![]() |
Gempa Bumi NTB dikait-kaitkan dengan politik oleh kelompok tertentu. Foto: Istimewa. |
Menurut Intelektual Muda NU Nur Rokhim, berbicara agama dalam politik memang tidak akan ada habis-habisnya. Pasalnya, ada beragam penafsiran yang membuat orang awam menjadi bingung dan hanyut dalam pesta Lima tahunan. Akibatnya, banyak dari mereka yang mengorbankan masa depan bangsa.
“Pendaftaran capres-cawapres sudah dibuka. Banyak ungkapan yang sering kali membuat kegaduhan karena politik yang dibalut dengan agama sangat laku di pasaran. Bicara agama dalam politik seperti tidak ada habis-habisnya,” katanya kepada dutaislam.com, Selasa (07/08/2018).
Menurut Nur Rokhim, sekarang sepatutnya kembali melihat sejarah Nabi Muhammad SAW yang telah ditakdirkan sebagai teladan dalam kehidupan manusia. Sepanjang sejarah, lanjut Rokhim, Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan politik praktis soal agama.
“Kalaupun iya, konteksnya sudah berbeda karena politik menyoal pemikiran dan strategi sedangkan agama membahas hubungan ruhani antara hamba dan Sang Pencipta serta hubungan antara hamba satu dengan yang lain,” jelas Rokhim.
“Logikanya, kalau seorang hamba mengajak tuannya apalagi memaksakan kehendak dan mampu mengatakan bahwa seolah-olah sudah di pilih Allah SWT, itu sungguh di luar batas normal dan suatu pembodohan,” tambahnya.
Terkait dengan gempa di NTB, menurut Rokhim, bisa menjadi peringatan kepada manusia agar semua berjalan sesuai dengan tempatnya. Agama Islam musti tetap dibiarkan suci dan terbebas dari hiruk pikuk kepalsuan politik mengatasnamakan agama Islam.
“Islam ada untuk mendinginkan politik yang panas, bukan menjadi bahan bakar untuk menyulut politik menjadi semakin panas,” imbuhnya.[dutaislam.com/pin]
