Radikalisasi di SMA Masif Melalui Lembaga Dakwah, Guru PAI "Dianggurkan"
Cari Berita

Advertisement

Radikalisasi di SMA Masif Melalui Lembaga Dakwah, Guru PAI "Dianggurkan"

Duta Islam #03
Rabu, 06 Juni 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Diskusi Menolak Radikalisme dan Teroterisme. Foto: Dutaislam.com.
DutaIslam.Com – Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi salah satu sasaran penyebaran ideologi radikal. Lembaga dakwah yang bergerak di bidang keagamaan dinilai berperan penting dalam penyebaran akar ideologi teror tersebut.

Ketua Generasi Muda (Gema) Forum Kerukunan Umar Beragama (FKUB) Jawa Tengah Iman Fadzilah mengatakan, pendidikan menjadi salah satu sasaran penyebaran paham radikal. Contoh yang paling nyata dan telah teridentifiaksi, menurut Iman, adalah di Universitas Riau.

“Kemarin di Riau sudah terindifikasi ini, di kampus, makanya yang mahasiswa harus hati-hati ini,” kata Iman dalam forum diskusi Menolak Radikalisme dan Terorisme, Menguatkan Keberagamaan untuk Meneguhkan NKRI di Hotel Siliwangi, Rabu (06/06/2018).

Tak hanya di kampus, upaya ideologisasi radikal juga banyak terjadi di sekolah-sekolah SMA, tak terkecuali di Jawa Tengah. Penyebaran paham radikal di sejumlah SMA di Jawa Tengah paling getol melalui lembaga dakwah sekolah. Biasanya melalui senior-senior sekolah tersebut yang berafiliasi dengan kelompok berpaham radikal.

Ini sangat disayangkan karena justru guru Pendidikan Agama Islam Islam (PAI) tidak dilibatkan. Siswa yang bergerak di lembaga dakwah sekolah biasanya mengundang seinior yang dikealnya.

“Di SMA SMA itu, kalau sedang pelatihan, ada LDK, yang melatih itu bukan guru-guru PAI tapi teman-temannya yang dulu (alumni, Red), mereka dipanggil, terus ngisi pelatihan. Pelatihan itu cara ideologi mereka, mengenal kekerasan, apa itu,” terangnya.

Bahkan menurut Iman, di salah satu SMA di Semarang, ada guru PAI hanya bisa ngintip pelatihan-pelatihan yang melibatkan alumni tersebut. Pasalnya, acara di gelar di atas jam 12 malam. Setelah diselidiki ternyata kegiatannya semi baiat.

“Ketika ketahuan akhirnya gurunya melarang kegiatan itu, ketika itu siswanya malah yang diangkuti seniornya,” ujar Iman dalam acara Fasilitasi Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Tengah tersebut.

Di sisi lain, lanjut Iman, ada juga SMA yang kalau diundang acara toleransi tidak mau karena tidak diperbolehkan.

 “Kami punya datanya SMA SMA, dan ada satu SMA yang diundang acara toleransi itu nggak boleh,” imbuhnya.

Iman menegaskan, penanam ideologi radikal tidak begitu saja terjadi. Sebaliknya, sudah tersusun rapi. Sejak menjadi rohis dan tahapan selanjutnya. Proses yang dilakukan dengan cara pendampingan yang sungguh-sungguh, walapu hanya satu orang.

“Jangan lupa di dunia pendidikan sekarang diuji, melalui pengajarnya, guru, dosen, bahkan lewat guru besar. Apa nggak mengerikan? Dan ini sudah mulai teridentifikasi,” katanya.

Kodinator Gema FKUB Jateng Imron Nawawi mengatakan, perlu adanya penanaman kedewasaan beragama yang kuat, khusunya bagi pemuda, terutama tentang pentingnya harmonisasi kehidupan beragama.

“Perlu mengingat sejarah bahwa pendahulu kita telah menfinalkan. Pada piagam Jakarta yang sebelumnya berisi menjalankan syariat Islam begi pemeluknya diganti ketuhanan yang maha esa pada pembukaan UUD 1945 dan Pancasila,” katanya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa para pendahulu  menginginkan agar kita tidak lahi mempersoalkan perbedaan. Sebaliknya perlu terus memperkuat persatuan.

“Kita memang beragam tapi tidak seragam, terdiri dari berbagai agama, ras dan suku. Sekalipun kita harus seragam, seragam kita harus Pancasila,” katanya.

Diskusi Menolak Radikalisme dan Terorisme berlangsung mulai pukul 13.00 hingga pukul 17.00 dengan diikuti 60 peserta dari berbagai lintas Iman. [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB