Muallaf Ini Merasa Sepenuhnya Islam Setelah Menjadi Banser, Mengapa?
Cari Berita

Advertisement

Muallaf Ini Merasa Sepenuhnya Islam Setelah Menjadi Banser, Mengapa?

Duta Islam #03
Minggu, 18 Maret 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Hanafi. Foto: NU Online
DutaIslam.Com - Hanafi, anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Satuan Koordinasi Kelompok (Satkorkel) Pejarakan Buleleng, Bali terlihat bersemangat mengatur lalu lintas bersama Pecalang, Jumat (16/03/2018). Dengan sabar, Hanafi terlihat beberapa kali membantu pejalan kaki untuk menyeberang jalan raya. Di perempatan Desa Pejarakan sore itu, begitu padat dan ramai, karena akan ada pengarakan Ogoh-ogoh menyambut Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu.

Berbeda dengan anggota Banser lainnya, bagi Hanafi ini adalah pengalaman pertama menjaga perayaan agama Hindu, agama yang pernah dianutnya sejak dari lahir. Kini, ia telah memeluk agama Islam. Jika tahun sebelumnya ikut di dalam Upacara Penyepian, kini setelah menjadi Muslim dan bergabung di Banser, ia menjaga upacara agama nenek moyangnya.

Ditemui setelah penjagaan lalu lintas, Hanafi yang masih menggunakan atribut Banser menceritakan bagaimana ia memutuskan untuk memeluk Islam. Ia mengakui, salah satu faktor terbesarnya adalah pernikahannya dengan seorang perempuan Islam Desa Pejarakan.

Hanafi, yang sebelumnya bernama Made Wiriya Dana ini resmi mengucapkan dua kalimat syahadat pada Mei 2017 di Masjid Al-Amin Desa Pejarakan, dengan disaksikan langsung oleh para tokoh Muslim setempat.

“Jadi sampai Maret 2018 ini, saya belum genap setahun menjadi seorang Muslim,” terangnya.

Pada bulan-bulan awal menjalani sebagai seorang Muslim, terlebih ia merupakan pendatang baru di Desa Pejarakan, kesulitan mendapatkan teman bergaul. Hingga kemudian, adik iparnya yang aktif di Gerakan Pemuda (GP) Ansor setempat, mengajaknya untuk bergabung di GP Ansor.

“Alhamdulillah, di sinilah saya mulai banyak bergaul dan ikut terlibat di kegiatan kepemudaan Muslim,” ceritanya bersemangat.

Hingga kemudian, ia melanjutkan ceritanya bahwa bersama enam pemuda Pejarakan lainnya didelegasikan oleh pengurus GP Ansor untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar atau Diklatsar Banser yang diadakan Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Banser Kabupaten Buleleng pada awal Agustus selama tiga hari.

“Entah kenapa ya, saya sangat menikmati proses selama Diklatsar, walau lebih banyak latihan fisiknya,” tegasnya.

Menurut penuturannya, yang paling ia ingat adalah materi tentang ke-Islam-an. Di mana menurutnya, ia menemukan makna Islam yang sebenarnya.

“Kok beda ya dengan di media media itu, Islam yang diajarkan di sini ramah sekali, kita diajarkan beribadah kepada Tuhan, tapi tidak mengabaikan hubungan sosial kemanusiaan,” paparnya sambil tersenyum

Seusai Diklatsar, walaupun sibuk dengan pekerjaan, Hanafi terus berusaha membagi waktu tatkala ada penjagaan pengajian bersama anggota Banser lainnya.

“Pasti saya sempatkan. Saya senang menjaga pengajian, selain menjaga, di sanalah kesempatan saya mendengarkan ceramah kiai tentang keislaman,” jelasnya.

Jadi, menurutnya, menjadi anggota Banser adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Dari organisasi inilah ia mengenal Islam lebih dalam. Bahkan, ia tak segan selalu minta bimbingan kepada kader GP Ansor dan Banser lainnya untuk diajarkan mengaji dan lain sebagainya.

“Dan saya merasa, alhamdulillah saya lahir batin menjadi Islam justru setelah saya jadi anggota Banser,” pungkasnya. [dutaislam.com/pin]

source: NU Online 

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB