Dialoh Tuhan dengan Hamba. Foto: Istimewa. |
DutaIslam.Com - Betapa beruntung Syaikh Muhammad bin 'Abdul Jabbar an-Niffari (wafat di Mesir pada 354 H). Allah Ta'ala mengangkat derajatnya sebagai teman dialog melalui sejumlah ilham yang diturunkan kepadanya. Betapa nikmat dan indah berkomunikasi dengan Rabbul'alamin.
Sejumlah "ilham dan dialog" hadirat-Nya dengan an-Niffari itu terhimpun dalam kitab al-Mawaqif wa al-Mukhathabat (Beirut: Dar al-Kutub, 1997).
Allah Ta'ala: "Kau tahu, bagaimana kau berserah diri kepadaKu, tidak kepada perantara-perantara?"
An-Niffari: "Apakah perantara-perantara itu ya Allah?"
Allah Ta'ala: "Ilmu dan segala sesuatu yang dikandungnya."
Allah Ta'ala: "Kau tahu, bagaimana kau berserah diri kepadaKu, tidak kepada perantara-perantara?"
An-Niffari: "Bagaimana ya Allah?"
Allah Ta'ala: "Kau mesti berserah diri kepadaKu dengan hatimu. Dan silahkan kau baurkan jasadmu pada perantara-perantara itu."
Maka tidak boleh tidak, kita bisa menekuni apa saja, bisa menangani apa saja, bisa mengerjakan apa saja, bisa mengurusi apa saja, bisa mengatur apa saja, tapi satu hal mesti senantiasa kita teguhkan:
“Hati kita hanya boleh menampung Allah dan bermesraan dengan hadiratNya. Sementara apa pun yang lain, termasuk ilmu pengetahuan, pangkat dan kekayaan yang seringkali kita banggakan, kita serahkan saja kepada angin lalu,” [dutaislam.com/pin]
source: Kuswaidi Syafii