Demikian disampaikan Ruchman Basori, Ketua Bidang Keorganisasian Dewan Pimpinan Pusat FKDT, dalam rapat koordinasi dan konsolidasi yang dihadiri sejumlah pengurus pusat dan wilayah di Balai Pertemuan FKDT Wilayah Jawa Tengah, di Tugurejo, Semarang, Jum'at (03/08/2018).
“Suka tidak suka, realitas menunjukkan bahwa saat ini madin mulai berangsur mati suri karena penanganan yang kurang serius. Maka kita dapati banyaknya kriminalitas yang dilakukan oleh anak yang notabene para generasi penerus bangsa terpaksa harus berhadapan dengan hukum,” terang Ruchman Basori yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Kemahasiswaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kementerian Agama.
Madin Perlu Dana BOS
Pembina FKDT Jawa Tengah, Dr. Fatkhurozi, M.Pd mengatakan, pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap madin yang telah memberikan kontribusi dalam membangun karakter generasi bangsa.
“Ironis sekali saat ini kita mendapati gedung-gedung madin yang jauh dari kata layak, karena memang selama ini lembaga nonformal yang disebut madin itu dibiayai secara mandiri oleh pengurus atau orang tua siswa. Padahal kontribusinya luar biasa. Oleh karena itu, sudah seharusnya madin mendapatkan anggaran BOS,” terang Fatkhurozi.
Dengan adanya FKDT sebagai wadah madin yang tersebar di seluruh tanah air, tambahnya, menjadi momentum yang baik bagi pemerintah untuk memperkuat madin sebagai instrumen dari pendidikan berkarakter.
Lebih lanjut Fatkhurozi menjelaskan, saat ini para pengurus madin terus mendorong penguatan posisi lembaga diniyah agar setara dengan pendidikan formal lainnya. Terlebih, pondok pesantren dan madrasah diniyah saat ini tidak lagi dianggap sebagai pendidikan tradisional semata.
''Tinggal memperkuat saja melalui intervensi kebijakan dengan meningkatkan daya dukung dari sisi anggaran, sarana dan prasarana maupun lainnya,'' jelasnya. [dutaislam.com/gg]
