[Kerja dan Doa] Hujan Turun Begitu KH Nawawi Banten Doa Jawa di Depan Ka'bah
Cari Berita

Advertisement

[Kerja dan Doa] Hujan Turun Begitu KH Nawawi Banten Doa Jawa di Depan Ka'bah

Duta Islam #03
Kamis, 30 November 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Kita semua sepakat menginginkfan keberuntungan dunia dan akhirat. Secara lahir kita bekerja, usaha. Bekerja harus, maka Allah berfirman: harrik yadaka ungzil ‘alaikar rizqa (gerakkan tanganmu, kamu Ku beri rizki).

Anda tidak boleh mengharap rizki dari Allah jika tidak bernah “menggerakkan tangan” untuk bekerja. Jangan hanya menerima pemberian orang lain (krido lumahing asto) –mohon maaf-  itu  namanya tidak muruah (pendremisan).

Semua para nabi bekerja. Nabi Adam dan istrinya Hawa, bertani. Nabi Nuh seorang tukang: kayu bisa, bangunan bisa, pandai besi bisa. Kalau sekarang, Nabi Nuh seperti alumni SMK. Nabi Sulaiman pandai merangkai janur, ahli dekorasi. Bahkan Nabi Sulaiman penyayang binatang-binatang. Nabi Sulaiman juga mampu menguasai arah mata angin. Maka Allah berfirman dalam Al-Quran: “Wa li Sulaimana rieh”. Nabi Sulaiman menguasai [mengerti] cuaca: besok hujan, besok reda, besok banjir, besok surut, besok pasang, besong angin ke utara, besok ke selatan. Barangkali kalau sekarang beliau adalah pakar metreologi dan geofisika.

Sedangkan secara batin adalah ibadah dan berdoa. Apabila bisa, sekian banyak doa semua dihafalkan. Bila tidak bisa, semampunya. Jika terpaksa tidak bisa bahasa Arab, memakai bahasa Jawa tidak apa-apa.

Romo KH. Idris Marzuki, Lirboyo, pernah dawuh kepada saya:

“Koe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep. Kae kiai-kiai ora ngarang dewe. Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali jaman mbiyen. Wali ora ngarang dewe kok. Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi Khidlir. Nabi Khidlir yen ketemu wali Jowo ngijazaji dungo nganggo boso Jowo. Ketemu wali Meduro nganggo boso Meduro.”

“[Kamu jika mendapat doa-doa Jawa dari kiai yang mantap, jangan ragu. Kiai-kiai itu tidak mengarang sendiri. Mereka mendapat doa Jawa dari wali-wali jaman dahulu. Wali itu mendapat ijazah doa dari Nabi Khidlir. Nabi Khidlir jika bertemu wali Jawa memberi ijazah doa memakai bahasa Jawa. Jika bertemu wali Madura menggunakan bahasa Madura]”

Maka, saya sering berdoa dengan doa Jawa. Saya mendapat doa Jawa dari Romo KH. Achmad Abdul Haq dan KH. Dalhar Watucongol Magelang. Doa Jawa yang membuat tekun bekerja dan kelapangan rizki.

“Allāāhumma ubat-ubet, biso nyandang biso ngliwet. Allāāhumma ubat-ubet, mugo-mugo pinaringan slamet. Allāāhumma kitra-kitri, sugih bebek sugih meri. Allāāhumma kitra-kitri, sugih sapi sugih pari.”

Almarhum KH. Nawawi Banten pernah diminta untuk berdoa di Makkah dan tetap menggunakan bahasa Jawa. Padahal beliau ahli bahasa Arab. Hasil karyanya diatas 40 kitab, semuanya berbahasa Arab. Kejadiannya, suatu ketika di Tanah Arab lama sekali tidak turun hujan. Ulama-ulama Makkah dan Madinah didatangkan untuk berdoa minta hujan di depan ka’bah. Selesai berdoa, malah semakin panas, sampai beberapa bulan. Sang raja teringat, ada seorang ulama yang belum diajak berdoa. Setelah dicari, ketemu. Orangnya pendek, kecil dan hitam. Mungkin kalau melamar perawan jama sekarang langsung ditolak. Kenapa? Karena bukan tipe idola, walaupun mungkin bisa masuk facebook.

Kemudian, ulama asal dusun Tanara, Tirtayasa, Banten tersebut dipanggil oleh sang raja agar supaya berdoa kepada Allah di depan ka’bah: meminta hujan.

Anehnya, meski KH. Nawawi Banten mampu berbahasa Arab dengan fasih, di depan ka’bah, berdoa meminta hujan dengan memakai bahasa Jawa. Para ulama Makkah dan Madinah berdiri di belakangnya menyadongkan tangan sambil berkata “amin”.

Mbah Nawawi berdoa: “Ya Allah, sampun dangun mboten jawah, nyuwun jawah.”

Seketika hujan datang. Yang berdoa berbahasa Arab dengan fasihnya tidak mujarab, sedangkan dengan bahasa Jawa malah justeru ampuh. Maka, jika anda mendengan orang berdoa dengan fasih menggunakan bahasa Arab, jangan minder karena belum tentu mujarab. Jadi, berdoa memakai bahasa Jawa, boleh-boleh saja, asalkan diluar shalat. Kalau berdoa di dalam shalat, wajib berbahasa Arab.
Itu tadi doa yang menyangkut dengan pekerjaan. Saya punya doa yang terkait dengan keamanan. Berbahasa Jawa:

“Bismillāhirrahmānirrahīm. Kun Fayakun, rinekso dhening Allah, jinogo dhening moloekat papat, pinayungan dhening poro nabi, Lailāhaillallāh Muhammadur Rasūlullah.”

Jadi, secara lahir bekerja, secara batin berdoa. Bahkan, untuk strata yang lebih rendah – mohon maaf – jika Arab tidak bisa, Jawa tidak bisa, boleh tidak berdoa, asalkan mau berdzikir yang banyak. Karena dzikir itu sama dengan berdoa.

Allah berfirman: man saghalahu dzikri ‘an mas alati, a’thaituhu qabla an yas alani. [Barangsiapa terlena berzdikir kepadaKu sampai tidak sempat meminta apa-apa, niscaya Kuberi dia apa-apa, sebelum dia meminta apa-apa.[dutaislam.com/pin]

Keterangan:
Tulisan ini gubahan KH. Khalwani Nawawi, Purworejo


Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB