Albani dan Klaim Dominasi Kesahihan Hadits yang Membahayakan
Cari Berita

Advertisement

Albani dan Klaim Dominasi Kesahihan Hadits yang Membahayakan

Duta Islam #02
Senin, 26 Maret 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Nasiruddin Al-Albani, banyak hadits shohih didhoifkannya, banyak hadits dhoif dishohihkannya. (Foto: Istimewa).
Oleh Fashihullisan

DutaIslam.Com - Isu hadits sahih dan hadits dhoif menjadi perbincangan yang cukup dominan di kalangan kelompok Islam yang mengusung puritanisme. Mereka sudah dikenalkan dengan terminologi sahih versus dhoif, saat belum mengenal dasar ilmu hadits sekalipun. Bahkan yang lebih parah, banyak diantara mereka langsung menelan mentah mentah dua klasifikasi ini tanpa mempelajari bagaimana proses klasifikasi hadits dan bagaimana tujuan melakukan klasifikasi.

Mereka sudah terjebak dalam paradigma, bahwa kesahihan hadits menjadi hal utama, sehingga hadits dalam klasifikasi non sahih ditasbihkan sebagai hadits yang perlu dilawan. Siapapun yang memakai rujukan hadits yang dianggap non sahih, maka distigma sebagai kelompok yang menyimpang, bahkan tak jarang mendapatkan predikat sebagai ahlul bid'ah. Pola ini sangat masif diindoktrinasikan, tak hanya pada golongan intelektual semata, tetapi yang sangat fatal pola ini juga ditemukan pada orang orang yang masih awam.

Baca: Kritik Alm. KH. Ali Mustafa Ya'qub Terhadap Syekh Al Albani 

Pola pola tersebut menjadi instrumen dalam menutup ruang kajian tentang sunnah yang disampaikan oleh Nabi. Mereka dapat menutup kran keterbukaan akses berfikir, akses intelektual jamaahnya untuk kemudian diarahkan sesuai kehendak mereka. Klaim kesahihan ini juga terbukti secara sengaja diarahkan pada hasil hasil klaim hadits sahih yang telah dibangun secara masif oleh tokoh yang bernama Albani.

Albani merupakan tokoh yang menyatakan diri sebagai pensahih hadits, dengan rentang hidup antara tahun 1914-1999. Ia pernah menjabat sebagai dewan tinggi di universitas Islam Madinah, dan mendapatkan banyak penghargaan dari pemerintah Arab Saudi.

Albani tidak banyak dikenal di kalangan pesantren Indonesia, karena tak masuk dalam khasanah keilmuan salafus sholeh dan kalangan madzhab madzhab besar. Bagi kalangan pesantren, bisa jadi Albani adalah pahlawan kesiangan, yang tiba tiba muncul jauh setelah perdebatan para ulama besar madzhab dengan kapasitas yang mumpuni dalam ilmu hadits dan tafsir sekitar lebih dari 600 tahun sebelum era Albani.

Baca: Ini Kata Habib Mundzir Soal Albani

Kemasyhuran Albani dipublikasikan oleh para alumni madinah, yang kemungkinan merupakan murid murid Albani. Media sosial menjadi media yang cukup efektif untuk mensosialisikan pemikiran Albani dan klaim kesahihan hadits Albani dengan jargon "belajar agama yang lebih afdhol adalah langsung dari tempat asalnya yaitu Madinah".

Bagaimanapun eksistensi Albani dalam khasanah ke Islaman di Indonesia patut untuk menjadi obyek kajian para sarjana di Indonesia. Ini menjadi wahana bari akan pertarungan terminilogi stigma ahli bid'ah, ahli hadist dhoif, dan juga terminologi wahabisme dan Islam puritan di Indonesia. Secara sosiologis terminologi yang diusung oleh para pengikut Albani tentang hadits sahih dan dhoif ala Albani telah menjadikan kegerahan sosial berkepanjangan, tak hanya di dunia maya, bahkan telah menjadi konflik horizontal di dunia nyata. [dutaislam.com/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB