Ada Warga Mulai Ikut-Ikutan Gagal Paham Islam Nusantara
Cari Berita

Advertisement

Ada Warga Mulai Ikut-Ikutan Gagal Paham Islam Nusantara

Duta Islam #03
Kamis, 02 Agustus 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Islam Nusantara untuk Indonesai dan Dunia. Ilustrasi: Istimewa.
DutaIslam.Com – Hati-hati dengan provokasi kelompok pembenci NU yang terus menerus menyerang konsep Islam Nusantara. Mereka terus memelintir bahkan menyebar fitnah soal Islam Nusantara. Sebagian warga yang tak tahu fakta sebenarnya bahkan mulai ikut-ikutan dan terpengaruh.

Diungkapkan salah satu warga NU, Nur Rokhim, sebagian warga sudah mulai ada yang salah paham dengan Islam Nusantara. Ia menganggap Islam Nusantara abal-abal dan tidak sesuai dengan syariah. Sehingga apa yang dilakukan Islam Nusantara dianggap salah.

“Kemarin saya sempat mendengar salah satu warga yang agaknya mulai salah paham dengan Islam Nusantara. Ada anggapan menyamakan Islam Nusantara dengan Islam abal-abal dan tidak sesuai dengan kaidah Syariah. Sehingga menurut dia, apapun yang dilakukan oleh Islam Nusantara dianggap salah,” ujar Nur Rokhim kepada dutaislam.com, Rabu (01/08/2018).

Bahkan, kata Rokhim, orang tersebut sampai mengatakan, jika ada Islam Nusantara bisa-bisa shalat akan diganti dengan bahasa daerah.

“Bahkan, sampai mengatakan, "kalau misalkan Islam Nusantara ada, maka kemungkinan shalat bisa pake bahasa daerah," jelas Rokhim.

Padahal menurut Cendikiawan Muslim Azyumardi Azra, berbicara tentang Islam Nusantara bisa dilacak dari sejarah kedatangan ajaran Islam ke wilayah Nusantara yang disebutnya melalui proses vernakularisasi. Kedatangan Islam ke wilayah Nusantara melalui proses pembahasaan dan pribumisasi sehingga Islam menjadi tertanam dalam budaya Indonesia.

"Vernakularisasi itu adalah pembahasaan kata-kata atau konsep kunci dari Bahasa Arab ke bahasa lokal di Nusantara, yaitu bahasa Melayu, Jawa, Sunda dan tentu saja bahasa Indonesia," katanya dilansir dutaislam.com dari bbc.com.

Kemudian proses ini diikuti pribumisasi (indigenisasi), sehingga menurutnya, Islam menjadi embedded (tertanam) dalam budaya Indonesia.

"Jadi, tidak lagi menjadi sesuatu yang asing. Karena itu, dalam penampilan budayanya, Islam Indonesia jauh berbeda dengan Islam Arab... Telah terjadi proses akulturasi, proses adopsi budaya-budaya lokal, sehingga kemudian terjadi Islam embedded di Indonesia," katanya

Sebelumnya, Habib Luthfi yang mendukung Islam Nusantara juga memberikan perumpamaan. Habib Lutfhi mengupamakan Islam Nusantara dengan kebiasaan budaya lokal yang berbeda di masih-masing negara yang tidak sama.

"Orang Islam di Amerika makan pakai sendok garpu baca basmalah, orang Islam di Cina makan pakai sumpit juga baca basmalah, di Jawa makan pakai Tangan juga sama baca basmalah. Nggak ada bedanya, sing penting yang dimakan halal dan sama-sama menyebut nama Allah, walaupun cara makannya beda-beda. Nah itulah Islam Nusantara itu,” jelas Habib Luthfi dalam Majelis Ta'lim Habib Sholahuddin bin Ahmad bin jindan, Otista, Jakarta Timur, Sabtu (28/07/2018).

Jadi jangan gagal paham. Islam Nusantara bukan agama baru, bukan aliran baru, tidak membuat tuhan baru atau nabi baru, bahkan ibadah baru. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB