 |
| Foto: Istimewa |
DutaIslam.Com - Kasus puisi Ibu Sukmawati tidak berbeda dengan kasus Pidato Ahok. Bedanya ibu Sukma seorang muslimah, sementara Ahok non muslim. Kesamaan kasusnya adalah dalam memahami arti dan makna kata dalam kalimat, Ibu sukma dalam Puisi, sementara Ahok dalam Pidato.
Kesamaan selanjutnya adalah akibat mulut keduanya menimbulkan kegaduhan dan perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan perpecahan umat. Saling merasa paling benar pendapatnya dalam menyikapi kasus keduanya pun terjadi. Akhirnya ada yang sampai Kawan menjadi lawan, saudara menjadi musuh.
Baca: Sambil Menangis Sesenggukan, Sukmawati Minta Maaf Atas Puisinya 'Ibu Indonesia'
Sebenarnya kita dapat mengambil pelajaran berharga dari Kasus ahok, yang lebih dulu terjadi.
1. Sebaiknya kita harus bijaksana dan adil dalam menyikapi kasus-kasus seperti ini, jangan ikut-ikutan kelompok sebelah, terburu-buru menghakimi dan menghukumi dengan berbagai ungkapan yang sifatnya menghakimi dan menghukumi pelaku. Ingat prinsip hukum: praduga tak bersalah.
2. Tunggu hasil penyidikan dari proses hukum, sesuai aturan perundang undangan yang berlaku. Apapun hasilnya, sebagai warga negara yang baik (baca NU) kita harus terima.
Demikian sikap dan pendapat pribadi saya dalam menyikapi kasus-kasus seperti ini. Demi kedamaian NKRI yang sama-sama kita cintai.
Rasulullah Muhammad saw memberikan kepada kita contoh suri tauladan ahlak yang baik. Dikisahkan, seorang Badui Arab yang kencing dipojokan masjid, ketika Rasulullah Muhammad saw sedang berkumpul dengan para sahabatnya, tidak serta merta membuat Rasulullah marah dan tersinggung. Tetapi Beliau melakukan da'wah wa tabligh kepada orang Badui itu dengan hikmah, sehingga orang Badui itu pun bersyahadat untuk memeluk islam.
Begitu Indah ajaran Rasulullah Muhammad saw, junjungan kita semua. Kenapa kita tidak mencontohnya? [dutaislam.com/pin]
Ade Abdullah, Ketua PAC Ansor Teluk Jambe Timur Karawang
