Sikap Nabi Ketika Aisyah Difitnah Selingkuh
Cari Berita

Advertisement

Sikap Nabi Ketika Aisyah Difitnah Selingkuh

Duta Islam #03
Jumat, 15 Desember 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Fitnah dan cerita dusta bukan barang baru. Nabi Muhammad saw pun pernah diserang fitnah dan cerita dusta yang sangat keji. Jika kita hidup di zaman nabi, kita pun tak akan tahu bagaimana harus bersikap karena Nabi sendiri tak berdaya melawan fitnah tersebut.

Bayangkan, seorang nabi yang agung mengalami fitnah yang luar biasa keji. Isterinya dikabarkan telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Ummul Mukminin Aisyah Ra. difitnah telah melakukan perselingkuhan dengan Shafwan ibn Muaththal.

Di satu sisi Nabi sangat sayang pada Aisyah dan berpikir bahwa tak mungkin Aisyah melakukan tindakan hina tersebut. Di sisi lain, Nabi sungguh tak berdaya menghadapi fitnah yang sudah menyebar luas. Begitu pula Aisyah, sangat terpukul karena fitnah tersebut. Apalagi kemudian sikap Nabi kepadanya menjadi berubah. Tak seperti biasanya. Hanya sabar dan sabar yang bisa dilakukan oleh Aisyah. Setiap malam Aisyah menangis merasakan derita akibat fitnah.

Sebulan lebih fitnah itu menyebar dan kehidupan rumah tangga Nabi dan Aisyah cukup terganggu. Sampai akhirnya Allah menyelamatkan Aisyah dari fitnah itu dengan menurunkan wahyu:

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.(QS. An-Nur: ayat 11- 21).

Dalam kitab an-Naba’u al-Azhim, Dr. Muhammad Abdullah Daraz menjelaskan berbagai hikmah dari kejadian tersebut. Salah satu hikmah yang sangat agung adalah kesabaran dan kejujuran Nabi Saw.

Sebagai manusia yang menerima wahyu, bisa saja Nabi membela Aisyah dengan mengatakan bahwa Allah telah menurunkan “wahyu pembelaan” sejak hari pertama tersebarnya fitnah. Namun tidak mungkin itu dilakukan oleh Nabi. Nabi tak mungkin berbohong. Beliau hanya bisa bersabar dan yakin bahwa Allah pasti akan menyelesaikan masalah yang sedang beliau dan keluarganya hadapi.

Bayangkanlah. Andai kita adalah orang terhormat dan punya kuasa. Tiba-tiba kita (dan keluarga) mengalami fitnah seperti yang dialami oleh Nabi Saw. Kira-kira apa yang anda lakukan sebagai orang yang memiliki posisi terhormat dan punya kuasa? Sebagai manusia biasa tentu kita akan gunakan posisi terhormat dan kuasa untuk menyelesaikan orang-orang yang terlibat dalam penyebaran fitnah tersebut dengan berbagai cara.

Nabi adalah penerima wahyu. Beliau tak pernah berpikir merekayasa wahyu, meski menghadapi ujian yang teramat berat. Lantas, mengapa sebagian umatnya mudah sekali megumbar ayat kemudian memposisikan pendapatnya seperti ayat? seolah-olah mereka adalah penerima wahyu langsung dari Allah! [dutaislam.com/ed/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB