Lucunya Fatwa Wahabi Ini: Demokrasi Mudlarat, Tapi Anjurkan Ikut Pemilihan. Kemana Suaranya?
Cari Berita

Advertisement

Lucunya Fatwa Wahabi Ini: Demokrasi Mudlarat, Tapi Anjurkan Ikut Pemilihan. Kemana Suaranya?

Duta Islam #02
Senin, 19 Februari 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Kelompok salafi wahabi baru-baru ini membeberkan hasil fatwa atas nama Perhimpunan Al-Irsyad. Lucunya dalam hasil komite fatwa yang dipimpin Firanda Andirja itu mengatakan demokrasi bukan berasal dari Islam dan kemudharatannya lebih besar, tapi mereka menganjurkan gunakan hal pilih alias tidak golput.

"Clear yaa.... Jangan Golput lagi. Ayo teman-teman Salafi, kita memilih demi kebangkitan ummat!!! Simak ini ya..," tulis akun facebook Mulyadi,A.Md menyebarkan hasil fatwa tersebut, Kamis (15/02/2018).

Berikut hasil fatwa dari Komite Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad tersebut:

1. Pada dasarnya sistim Demokrasi bukan berasal dari Islam dan kemudharatannya lebih besar daripada manfaatnya. Di dalamnya terdapat banyak hal-hal yang menyelisihi syariat, baik pada fondasinya maupun bangunannya.

2. Adapun berpartisipasi menggunakan hak pilih dalam pemilihan, maka hal ini dianjurkan oleh banyak ulama ahlussunnah, diantaranya; Syaikh Abdullah Bin Baz, Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani, Syaikh Muhammad Bin Sholih Al Utsaimin, Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad, Syaikh Al Luhaidan, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh Mufti Kerajaan Saudi Arabia, Syaikh Nashir Asy Syatsri, Syaikh Ali Hasan Al Halabi, Syaikh Masyhur Hasan Salman, Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr, Syaikh Ibrahim Ar Ruhaily, Syaikh Abdul Malik Ramadhani Al Jazairi, Al Lajnah Ad Daimah, dll.

3. Menggunakan hak pilih berdasarkan kaidah ارْتِكَابُ أَخَفِّ الضَّرَرَيْن, tidak termasuk mendukung sistim demokrasi.

4. Menggunakan hak pilih berdasarkan kaidah ارْتِكَابُ أَخَفِّ الضَّرَرَيْن tidak berarti bertanggungjawab terhadap hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang timbul di kemudian hari.

5. Menggunakan hak pilih berdasarkan kaidah ارْتِكَابُ أَخَفِّ الضَّرَرَيْن, bahkan termasuk usaha untuk menempuh manhaj yang benar, karena mengikuti fatwa para ulama. Sebagai logika; Nabi shallallahu’alaihi wa sallam membiarkan seorang badui yang kencing di masjid, meskipun hal itu termasuk kemudharatan karena menajiskan masjid, bahkan Nabi mencegah para sahabat yang hendak melarang arab badui tersebut -meneruskan- kencingnya, karena justru akan menimbulkan kemudharatan yang lebih besar. Jika ia tetap dilarang kencing-padahal sudah terlanjur mengeluarkan air kencingnya-, maka bisa jadi air kencingnya akan semakin berhamburan atau menyebar di masjid. Pada peristiwa ini, tidak boleh dikatakan bahwa Nabi mendukung kencing di masjid (penajisan masjid) dan tidak boleh pula dikatakan bahwa Nabi bertanggungjawab terhadap akan ternajisinya masjid yang merupakan dampak kencing di masjid.

6. Menggunakan hak pilih berdasarkan kaidah ارْتِكَابُ أَخَفِّ الضَّرَرَيْن hanya dimaksudkan untuk dan dalam rangka mengurangi keburukan-keburukan yang akan terjadi disebabkan sistim demokrasi. Dengan syarat kuatnya prasangka pemilih bahwa seseorang yang dipilih adalah orang yang paling memberikan maslahat yang dapat menolong manusia untuk kembali kepada Allah.

7. Bagi kaum muslimin untuk mengikuti fatwa para ulama, karena mereka lebih matang keilmuannya, dan lebih mengetahui maslahat umum.

8. Anjuran menggunakan hak pilih bukan berarti anjuran untuk terlibat langsung dalam kancah perpolitikan.

9. Menganjurkan kepada kaum muslimin baik yang menggunakan hak pilih atau yang tidak menggunakannya agar selalu bersatu dan menjaga ukhuwah islamiyah serta menjauhi perdebatan yang hanya melemahkan kaum muslimin.

10. Mengajak kepada kaum muslimin untuk selalu kembali dan mendakwahkan tauhid, bertawakal kepada Allah serta bertakwa kepada-Nya, apapun yang terjadi dan siapapun pemimpinnya, karena takwa kepada Allah-lah yang akan memberikan solusi.

Majlis Fatwa DPP PERHIMPUNAN AL-IRSYAD
Ust Dr Firanda Andirja ( ketua )
Ust. Nafe Zaenuddin, Lc ( sekretaris)
Ust. Nizar Saad Jabal ( anggota ).

Sebagai catatan, perlu diketahui bahwa Perhimpunan Al-Irsyad adalah organisasi yang baru berdiri pada 31 Maret 2007. Hal ini berbeda dengan Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang telah berdiri pada 11 Agustus 1915, yang mempunyai tokoh seperti Prof. Dr. T.M. Hasby As-Shiddique, Prof. Kahar Muzakkir, dan lain-lainnya. [dutaislam.com/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB