Pengurus Matan yang dimaksud adalah Dr. Mahmud Suyuthi, Ketua Matan Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagai Ketua Umum Matan, Dr. Hamdani Mu'in mempersilakan untuk mengembangkan Matan karena di Matan, katanya, modal utamanya bukan uang, melainkan jalinan batin (shilah ruhiyah).
"Modal utama adalah shilah ruhiyah, hubungan spiritualitas. Itu artinya kita itu penuh bersama Rasulullah," ujarnya di hadapan ratusan muktamirin seluruh Indonesia.
Ia juga berpesan agar strategi dakwah Matan perlu mempertimbangkan aspek spiritualitas tarekat mengingat dinamika kehidupan online saat ini, terlalu banyak diwarnai dengan unsur syariah tanpa mempertimbangkan tasawuf dan tarekat.
"Ketika orang bertanya kepada Google dan mengetik kata tarekat, yang muncul malah postingan yang menyebut tarekat sesat," paparnya prihatin.
Melihat fakta di atas, Dr. Hamdani Mu'in menyatakan agar pengembangan Matan di wilayah-wilayah tidak melupakan berdirinya zawiyah-zawiyah (lembaga yang mengajarkan kearifan spiritual Islam) di banyak kampus.
"Zawiyah-zawiyah tarekat harus ada di setiap kampus, termasuk di Unnes, dimana saya sudah bilang ke Dr. Yasir (moderator, dosen Unnes) untuk menyiapkan lahannya," tandas Dr. Hamdani.
Ia berharap agar kader Matan bisa melingkari kampus dengan zawiyah-zawiyah terekat. "Jangan lagi zawiyah-zawiyah jenggot," lanjutnya. Pergerakan jenggot ini, kata Dr. Hamdani, memang luar biasa, "kelihatannya seperti kos-kosan tapi bisa jadi basis gerakan (basscamp)," tegasnya. [dutaislam.com/ab]
