![]() |
Prof Nadirsyah Hosen. (Foto: pwansorjabar.org) |
"Halah! Emangnya dulu Nabi khutbah bahas Pilkada & Pilpres? Emangnya Nabi mencaci kandidat & partai tertentu?," terang Gus Nadir melalui akun twitternya @na_dirs, Rabu (25/04/2018).
"Klean itu dasar “dungu” —mengutip istilah Rocky Gerung," kata Gus Nadir menambahkan, sambil memberi emoticon senyum-senyum.
Ia mengutip Amien Rais 22 tahun lalu, di mana ada “high politics” yang bicara politik dalam hal kesejahteraan, keadilan, dan nilai-nilai lainnya. Dan ada “low politics” yang hanya bicara dukungan dan kebencian saja.
"Nah, bicara “high politics” Oke saja di Masjid. Tapi sayang Amien Rais sekaran bicaranya “low”," tandas Gus Nadir.
Menurut Gus Nadir, masjid dan rumah ibadah lainnya jangan dijadikan tempat bicara kotor, mengumpat, mencaci, memfitnah parpol atau kandidat tertentu. "Bicaralah tentang nilai etis menegakkan keadilan, kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat," lanjutnya
Ia menjelaskan, kalau kita bicara “low politics” di Masjid dan rumah ibadah lainnya, kita telah menurunkan ketinggian rumah ibadah dan merusak persatuan umat. Karena masing-masing dari kita berhak punya pilihan politik yang berbeda tanpa harus diintimidasi atas nama agama di rumah ibadah.
"Lagian klean itu gak punya bahan lain apa yah utk mengkritik incumbent dan mengoreksi kebijakan pemerintah. Banyak lho bahannya...kok malah mempolitisir ayat dan hadits?," kata Gus Nadir.
"Cerdas dikitlah dalam berpolitik biar gak jadi “dungu” —sekali lagi meminjam ungkapan Rocky Gerung," imbuhnya. [dutaislam.com/gg]
