[Subhanallah!] Meski Sepuh, Kiai Qasim Rutin Keliling Lintas Kota Demi Majlis Ilmu
Cari Berita

Advertisement

[Subhanallah!] Meski Sepuh, Kiai Qasim Rutin Keliling Lintas Kota Demi Majlis Ilmu

Duta Islam #03
Senin, 09 Oktober 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Kiai Sholeh Qosim. (Foto: Istimewa)
DutaIslam.Com - Masa mudanya gigih melawan penjajah, masa tuanya gigih berjuang mengamalkan ilmu. Meski sudah hampir berkepala sembilan, tiada kenal lelah keliling lintas kota demi masyarakat yang membutuhkan petuah-petuahnya.

Dialah Kiai Sholeh Qosim, pengasuh Pondok Pesantren Bahauddin Al-Islami, Sidoarjo yang pada masa penjajahan Belanda menjadi laskar Sabilillah berperang melawan penjajah. Nama Kiai Sholeh Qosim menjadi buah bibir setelah Presiden Joko Widodo mencium tangan beliau dengan penuh ketundukan pada HUT ke-72 TNI di Cilegon Banten 5 Oktober 2017 lalu.

Siapkah Kiai Qosim hari ini? Apa saja aktivitas beliau di masa senjanya?

Redaksi Dutaislam.com mendapat kesempaten berbincang dengan Gus Miftah. Hasil wawancara dengan cucu Kiai Qasim itu pantas membuat redaksi terkagum-kagum. Betapa kiai sepuh yang sudah hampir berusia 90 tahun masih semangat mengabdikan dirinya untuk ilmu dan masyarakat. Subhanallah!

”Selama kepalanya tidak abhot, beliau (Kiai Qosim, Red) menghadiri undangan masyarakat. Malam Rabu Ngaji di Ampel, dua mingga pada malam Kamis di Masjid Krian, Selasa dan Rabu Pagi Ngaji di rumah, dan setiap Kamis keliling Sidoarjo dalam Jama'ah Roha Bukhori Ihya'us Sunnah,” papar Gus Miftah menjelaskan aktivitas kakeknya kepada Dutaislam.com, Senin (08/10/2017).

Kiai yang akrab disapa abah Qasim itu lahir di bangil, 1 Januari 1030. Kelahirnnya itu hanya berdasarkan ingatan saat ini. Usia yang riil kemungkinan lebih tua. Beliau memiliki satu istri, delapan putra dan satu putri, 29 cucu, dan tujuh cicit.

Karya Abah Qosim lebih banyak di bidang pembangunan. Diantaranya memegang madrasah yang sekarang bernama Yayasan Pendidikan Islam Bahauddin (YAPIB) sejak 1971. Berawal dari murid pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah hanya berjumlah 80 orang. Sekarang beliau memiliki PGTK, MI, SMP, dan MA.

”Beliau juga menjadi takmir masjid sejak 1976. Sesuai kesepakatan kiai-kiai sepuh dulu beliau menjadi Takmir Masjid "sak lawas e urip" (selama-lamanya, Red),” tutur Gus Miftah.

Selain mengelola berbagai lembaga tersebut, Kiai Qosim memiliki tiga pesantren cabang selain Pondok Pesantren Bahauddin Al-Islami. Yakni, Bahauddin Khos Ali Arrofi'i, Bahauddin Khos An-Nidhommiyah dan Bahauddin Khos Al-Isma'iliyah.

”Beliau menantu KH. Chamzah Isma'il mu'asis dari Isma'iliyah. Sepeninggal KH. Imron Chamzah, putra dari KH. Chamzah beliau menjadi pengasuh dari Pesantren Isma'iliyah,” terang Gus Miftah.

Gus Miftah mengatakan, Kiai Qosim merupakan sosok kiai yang memegang teguh prinsip dalam menjalani apapun. Prinsip itu adalah pesan dari mertuanya sendiri yaitu Kiai Chamzah.

”Menjalani apapun seperti yang pernah dipesankan oleh mertua beliau Kiai Chamzah, "seng penting temen lan ati-ati," tutur Gus Miftah. [dutaislam.com/pin/gg]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB