![]() |
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir. Foto: kumparan.com |
Sikap Muhammadiyah ini disampaikan langsung Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir. Haedar mengatakan, pihaknya tidak akan ikut serta dalam Reuni Akbar 212 pada Sabtu (2/12). Haedar menilai, kegiatan tersebut sudah dalam konteks yang tidak sesuai dengan kebiasaan jamaah Muhammadiyah.
"Kami (Muhammadiyah) tidak akan berreuni. Maka saya tegaskan kami tidak akan dukung apa lagi ikut berdemo," ujar Haedar di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Jumat (24/11) sebagaimana dilansir dari Kumparan.com
Haedar justru membandingkan bahwa reuni itu tidak lebih baik dibanding reoni-reoni lain, misalnya reoni di hari kemerdekaan.
"Lebih baik kita reuni 17/8/1945 (hari Kemerdekaan Indonesia). Itu jauh lebih luas dan produktif," kata Haedar.
Haedar menilai, aksi masa 212 merupakan kemelut umat Islam ketika mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok diduga melakukan penistaan terhadap agama. Ketika itu, Ahok dinilai telah menodai Al-Qur'an melalui Surat Al Maidah ayat 51 ketika kunjungan kerja di Kepualauan Seribu.
"Lebih baik yang produktif. Jadi, Muhammadiyah itu tidak akan menunaikan kegiatan-kegiatan yang seperti itu," tegasnya.
Haedar berharap gerakan-gerakan yang lebih produktif lebih banyak muncul ke depannya. Masyarakat juga harus cerdas dalam menyikapi sesuatu agar tidak dipolitisasi.
"Makanya rakyat harus cerdas. Supaya kita tidak mudah terpolitisasi. Umat Islam harus cerdas, melek poltik, dan tidak gampang terpolitisasi," katanya.
Yang ikut ya paling orang-orang itu saja. [dutaislam.com/pin]
Keterangan:
Data berita ini diolah dari kumparan.com. Diedit ulang Redaksi Dutaislam.com tanpa menghilangkan substasi berita.
