![]() |
Suasana Desa Jambon depan Balaidesa Jambong, arah menuju rumah Dita Siska Millenia yang sampai siang tadi masih banyak polisi dan wartawan di rumahnya. |
Apalagi, warga Gemawang khususnya di Desa Jambon mengikuti beberapa ormas. "Di sini itu dulu basis NU. Sejak dulu aman tanpa ada gesekan. Tapi sekarang sudah ada JAT, MMI, JI, MTA, FPI, Muhammadiyah yang sama-sama mementingkan kepentingan kelompok," beber Khamim warga Jambon, Gemawang, Temanggung yang juga Wakil Sekretaris PCNU Temanggung, Ahad (13/05/2018).
Dari kemajemukan ini, kata dia, warga harus tetap toleran dan jangan sampai ikut-ikutan faham atau ormas yang cenderung radikal.
Hal itu ia ungkapkan karena adanya indikasi penusukan kepada polisi yang dilakukan dua perempuan yang salah satunya Dita Siska Millenia yang merupakan warga RT 9/ RW 3, Desa Jambon, Gemawang, Temanggung.
"Salah satu faktor munculnya benih aliran keras atau radikal di sini itu karena salah memilih lembaga pendidikan. Yang jelas dia tidak memilih lembaga pendidikan di bawah naungan NU," kata Khamim.
Di sini sangat dominan karena sekolahnya, kata dia, karena yang bersangkutan tadi itu sekolah dengan beasiswa sekaligus pondok pesantren yang disinyalir mempunyai kecenderungan radikal.
Saya mengimbau, kata dia, warga Gemawan dan umumnya Temanggung menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan NU. "Karena mereka itu penuh iming-imingan beasiswa, masa depan, padahal ya didoktrin faham radikal dan sudah terbukti to," jelasnya.
Kedua, kata dia, faktor pergaulan sangat memengaruhi sikap toleran atau intoleran. "Ini penting. Kami empati dengan bapak ibu Dita ini karena nggak tahu apa-apa, tapi tahu-tahu anaknya melakukan hal yang tak diinginkan," pungkas Khamim. [dutaislam.com/ibda'/gg]
