa yang “tak tampak” dan bersembunyi dibalik simbol HTI. Apalagi kalau hanya mempersoalkan keberadaan UAS (Ustadz Abdul Somad), justru GP Ansor melindunginya dan jamaah pengajiannya dari agenda HTI.

Soal kebesaran kalimat Tahid, tidak perlu meragukan GP ansor. GP Ansor tidak hanya menghormati kalimat tauhid tapi juga terus memperjuangkan makna dan kandungannya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kalimah tauhid terdapat nilai-nilai ajaran yang luhur, seperti Rahmatan lil ‘alamin, pentingnya mencinta tanah air, toleransi, menjaga kerukunan, dan masih banyak yang lainnya. Bukan seperti makna atau kepentingan yang terdapat pada simbol HTI. Meskipun HTI termasuk ISIS menggunakan bendera bertuliskan kalimah tauhid, tetapi mereka mengkhianati makna yang terkandung dalam kalimat tauhid yang sebenarnya.

Banyak musuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang iri dan ingin menghancurkan negeri ini. Sama halnya juga yang dialami NU dan Banomnya GP Ansor saat ini banyak musuh yang ingin menghancurkan jam'iyyah yang didirikan para ulama Nusantara ini.

GP. Ansor menjadi bagian dari yang turut memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sudah selayaknya mempunyai semangat menjadi garda terdepan untuk mempertahankan, menjaga dari apapun yang berpotensi menghancurkannya, termasuk orang-orang yang mulai mengaku NU dengan tujuan menghancurkan NU, dan orang-orang yang bekerja untuk membodohi rakyat agar ikut menghancurkan NKRI dengan provokasi menggunakan simbol-simbol agama. Sebagai garda terdepan mengawal NKRI dan NU, GP Ansor wajib untuk andil berkhidmat menjaga negeri ini dan ulamanya.

Kami menyadari sepenuhnya, apapun penjelasan dari kami tidak akan mudah diterima oleh orang-orang yang jelas-jelas mempunyai agenda untuk menghancurkan NKRI termasuk orang-orang dengan keterbatasan pemahaman yang sudah berhasil mereka provokasi. Kita doakan saja semoga Gusti Allah segera memberikan Hidayah kepada mereka. Aamiin. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB