Yang Bahaya Bukan Cadar, Tapi Ideologi Dibaliknya
Cari Berita

Advertisement

Yang Bahaya Bukan Cadar, Tapi Ideologi Dibaliknya

Duta Islam #02
Rabu, 23 Mei 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Perempuan bercadar. (Foto: Istimewa)
Oleh Mamang M Haerudin (Aa)

DutaIslam.Com - Sering kali sebagian di antara kita masih tidak mampu menerima perbedaan. Sebagian di antara kita akan cepat marah kalau orang lain berbeda pandangan. Sebagian di antara kita menginginkan agar orang lain harus selalu sependapat dengan kita. Karena yang benar itu hanya kita dan yang lain salah. Sebagian di antara kita takut menerima perbedaan. Menurut keyakinan kita, perbedaan itu ancaman, sehingga dengan demikian perbedaan tidak boleh ada. Ya inilah sikap yang ditunjukkan sebagian di antara kita yang masih kesulitan menerima akan perbedaan, dalam hal apapun, termasuk dalam hal pakaian cadar.

Saya berpendapat bahwa cadar bukanlah syariat Islam. Betapapun empat imam mazhab berpendapat wajib bercadar, hal itu tidak serta-merta ditelan mentah-telah. Kita harus lebih jeli dan kontekstual dalam bermazhab. Sebagaimana syariat hukum rajam dan qishas, dalam konteks Indonesia tidak lagi digunakan. Karena pada faktanya, ada banyak orang--Muslim maupun non-Muslim--yang tidak berjilbab, apalagi berbusana serba panjang dan bercadar. Tidak ada ketentuan secara saklek bahwa perempuan bercadar--Muslim maupun non Muslim--dipastikan imannya akan kuat dan menjadi hamba Allah yang dijamin masuk surga.

Nah pendapat saya bisa jadi berbeda dengan orang lain. Orang lain bisa jadi berpendapat sebaliknya dari saya. Bahwa berjilbab dan bercadar bagi perempuan Muslimah itu wajib. Konsekuensi hukum wajib itu ya berdosa. Makanya mau tidak mau semua perempuan harus bercadar. Jangankan bercadar, bagi sebagian orang, suara perempuan saja konon maksiat. Saya pikir inilah letak perbedaan cara pandang dan pendapat kita. Dan saya--dan siapapun itu--tidak usah kaget dan apalagi marah dengan perbedaan ini. Saya dan saya kira kita semua harus saling menghormati akan perbedaan pandangan ini. Tidak perlu merasa terusik dan marah-marah. Silakan berdakwah atas keyakinannya masing-masing dengan cara yang baik tentunya.

Silakan bercadar asal jangan sekadar ikut-ikutan. Bercadar bukanlah tujuan akhir, becadarlah dengan proses. Bercadar hanyalah kehidupan awal untuk perjalanan hidup ke depan yang semakin baik. Jangan merasa paling salehah sendiri hanya karena bercadar. Tetap ramah, hidup sederhana dan tidak mengisolir diri dengan alasan bercadar. Tidak individualistis, hedonis, dan gengsian. Keputusan bercadar harus dibarengi dengan akhlakul karimah. Tidak merasa benar sendiri sambil membenci orang dan agama lain. Tidak usah merasa takut didiskriminasi dan dibully karena bercadar. Balas kebaikan dengan kebaikan, balas keburukan dengan kebaikan. Tunjukkan bahwa dengan bercadar, kualitas ibadah dan kepedulian sosial kita meningkat. Terus berusaha dan berbaur dengan umat Muslim maupun non-Muslim. Jangan malah sebaliknya.

Sekalipun pendapat kita berbeda soal cadar, itu bukan berarti saya membenci perempuan yang mengenakan cadar. Yang saya benci adalah perilaku perempuan bercadar yang tidak berakhlakul karimah. Saya tidak membenci orangnya tetapi membenci perilaku buruknya. Termasuk saya membenci perilaku perempuan yang menyalahgunakan fungsi kebaikan cadar, apalagi perempuan itu mengaku Muslimah dan mengenakan cadar tetapi melakukan aksi teror, mengebom rumah ibadah, membunuh saudara-saudara kita yang tidak berdosa. Jadi bagi siapa saja yang kebetulan mengenakan cadar tetapi akhlaknya baik, menghargai non Muslim dll, tidak usah marah-marah.

Hanya saja di sini saya ingin menegaskan bahwa yang berbahaya itu bukan cadarnya, melainkan ideologi di balik seseorang mengenakan cadar, selain juga berjubah/bergamis, berjenggot, bercelana cingkrang dan berjidat hitam. Kalau orang bercadar karena niat yang baik, proses yang baik ya silakan, tetapi kalau orang bercadar hanya karena agar terlihat beda dari orang lain, mendapat pujian, agar orang takjub melihatnya, sambil menyalahkan orang lain yang tidak bercadar, membenci umat agama lain dan apalagi melakukan kekerasan dan teros atas nama agama, ini apa yang saya maksud ideologi yang berbahaya di balik penggunaan cadar.

Untuk memperjelas bahaya ideologi radikal di balik penggunaan cadar, berikut akan saya rinci ulasannya. Bercadar dengan ideologi radikal, itu sebagai pintu masuk orang berjihad. Jihad di sini dimaknai sebagai memerangi kaum kafir, fatalnya yang mereka maksud kaum kafir adalah non Muslim, terutama Kristen dan Yahudi. Padahal umat Kristen dan Yahudi itu umat beragama, bukan kaum kafir. Kaum kafir itu adalah mereka yang berbuat kezaliman yakni orang-orang yang melakukan korupsi, orang-orang yang melakukan pembalakan liar, orang-orang yang melakukan ujaran kebencian, menyebar hoaks dan fitnah. Kita harus paham bahwa siapapun orangnya punya hak yang sama, untuk hidup damai, memeluk agama apapun, termasuk menjadi pemimpin. Non Muslim bahkan yang tidak beragama sekalipun, selama dia masyarakat Indonesia, dia boleh mencalonkan menjadi Presiden, Gubernur dll. Umat Muslim tidak boleh melarang dan apalagi melakukan demonstrasi sambil mencatut (menyalahgunakan, mempolitisir) ayat Al-Qur'an dan meneriakkan Allaahu Akbar.

Sudahlah, kita ini harus bersyukur, menikmati hidup di alam Indonesia yang penuh keragaman dan warna ini. Beragamalah dengan gembira, tidak usah kaku dan saklek. Agama itu, apalagi Islam, selalu menghendaki kemudahan. Pilih jalan Islam yang lurus dan damai, jangan pilih jalan Islam yang sesat dan membuat kita ribet. Saya sih menyarankan agar kita beragama dengan seni dan budaya. Seni dan budaya itu indah, dan Allah kan mencintai keindahan. Maka hiduplah dengan indah, penuh warna dan penghayatan. Nikmati tadabur alam dengan rekreasi/piknik (biar nggak gampang panik), lestarikan warisan ragam budaya bangsa (kesenian musik, pakaian batik dll, tarian, bahasa, upacara adat, dll), berikut Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 (PBNU) yang harus terus kita jaga. Wallaahu a'lam. [dutaislam.com/gg]

Mamang M Haerudin (Aa), Pesantren Bersama Al-Insaaniyyah.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB