150 Juta Per Bulan, Dana Peziarah Makam Gus Dur Ternyata Tidak untuk Pesantren Tebuireng, Ini Penjelasannya
Cari Berita

Advertisement

150 Juta Per Bulan, Dana Peziarah Makam Gus Dur Ternyata Tidak untuk Pesantren Tebuireng, Ini Penjelasannya

Duta Islam #03
Jumat, 23 Maret 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Rata-rata 100 ribu peziarah datang ke makam Presiden ke 4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di PP Tebuireng, Diwek, Jombang. Dana infak yang terkumpul dari para peziarah pun melimpah. Rata-rata dalam sebulan mencapai Rp 150 juta.

Dana infak ini disalurkan para peziarah melalui kotak amal yang ada di lorong menuju ke area makam. Terdapat 3 kotak amal di bagian lorong. Kotak amal dari besi ini masing-masing berukuran 100x60x80 cm. Selain itu, terdapat sejumlah kotak amal cadangan untuk mengganti ketiga kotak amal tersebut jika telah penuh.

Dana infak peziarah dikelola oleh Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT). Lembaga di bawah naungan Yayasan Hasyim Asy'ari ini berdiri sejak tahun 2007. Selain mengelola infak, lembaga ini juga menjadi unit pengumpulan zakat dari masyarakat umum.

Manajer Program LSPT Muhammad Rusdi mengatakan, kotak amal tersebut mulai dipasang tahun 2010, tepatnya setelah Gus Dur wafat dan dimakamkan di Tebuireng 31 Desember 2009.

Ketiga kotak amal ini tanpa penjagaan. Sehingga peziarah betul-betul secara suka rela menyalurkan sedekah ke dalam kotak amal tersebut. Awal-awal dipasang, kata Rusdi, nilai infak dari para peziarah di kotak amal Rp 50-80 juta per bulan.

"Saat ini angkanya rata-rata Rp 100-150 juta per bulan," katanya di kantor LSPT, Jalan Irian Jaya No 10, Tebuireng, Jombang, Kamis (22/03/2018).

Pada bulan-bulan libur sekolah dan menjelang Ramadan, Rusdi melanjutkan, nilai infak yang terkumpul dari kotak amal makam Gus Dur mencapai Rp 250 juta. Seperti Januari 2017 mislanya, infak yang terkumpul Rp 251,6 juta, Juni Rp 233,2 juta dan Desember Rp 247,65 juta.

Tingginya penerimaan infak ini seiring dengan semakin membeludaknya peziarah. "Uang di dalam kotak amal pecahan terkecil Rp 500, paling besar pecahan Rp 100 ribu," ungkap Rusdi.

Untuk memudahkan penghitungan, ketiga kotak amal di lorong dibongkar seminggu sekali, yakni tiap hari Selasa. Pembongkaran dam penghitungan melibatkan 7 karyawan LSPT. Setidaknya dibutuhkan waktu 3-6 hari untuk menghitung uang tersebut.

"Yang membuat lama penghitungan adalah banyaknya uang koin, untuk uang kertas harus diseterika biar rapi, juga harus ditata sesuai permintaan bank," ujarnya.

Penempatan kotak amal di lorong menuju makam Gus Dur, kata Rusdi, bukan tanpa alasan.  Sebelum ada kotak amal, peziarah menyalurkan sedekahnya dengan cara melempar uang ke area makam. Ada pula yang menitipkan melalui penjaga makam. Lama kelamaan pengasuh kemudian menyarankan membuat kotak amal supaya orang mudah bersedekah.

Disalurkan untuk Orang Tidak Mampu
Rusdi menjelaskan, dana infak yang dikelola oleh Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) sepenuhnya untuk berbagai kegiatan sosial. Tak sepeser pun dana digunakan untuk pembangunan PP Tebuireng. Menurut dia, dana tersebut sepenuhnya digunakan untuk meringankan beban masyarakat kurang mampu.

"Ada kejadian banyak orang main ke pondok ingin minta bantuan karena kekurangan ekonomi. Kalau setiap hari harus bertemu dengan Gus Solah (Pengasuh PP Tebuireng KH Salahuddin Wahid) kan ribet, maka dibentuk lembaga untuk mengelola infak. Menurut beliau infak ini bukan haknya pesantren, tapi hak masyarakat kurang mampu," jelas Rusdi.

Selain itu, lanjut Rusdi, program sosial penyaluran dana antara lain peduli siswa tak mampu yang sudah menyentuh 52 anak, peduli yatim menyentuh 224 anak, bantuan abdi pesantren menyentuh 80 orang, 27 orang pensiunan guru swasta, 279 orang masyarakat miskin, 118 anak penerima beasiswa pendidikan di PP Tebuireng, 14 kesehatan anak dan 25 unit taman pendidikan Quran (TPQ).

Dana infak juga digunakan untuk membantu pembangunan ratusan masjid dan musala di Jombang, bantuan terhadap lansia yang tak bisa beraktivitas, serta bantuan untuk korban bencana alam.

"Kami ada program rutin tiap bulan, fakir miskin dan lansia tiap tanggal 10 kami ajak salat duha di masjid, istigasah, pengajian. Pulangnya kami beri makanan dan uang saku," ujarnya.

Dana infak peziarah juga kini terdapat Griya Sehat dan mobil kesehatan di area makam Gus Dur. Griya Sehat untuk memberi bantuan medis ke para peziarah yang sakit ringan. Mobil sehat untuk mengantar peziarah yang butuh perawatan ke rumah sakit. [dutaislam.com/pin]

source: detik.com

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB