Makna Filosofis Cinta, Langkah Menuju Kesuksesan Hidup
Cari Berita

Advertisement

Makna Filosofis Cinta, Langkah Menuju Kesuksesan Hidup

Duta Islam #03
Jumat, 05 Januari 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ilustrasi: Istimewa
DutaIslam.Com - Ketika bicara tentang cinta maka yang terjadi setiap orang menjadi puitis dalam memaknainya. Apakah makna cinta yang sesungguhnya?

Kita merujuk pada Kahlil Gibran menjelaskan arti hakikat cinta dari masing-masing hurufnya. Kata CINTA terdiri dari 5 huruf yaitu C-I-N-T-A. Mari kita lihat maknanya satu persatu.

C = Cerdas (fathonah)
Tanpa kecerdasan seseorang tidak akan pernah bisa sukses. Orang yang cerdas ketika melihat orang lain sukses dia akan mencari tau dimana letak jalan kesuksesan tersebut kemudian meneladaninya. Dan ketika melihat orang lain gagal dia tidak langsung menyalahkan orang itu tetapi mencari tau darimana letak kegagalannya.

I = Integritas
Artinya penyesuaian antara ucapan, keinginannya dengan tindakan dan usahanya. Orang yang memiliki integritas akan berpikir jangka panjang bukan jangka pendek.

N = Niat ihlas
Orang yang berorientasi dalam menjalani kehidupan dan ibadahnya dengan ihlas, maka apapun pekerjaannya dia akan tekuni sampai berhasil. Demikian halnya dalam beribadah kepada Allah Ta'ala.

T = Tuntas
Dalam hal apapun jika dilakukan hanya setengah-setengah maka hasilnya pun tidak akan pernah maksimal.

A = Antusias
Semangat adalah kunci dari segalanya. Bahkan seorang pengusaha sukses Chrysler mengatakan bahwa kesuksesan adalah antusiasme.

Dari rasa cinta dan pengejawantahan makna cinta akan menumbuhkan tiga (3) sikap yang akan memotivasi menuju kesuksesan tersebut. Siapa manusia yang lahir ke dunia ini yang tidak ingin sukses? semua pasti sangat menginginkannya, tetapi faktanya kenapa banyak orang gagal?

Semua itu bukan karena mereka tidak pintar, tidak punya kesempatan atau tidak kaya. Yang terjadi adalah mereka tidak memegang kunci utama untuk sukses dalam belajar dan berkarya di tengah-tengah masyarakat.

Jika dikatakan bahwa setiap pintu ada kuncinya, demikian pula halnya dengan setiap urusan, termasuk urusan kesuksesan. Semua ada kuncinya. Lantas apa kunci utama untuk sukses itu?
Jika mengacu pada apa yang Allah sampaikan di dalam Al-Qur’an, maka setidaknya ada tiga kunci utama untuk meraih sukses belajar dan berkarya di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

1. Membaca
Dalam konteks ini maka membaca sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi, secara historis ayat pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad adalah perintah tentang membaca. Dengan kata lain, idealnya setiap Muslim itu minimal memiliki kecintaan atau tradisi membaca.
Allah Ta’ala berfirman:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5).

Surat ini adalah yang pertama kali turun pada Rasul. Surat tersebut turun di awal-awal kenabian. Ketika itu beliau tidak tahu tulis menulis dan tidak mengerti tentang iman. Lantas Jibril datang dengan membawa risalah atau wahyu. Lalu Jibril memerintahkan nabi untuk membacanya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Aku tidak bisa membaca.” (HR. Bukhari no. 3). Beliau terus mengatakan seperti itu sampai akhirnya beliau membacanya.

Dari generasi ulama terdahulu kita bisa lihat dari apa yang diteladankan oleh Imam Syafi’i. Kita bisa bayangkan, dalam usia 7 tahun sudah bisa hafal Al-Qur’an dan pada usia 9 tahun sudah bisa menghafal sebuah buku yang ditulis Imam Malik.

Hal ini menjadi satu bukti kuat bahwa membaca adalah kunci utama untuk sukses belajar dan berkarya di masyarakat. Dan, hasilnya pun bisa terbukti, kala dewasa Imam Syafi’i tidak saja mampu menulis kitab yang dibutuhkan zamannya tetapi juga menjawab tantangan kaum orientalis yang hendak mengobrak-abrik tatanan keilmuan Islam di bidang fiqh dan usul fiqh.

Jadi, mulai sekarang canangkan semangat untuk gemar membaca, utamanya membaca Al-Qur’an, Hadits, Sejarah Nabi serta sahabat, dan buku-buku yang bermanfa'at dalam membangun semangat kita untuk menjadi Muslim yang bermanfa'at dalam kehidupan ini. Karena membaca adalah salah satu kunci utama untuk sukses belajar dan berkarya di masyarakat.

