Betapa Nyeseknya PA 212 Ditinggal Gerindra, PAN, dan PKS, Habib Rizieq Pun Tak Punya Taring
Cari Berita

Advertisement

Betapa Nyeseknya PA 212 Ditinggal Gerindra, PAN, dan PKS, Habib Rizieq Pun Tak Punya Taring

Duta Islam #03
Jumat, 12 Januari 2018
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Syahwat mengusung calon dalam Pilkada Serentak 2018 PA 212 dan GNPF Ulama kandas. Betapa sakitnya hati mereka setelah semua usulan bakal calon  yang akan diusung tak satupun mendapat rekom dari partai yang belakangan ini dibelanya mati-matian hingga pakai atribut agama.

Gerindra emoh, PAN emoh, dan begitu juga PKS. Usulan mereka kepada masing-masing pimpinan partai tak disambut positif alias tak digubris. Padahal, sudah berusaha dengan sungguh-sungguh. Mulai dari pembentukan opini publik soal partai umat Islam hingga rekom untuk calon diantar langsung oleh pimpinannya.

PA 212 dan GNPF Ulama tanpak kecewa berat. Nyesek dan merasa dihianati. Kekecewaan diungkapkan kepada awak media dalam jumpa pers di Restoran Mbok Berek Jakarta Selatan, Kamis (11/01/2018) yang dihadiri oleh bakal calon gagal di Pilkada Jatim La Nyalla Mattaliti, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Al-Khaththath, dan Bendaharanya Tubagus Daniel Hidayat. Dilansir dari detik.com, La Nyalla lantas mengaku dimintai uang oleh Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

Menarik disimak ungkapan Al-Khaththath menanggapi kekecewaan kepada partai. Terutama La Nyalla. Al Khathtahat prihatin. Karena 171 Pilkada tak ada yang diberi rekom. Padahal mintanya cuma lima. Tak lebih.

"Kami prihatin kasus yang dihadapi oleh La Nyalla dan beberapa nama yang kami ajukan kepada pimpinan partai agar kader dari Aksi 212 itu. Dari 171 (pilkada), kita hanya minta lima agar bisa diberi rekom khusus, jalur khusus. Kalau diperlakukan seperti yang lain, buat apa kita bikin rekom," katanya.

Padahal Alumni 212, kata Al-Khaththath, membuat surat yang diantarnya langsung ke pertemuan tiga pimpinan partai, PKS-Gerindra-PAN, di rumah dinas seorang ketum. Surat rekomendasi calon kepala daerah itu diteken oleh KH Abdul Rosyid Abdullah Syafii. Nyatanya, tidak ada rekom.

Al Khaththat lalu mengungkit-ngungkit Pilkada di Jakarta yang disebutnya sangat fenomenal dan perjuangan dari ulama. Anies-Andi diklaim menang karena itu.

"Kita kan menganggap para ulama sudah memperjuangkan dengan pengerahan Aksi Bela Islam 212 yang sangat fenomenal dan kita di Jakarta sudah berhasil memunculkan Gubernur Anies-Sandi," tuturnya.

Yang cukup bikin menarik keterlibatan Habib Rizieq Shihab dalam perkara ini. Diungkapkan Al Khaththat bahwa Habib Rizieq sudah menitip pesan kepada tiga ketum agar mengusung calon yang direkomendasikan oleh para ulama. Tapi semuanya tak ada arti. Habib Rizieq tak cukup taring untuk mempengaruhi sikap tiga partai. Al-Khaththath mempertanyakan.

"Pesan Habib Rizieq ketika saya pergi ke Mekah, meminta kepada tiga pimpinan partai supaya meng-copas (copy-paste) yang ada di Jakarta supaya mendapatkan kemenangan di provinsi-provinsi lain. Nah, tentunya saya nggak tahu apakah ada mispersepsi seolah-olah kita mendukung dengan cek kosong. Mungkin pemahaman mereka seperti itu," ujar Al-Khaththath.

Padahal Al-Khathtath dan sejumlah pasukan PA 212 dan GNPF Ulama sudah ancang-ancang bikin adegan-adegan yang mirip di Jakarta. Namun, apa boleh buat, cuaca sedang tidak bersahabat. Akhirnya harapan tinggal harapan yang hanya bisa dikenang.

"Kita mendukung munculnya Gubernur Anies-Sandi dengan semangat 212, semangat Al-Maidah 51. Kita berharap hal itu terjadi di tempat-tempat lain," kata Khaththat.

Tanggapan PKS
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memahami kekecewaan yang dilontarkan Presidium Alumni 212 terkait rekomendasi yang ditolak soal pilkada. PKS memiliki pertimbangan lain menolak rekomendasi tersebut.

"PKS memberi kesempatan, tapi memang tak mudah untuk mencari rekan koalisi. Jadi pelajaran bersama agar lebih erat kerja samanya ke depan," ujar Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera kepada wartawan, Jumat (12/1/2018).

Mardani menuturkan PKS sudah bertemu dan menampung usulan Presidium Alumni 212 soal rekomendasi calon kepala daerah di 5 wilayah. Akan tetapi, karena faktor koalisi dan situasi politik, usulan tersebut tidak dilaksanakan.

"Kami bertemu dan memfasilitasi usulan 212 ada lima daerah. Bahkan di Kota Bogor calon internal ditunda, memberi kesempatan pada usulan 212. Tapi karena kursi kurang, perlu koalisi. Di sini tidak mudah," kata Mardani.

Tanggapan PAN
PAN menjelaskan keputusan untuk mengusung calon kepala daerah juga mempertimbangkan kemaslahatan umat.

"Yang terlibat kan banyak sekali. Tapi kami hormati, kalau namanya usaha, tapi bukan berarti semua keputusan kami tidak mempertimbangkan untuk umat. Kami lakukan untuk umat," ucap Ketua DPP PAN Yandri Susanto kepada wartawan, Jumat (12/1/2018).

Tanggapan Gerindra
Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono menyatakan permohonan maaf.

"Usulan yang disampaikan tentu dipertimbangkan dengan semua aspeknya. Kami minta maaf dengan segala hormat tidak bisa memuaskan semua pihak," ujar Ferry saat dihubungi, Jumat (12/1/2018).

Ia pun menyampaikan alasan nama-nama kandidat kepala daerah usulan ulama itu tidak diusung oleh partainya. Menurut Ferry, penolakan tersebut semata-mata karena realitas politik yang tidak memungkinkan.

Duh, betapa nyeseknya. [dutaislam.com/pin]

Keterangan
Diolah dari detik.com dan berbagai sumber


Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB