![]() |
Foto: Istimewa |
Sekira 50 persen dari 250 juta lebih bangsa Indonesia sudah mengakses internet. “Tapi sekali lagi kita lebih banyak sebagai konsumennya,” katanya pada Ngaji Teknologi yang digelar di ruang Perpustakaan PBNU, di gedung PBNU lantai 2, Jakarta, Rabu (28/03/2018)
Menurut Cak Usma, NU harus terlibat di dalam kemajuan teknologi itu. Tidak saja sebagai pengguna atau konsumen saja, tetapi juga harus aktif sebagai pencipta.
“NU secara kultural jangan hanya sebagai konsumen, dan bagaimana struktural itu mengarahkan,” ujarnya.
Secara teknis, harus dibuat tim khusus guna meneliti agar ditemukan langkah-langkah konkret dalam menghadapi pesatnya kemajuan teknologi ini. Meskipun demikian, NU tidak boleh terjebak dalam prosesnya karena meninggalkan masalah lainnya.
Artinya, selain NU harus menindaklanjuti untuk mencapai ketertinggalan yang sudah sedemikian jauh itu, juga harus tetap mengawal anak bangsa yang masih kerap kali mengambil sisi-sisi negatif dari perkembangan teknologi.
NU Harus memberikan informasi ketertinggalan melalui media-media secara periodik. Cak Usma menyebutnya warning. Lalu, membuat gerakan baru agar ditindaklanjuti.
“Perlu dibuat bola salju berikutnya yang nanti kita tindak lanjuti,” ungkapnya.
Melihat hal tersebut, salah satu tantangan NU ke depan, menurut Cak Usma, adalah mengonsolidasi potensi NU untuk membangun peradaban teknologi sebagai energi untuk peradaban berikutnya. [dutaislam.com/Syakir NF/pin]
source: NU Online