Jika kita memang benar-benar mengikuti sunnah Nabi Muhammad dan berpegang di atas prinsip ahlussunnah wal jama’ah sudah semestinya kita mengisi hari-hari kita dengan senantiasa gemar membaca.

2. Bersungguh-sungguh
Setelah membaca, kita mesti bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah agama. Mulai dari yang bersifat wajib, sunnah atau pun hal-hal tertentu yang bisa meningkatkan kualitas diri kita sebagai Muslim yang bertakwa.

Kata bijak mengatakan, “Setiap manusia berangkat dari titik yang sama, dan yang membedakan hasil dan posisi nantinya adalah tingkat kesungguhannya.”

Seperti kita ketahui, yang menjadikan pribadi sahabat di zaman Nabi unggul bukan karena mereka cerdas atau lengkap fasilitas, tetapi karena mereka bersungguh-sungguh menjalankan ajaran agama.
Sebaliknya hari ini, yang menyebabkan umat Islam belum mampu unggul atas umat lain, karena umat Islam sendiri belum sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran Islam. Baik dalam konteks individu maupun kolektif, sehingga Islam tidak termanivestasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, untuk saat ini mari fokuskan pada diri kita masing-masing untuk bersungguh-sungguh dalam mengisi hari-hari dengan baik. Mulai dari bersungguh-sungguh membaca, mengkaji, menggali dan mendalami Al-Qur’an dan Sunnah berikut mengamalkannya hingga benar-benar dan sungguh-sungguh dalam menempa diri menjadi Muslim yang berkualitas dan bermanfaat.

Apabila ini bisa kita lakukan, insya Allah akan ada jalan dari sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana janji-Nya:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar2 beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-Ankabut : 69).

Dan, dalam pepatah Arab dikatakan, “Man Jadda wajada”(من جد وجد) "siapa yang bersungguh-sungguh niscaya akan sampai."

3. Istiqomah
Setelah membaca, kemudian bersungguh-sungguh, langkah selanjutnya adalah istiqomah (konsisten). Ide besar apa pun dan tenaga sekuat apa pun jika tidak konsisten dalam menjalaninya tidak akan memberikan dampak sedikit pun. Karena itu kunci utama yang tidak kalah pentingnya adalah istiqomah.

Dalam pepatah bijak kita dikatakan, “Belakang parang pun, bila diasah setiap hari akan tajam juga.” Artinya, siapa pun, dari mana pun, keturunan siapa pun kalau memang istiqomah dalam menempa dirinya dalam ketaatan akan sukses juga.

Hal itulah yang dilakukan oleh Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah yang sebagian orang menyebutnya sebagai budak. Karena istiqomah meneladani Nabi, ia bisa menjadi seorang jenderal pasukan Muslim. Demikian pula dengan putranya, Usamah bin Zaid yang dipercaya Rasulullah menjadi panglima pasukan Muslim kala menghadapi tentara Romawi.

Jadi, istiqomah itu sangat luar biasa. Orang biasa akan jadi luar biasa dengan istiqomah. Orang tidak diperhatikan akan tumbuh menjadi pribadi yang diperhitungkan dengan istiqomah. Oleh karena itu, istiqomahlah dalam iman, takwa dan peningkatan kualitas diri. Sebab, segala kesulitan kuncinya ada pada keistiqomahan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka  (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yg telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh  (pula) didalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Fushshilat : 30-31)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِيهِ ؛ أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِأَمْرٍ فِي الْإِسْلَامِ لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ. قَالَ: "قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ" قُلْتُ: فَمَا أَتَّقِي؟ فَأَوْمَأَ إِلَى لِسَانِهِ.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Atho', dari Abdullah ibnu Sufyan, dari ayahnya, bahwa seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, perintahkanlah kepadaku suatu perintah dalam Islam, yang kelak aku tidak akan bertanya lagi kepada seorang pun sesudahmu." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Katakanlah, "Tuhanku adalah Allah, kemudian teguhkanlah pendirianmu!" Lelaki itu bertanya, "Lalu apakah yang harus kupelihara?”  (yakni) "Menjaga mulut." (HR. Ahmad)

Singkatnya, dengan memahami makna cinta dalam menjalanai aktifitas kehidupan dan ibadan akan menghantarkan siapapun untuk menuju kesuksesan. Dimana bentuk implementasi dari rasa cinta akan melahirkan semangat untuk membaca kehidupan, bersungguh-sungguh dan konsisten dengan pendirian hidup. Allahu a’lam. [dutaislam.com/pin]

Keterangan:
Ditulis oleh Ibnu Mas'ud At'Tamanmini 


Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB