Di Arab Refomasi Agama, Wahabi Indonesia Stop Tuding Bid’ah, Mungkinkah?
Cari Berita

Advertisement

Di Arab Refomasi Agama, Wahabi Indonesia Stop Tuding Bid’ah, Mungkinkah?

Duta Islam #03
Rabu, 29 November 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Foto: Istimewa
Oleh Dr. H.M. Imdadun Rahmat

DutaIslam.Com - Reformasi politik yang bergulir di Arab Saudi memunculkan tanda-tanda orientasi baru Negara itu termasuk reformasi paham keagamaan.  Negara kaya minyak yang telah lama mengembangkan Wahabisme global dan menyokong berkembangnya Wahabisme di Indonesia itu ingin perubahan. Arah baru dimaksud adalah menghentikan radikalisme, ekstrimisme dan konservatisme. Raja Salman, penguasa Nejed dan Hijaz itu menginginkan kembali kepada Islam moderat.

Wacana baru yang dilontarkan Pangeran Muhammad bin Salman ini menimbulkan harapan yang tampaknya berlebihan dari publik Nahdliyyin. Tampak ada harapan bahwa kelompok Salafi yang selama ini membid’ah-bid’ahkan kaum Nahdliyyin akan berhenti beroperasi karena bantuannya dihentikan oleh Arab Saudi. Ada harapan kehidupan akan damai dan tenang karena tv, radio, terbitan, medsos dan panggung-panggung para ustadz Salafi/Wahabi akan berhenti menfitnah, mencerca dan mendelegitimasi NU. Bahkan, ada harapan dana dari Arab Saudi yang selama ini tidak pernah seriyal pun diterima oleh kaum Nahdiyyin akan menghampiri mereka.

Apakah harapan Nahdliyyin itu akan menjadi kenyataan?

Ini terkait dengan pertanyaan tentang hakikat perubahan itu. Apa sesungguhnya yang dimaksud rejim Saudi sebagai radikalisme, ekstrimisme dan konservatisme? Kelompok mana yang dimaksud dengan itu? Kemudian, apa yang dimaksud dengan Islam moderat? Artikel pendek ini hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Koalisi Permanen Bani Saud dan Alu Syaikh
Arab Saudi menjadikan Islam sebagai agama resmi Negara. Meskipun tidak ada dokumen tertulis, Wahabi/Salafi merupakan aliran resmi yang penyebarannya dibiayai Negara. Jabatan-jabatan tinggi keulamaan dipegang oleh Alu Syaikh, sejumlah ulama yang merupakan keturunan Muhammad Bin Abdul Wahhab. Ulama Wahabi/Salafi seperti Abdullah Bin Baz menduduki status yang sangat tinggi dan didukung penuh oleh pemerintah untuk menyebarkan dan mengembangkan Salafiyah garis Ibnu Taymiyyah, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dan Muhammad Bin Abdul Wahhab di dalam negeri dan ke seluruh dunia Islam.

Di waktu yang sama pemerintah menerapkan berbagai policy yang cenderung mempersempit ruang gerak madzhab lain. Sebagai imbalannya, Wahabi/Salafi menjadi pendukung paling loyal terhadap kekuasaan Raja Saudi.

Koalisi ini terbentuk sejak awal lahirnya kerajaan Arab Saudi. Semenjak fase merebut kekuasaan di wilayah Nejed (Jazirah Arabia bagian Timur), tepatnya di Dir’iyyah, Raja Saud dibantu oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab. Abdul Wahhab memiliki pasukan Paderi yang berjumlah besar yang menjadi pasukan inti Raja Saud. Pasukan Paderi ini adalah para pengikut Abdul Wahhab yang puritanis yang mencita-citakan pembersihan dan pemurnian ajaran Islam dari bid’ah, khurafat, dan takhayul.

Pasukan ini dikenal militan, ganas dan tanpa kompromi. Kontribusi tetara Wahabi sangat besar dalam berbagai kemenangan Raja Saud. Koalisi itu juga bahu-membahu merebut wilayah Hijaz (Jazirah Arab bagian barat) termasuk Mekah dan Medinah yang menandai lahirnya kerajaan besar Saudi Arabia.

Itulah sebabnya, sejak awal merebut Mekah dan Madinah, Raja Saud menerapkan kebijakan sapu bersih  apa yang dianggap bid’ah, khurafat, dan takhayyul. Madzhab yang empat dibatasi (kecuali Madzhab Hambali versi Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Qoyim). Para ulama dan imam masjid Haramain diganti dengan para tokoh Wahabi. Wahabiyah didukung penuh oleh kerajaan untuk menjadi satu-satunya aliran di Arab Saudi. Situs-situs peninggalan Nabi, keluarga Nabi, dan para Sahabat dihancurkan termasuk makam keluarga Nabi serta para sahabat dan tabiin.

Jika saja tidak mendapatkan protes keras dari seluruh penjuru dunia Islam makam Nabi juga akan dihancurkan. Bahkan, tarekat sufiyyah dilarang sama sekali.

Koalisi ini makin menjadi-jadi setelah Arab Saudi panen minyak sejak 1930-an dan mulai tahun 1975 menjadi Negara super kaya. Arab Saudi ingin menjadi yang terdepan di dunia Islam. Ia bersaing dengan Mesir, Irak, Turki,  Syiria dan Iran. Saudi ingin pengaruhnya meluber ke penjuru negeri-negeri OKI. Salah satu wasilah yang dipakai adalah penyebaran Wahabi ke seluruh dunia. Dengan semakin kuatnya Wahabi di sebuah Negara, maka publiknya  akan menggeser dukungan kepada Negara-negara kuat saingan Saudi.

Internasionalisasi Wahhabi ini setidaknya dilakukan dengan beberapa strategi. Pertama, memberikan dukungan finansial kepada organisasi-organisasi penting. Cara ini dilakukan secara lebih canggih dan menyeluruh terutama pada tahun 1980-an dengan menciptakan organisasi perwakilan seperti Liga Muslim Dunia (Rabithah al-Alam al Islami), yang secara luas mendistribusikan literatur Wahhabi dalam semua bahasa utama dunia, memberikan hadiah dan sumbangan, serta menyediakan dana untuk jaringan penerbit, sekolah, mesjid, organisasi, dan perseorangan.

Tentu saja efek kampanye ini adalah munculnya banyak gerakan Islam di seluruh dunia yang menjadi pendukung ideologi Wahhabi. Kedua, persebaran Wahhabi juga didukung oleh berbagai institusi baik institusi sosial-keagamaan, pendidikan, institusi bisnis dan media massa seperti penerbitan buku, koran, radio, TV dan majalah maupun institusi politik dan pemerintah, dan juga perseorangan seperti imam, guru, ustadz, dan penulis  yang “secara oportunis” ingin mengambil untung dari donasi Saudi.

Koalisi Rezim Saudi dengan Wahabi/Salafi makin kuat saat ini karena Iran semakin menonjol sebagai saingan Saudi di regional Timur Tengah maupun di dunia Islam. Saudi juga terlibat perang dengan pihak-pihak yang didukung  Iran; Rejim Basyar Asad dan Pemberontakan Houti di Yaman. Wahabi/Salafi menjadi alat yang efektif untuk melawan pengaruh Iran di dunia Islam dengan gerakan anti Syi’ah. Intinya, Syi’ah bukan Islam oleh karena itu ia harus diisolasi dari pergaulan dunia Islam. Iran harus keluar dari OKI, atau minimal tidak menduduki posisi penting di OKI.

Melihat besarnya kepentingan Kerajaan Saudi terhadap Wahabi/Salafi sebagai pendukung kekuasaan dan kepentingan politik regional dan internasional ini, berat rasanya Arab Saudi meninggalkan Wahabi/Salafi. Di lain pihak, jaringan Ahlussunnah Waljamaah (non-Wahabi) di Arab Saudi telah terlanjur berantakan dihajar oleh pemerintah Saudi, tinggal sisa-sisanya, antara lain jaringan Syaikh Alwi Al-Maliki.

Oleh karenanya Pangeran Muhammad Bin Salman tidak pernah mengatakan akan memberantas Wahabi. Yang ia katakan adalah memberantas ekstrimisme, radikalisme dan kaum konservatif. Siapakah mereka?

Salafi Surury, Salafi Jihadis dan Salafi Takfiry
Wahabisme/Salafisme telah berkembang jauh dengan percabangan yang makin rumit. Di antara berbagai fraksi dalam Wahabi/Salafi sendiri terdapat tiga kelompok yang oposisional terhadap pemerintah Saudi. Yakni Salafi Surury, Salafi Jihadis dan Salafy Takfiry. Salafy Surury atau "Salafiyah Politik" yang lebih menaruh perhatian pada persoalan-persoalan politik ketimbang agenda pemurnian (purifikasi).  Mereka terpengaruh oleh pemikiran lkhwan Al-Muslimin (IM).

Sebutan mereka merujuk pada dai Syiria Muhammad Syurur Zein Al-Abidin, seorang tokoh IM. Kelompok inilah yang menentang keberadaan Amerika Serikat dan intervensi militernya dalam perang Teluk II.  Mereka juga menentang politik Saudi Arabia yang tidak tegas terhadap Israel.Tokoh-tokoh kelompok ini antara lain Salman Al-Audah, Safar Al-Hawali, 'Aidh Al-Qarni, dan lain-lain. 

Sedangkan Salafi Jihadis dan Salafi Takfiris sama-sama menggunakan kekerasan dan terror. Dua-duanya adalah produk Saudi sendiri. Keterlibatan Arab Saudi dan Intelijen Pakistandukungan Amerika Serikat dalam membentuk “legiun Arab” dalam perang Afghanistan serta keterlibatannya dalam mensupport kelompok perlawanan Sunni terhadap rezim Syiah Basyar Asad di Syiria telah melahirkan jenis Salafi baru yang tidak dikehendakinya.

Para sukarelawan jihad di Afghanistan melahirkan Tanzim Al-Qaidah pimpinan Usamah Bin Ladin, sebuah kelompok teroris yang berideologi Salafi Jihadi. Sedangkan sukarelawan Sunni di Syiria berkembang menjadi Daisy (Al-Daulah Al-Islamiyyah fi Al-Iraq wa Al-Syuriyah) masyhur disebut ISIS.Kelompok bersenjata yang didukung sukarelawan dari berbagai Negara ini merupakan kiblat bagi kelompok pro kekerasan yang menganut ideology Salafi Takfiri. Ketiga kelompok Salafi inilah yang disebut oleh Pangeran Muhammad Bin Salman sebagai ekstrimisme, radikalisme dan kaum konservatif.

Islam Moderat ala Saudi: Neo Fundamentalis
Lalu, siapakah Islam moderat itu? Yaitu Salafi yang loyal kepada Kerajaan. Salafi yang a-politis yang loyal dan memberikan legitimasi agama bagi keabsahan kekuasaan Raja Saud. Salafi resmi di bawah Abdullah Bin Baz dan Syaikh Utsaimin yang menfatwakan bahwa berorganisasi dan berpolitik adalah bid’ah dlolalah.

Agenda konkretnya adalah membendung dan menyaingi pengaruh IM yang sangat politis, cenderung kritis dan oposisional terhadap semua penguasa di dunia Arab. Yang dimaui oleh Keluarga Raja Saud adalah melemahkan arus deras Islamisme (Islam sebagai ideology perlawanan) yang dimunculkan oleh IM.

Oleh karenanya, seruan yang didukung oleh Salafisme internasional ala Saudi adalah kesalehan individu, purifikasi agama dan penerapan Syariat Islam sebagai hokum formal. Inilah yang oleh Olivier Roy disebut sebagai neo-fundamentalisme yang telah berhasil sekian waktu membendung bahkan menggagalkan agenda Islamisme di dunia Islam.

Salafi-Wahabi yang berkembang di Indonesia adalah Salafi resmi ini. Reformasi di Arab Saudi tak akan berpengaruh apa-apa terhadap kelompok-kelompok Salafi di sini. Real Saudi akan tetap mengucur ke kelompok-kelompok Salafi di negeri kita. Sebab, yang diperangi hanyalah Salafi Surury, Salafi Jihadi dan Salafi Takfiry. Kaum Nahdliyyin harus tetap bersabar dibid’ah-bid’ahkan oleh kelompok Salafi. Innallaha m’ashshabiriin. [dutaislam.com/pin]

Penulis adalah Direktur SAS Institute dan pengajar Program Kajian Terorisme SKSG Universitas Indonesia. Artikel ini tayang awal di NU Online dengan judul asli "Reformasi Keagamaan Arab Saudi dan Wahabisme di Indonesia"

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB