Entah Kenapa, Meskipun Ketika Engkau Tiada Aku Baru Kelas 3 SD, Aku Begitu Rindu padamu Gus..
Cari Berita

Advertisement

Entah Kenapa, Meskipun Ketika Engkau Tiada Aku Baru Kelas 3 SD, Aku Begitu Rindu padamu Gus..

Duta Islam #02
Kamis, 26 April 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto: Istimewa
Oleh Vinanda Febriani

DutaIslam.Com - Tulisan ini untuk Gus Dur. Walau kala Gus dur menjabat, aku belum lahir dan belum mengenalnya, tetapi aku banyak mendengar dan membaca tentangnya. Jadi, sedikit banyak tahu tentang beliau.

Dulu, waktu Gus dur meninggal (saat itu aku kelas 3 SD), mendengar kabar itu aku menangis, padahal aku tak tahu 'siapa Gus dur'. Tiap kali mendengar cerita tentangnya, tawa dan haru selimuti perasaanku. Tertawa karena guyonannya yang nyentrik, terharu bahkan menangis karena sosoknya yang arif dan bijaksana, mencintai semua elemen bangsa serta perjuangannya yang 'tidak mudah', diludahi orang yang ia beri makan dan ia didik sepenuh hati. Bagaimana rasanya? Namun bagaimanapun, Gus Dur tetap memaafkannya.
*Tulisan ini di kutip dari berbagai sumber.

Rindu kami untukmu, Gus ...

"Gus, Kami sangat rindu padamu"
Begitu ungkapan hati orang-orang yang mengeluh merindukan sosok nyentrik yang memiliki intelektualitas tinggi. Abdurrahman Wahid atau biasa di sapa Gus Dur ini lahir di Jombang, Jawa Timur pada 7 Desember 1940 dan "Menghadap Allah" pada umur yang ke-69 tahun (30 Desember 2009).

Sebelum Gus Dur berpulang, ketika duduk di bangku kehormatan istimewa RI-1, beliau sempat melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial dan menjadi polemik di kala itu. Pernyataan sentilan beliau tehadap DPR misalnya, mengatakan bahwa DPR seperti Taman Kanak (TK), Kumpulan Playgroup, menyebut sapaan "Prof" yang berada di kursi DPR sebagai 'Profokator' dan masih banyak lagi. Beberapa oknum yang 'belum bangun' tentu marah dan geram dengan apa yang di lontarkan Gus Dur. Singkat cerita, pada 23 Juli 2001 peristiwa penting sejarah perpolitikan 'kotor' bangsa Indonesia terjadi. Gus Dur lengser dari jabatannya sebab jutaan fitnah yang melanda beliau kala itu, yang nyatanya tidak terbukti dalam persidangan.

Antara rasa percaya dan tidak percaya, namun ini nyata. Orang-orang yang beliau didik dan besarkan malah pada akhirnya menjatuhkan sosok Gus Dur. Sejak saat itu, rasa 'tidak terima' menyelimuti tiap-tiap orang yang dekat dan mengenal sosok Gus Dur. Sebelum dilengserkannya Gus Dur dari masa jabatannya sebagai Presiden RI dengan cara yang tidak konstitusional, ratusan ribu 'Pasukan Berani Mati' membela Gus Dur dan siap perang darah jika sampai Gus Dur di lengserkan dari kursi Jabatan RI. Tapi beliau berpesan, "Tidak ada jabatan di dunia ini yang harus di pertahankan mati-matian. Apa lagi sampai meneteskan darah orang Indonesia. Nanti, biar sejarah yang membuktikannya" sontak luluh hati mereka, tangisan haru menyelimuti rakyat seantero negeri kala itu.

"Gus Dur, mungkin kau bukan lagi Presiden kami sejak saat itu. Tetapi Engkaulah Guru Bangsa kami, Guru Bangsa yang abadi, seabadi ajaran Toleransi yang kau tumpahkan kepada kami"

Begitu cloteh banyak orang yang masih sangat mencintai sosok Gus Dur. Memang sejak kehadirannya di Bumi Pertiwi ini, banyak pelajaran berharga yang di bawakan oleh Gus Dur seperti Toleransi, Demokrasi, dan juga Islam Nusantara yang ramah tamah. Gus Dur disebut sebagai 'Bapak Tionghoa' oleh masyarakat etnis Tionghoa pada masanya, sebab Gus Dur mampu melegalitaskan Tiong Hoa sebagai salah satu etnis yang ada di bumi nusantara.

Sejak saat dilengserkannya Gus Dur hingga saat ini, istilah "hukum karma" bak hal yang patut dipercayai. Semua orang yang dahulu menjatuhkan Gus Dur, kini hidup tak teratur. DPR yang dahulu beliau sebut sebagai "Kumpulan Anak TK dan Playgroup", kini benar terjadi. Banyak penghina Gus Dur yang 'jatuh tertimpa tangga', menjadi DPO Polisi misalnya.

Hingga detik ini
Ribuan bahkan jutaan manusia yang dekat, mengenal dan minimal sudah membaca tentang 'sosok Gus Dur' masih sangat merindukan guyonnya yang nyentrik, menyindir dengan tawa. Jasanya banyak di kenang generasi bangsa. Misalnya dengan berdirinya Komunitas 'Gus Durian' atau komunitas-komunitas semacam itu untuk kembali memperkenalkan dan membumikan 'ajaran' Gus Dur.

Gus, kami masih merasakan bahwa engkau masih ada di sini, bersama kami. Maafkan kami yang belum mampu berbuat banyak untuk negeri ini, malahan kami sibuk mengurus diri, mencari simpati dan empati,  mempertinggi jabatan dan memperbanyak harta tanpa perduli dengan nasib bangsa Indonesia kedepannya.

Gus, jasadmu memang telah tiada.
Namun Jasamu, abadi selamanya.

Gus Dur, kami rindu
Walau kala itu, aku belum tahu dan belum mengenalmu, namun aku banyak membaca dan mendengar tentangmu. Aku percaya kau adalah guru sejati, guru dari seluruh guru di Indonesia yang ada pada masa itu, hingga saat ini. Semoga Gusti Allah selalu memberkatimu, mengukuhkan jasamu, menempatkanmu dan seluruh keluargamu serta anak-cucumu di singgasananya yang suci.

Gus Dur, do'a, rindu dan cinta kami dari hati selalu tercurah untukmu wahai sang Guru Sejati. WE LOVE YOU SO MUCH. [dutaislam.com/gg]

Vinanda Febriani, Jamaah Kopdariyah, Netizen Magelang Raya, Borobudur, 25 April 2018.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB