Karomah Kitab Karya Para Ulama
Cari Berita

Advertisement

Karomah Kitab Karya Para Ulama

Duta Islam #02
Selasa, 10 Oktober 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ilustrasi karya para ulama (Foto: Istimewa)
DutaIslam.Com - Belakangan ini santer terdengar ajakan kembali ke al-Qur'an dan Hadits. Merasa paling paham dengan maksud al-Qur'an dan Hadits, mereka mengajak untuk meninggalkan kitab-kitab karya ulama. Naudzubillah.

Alih-alih mengajak meninggalkan karya ulama, tetapi mereka ada yang merubah karya ulama agar sesuai doktrin mereka. Astaghfirullah. Baca: Semakin Banyak Isi Kitab Kuning Yang Diubah

Padahal, para ulama tidak sembarangan dalam menuliskan kitabnya. Dengan kemampuan yang mumpuni dan selalu mendekatkan diri kepada Allah, buah karya mereka tercipta. Sehingga pada karya mereka diberikan keistimewaan dan karomah-karomah olehNya.

Habib Muhammad bin Ahmad Al-Ahdal menceritakan bahwa setelah Imam Muhammad bin Daud selesai menulis kitab Jurumiyyah yang ditulisnya di depan Ka'bah, beliau kemudian pergi ke sebuah sungai sambil berkata dalam hati, "Ya Allah, jika karyaku ini tidak bermanfaat, maka bawalah ia bersama air."

Beliau lalu meletakan kitabnya di atas air yang mengalir sambil berucap, "Jurru Miyyah (mengalirlah wahai air)." Air tersebut tetap mengalir, namun tanpa membawa serta kitabnya, bahkan tidak basah sedikitpun. Baca: Innalillah, Nadhom Jurumiyah Diubah Minhum

Imam Jalaluddin As-Suyuthi menceritakan bahwa tiada satu Hadits dalam kitab Ihya Ulumuddin kecuali Imam Ghazali akan shalat dua rakaat dan mencium tulisan Hadits tersebut. Jika Hadits itu berbau wangi maka beliau akan memasukannya ke dalam Ihya. Jika tidak, maka ditinggalkan.

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami menceritakan bahwa ketika Imam Ibnu Arabi selesai menyusun kitab Futuhat Makiyyah, beliau meletakan kitabnya tersebut di atas Ka'bah selama setahun. Beliau meminta kepada Allah agar menghancurkan kitabnya itu jika tidak bermanfaat bagi umat. Namun setelah setahun berlalu, kitab tersebut masih utuh, padahal tahun itu Makkah sempat diguyur hujan dan badai pasir.

Demikian contoh Mawahib (karamah dalam suatu karya) pada ulama-ulama terdahulu sehingga karyanya tersebut masih lestari dan bermanfaat bagi umat hingga kini. Maka hati-hati dengan lidah dan hati kita, jangan seperti orang Wahabi yang baru hafal satu-dua Ayat atau Hadits namun berani mendhaifkan bahkan menuduh sesat kitab-kitab ulama terdahulu. [dutaislam.com/gg]

Tulisan ini bersumber dari FP Ulama & Kiai Nusantara 
dan diedit seperlunya oleh Admin.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB