 |
| Foto: Istimewa |
“Seremonial itu sebagai penggugah saja supaya kita semangat bekerja,” ujar KH Moh. Zaini sebagaimana dilansir dari detikkasus.com, Minggu (03/10/2017)
Oleh karena itu, kata Kiai Zuhri, santri bersama pemerintah dan komunitas lain harus ikut terlibat melakukan pembangunan dalam segala aspek kehidupan. Terutama yang sesuai dengan kompetensi santri seperti dakwah dan pendidikan. Namun demikian, hal tersebut tidak berarti melupakan bidang kebudayaan, ekonomi dan politik.
“Kalau dalam bidang pendidikan saya kira pesantren sejak dulu berkontribusi pada masyarakat, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Tentu peran ini akan berdampak pada bidang ekonomi,” ujar kiai.
Menurutnya, peran yang tidak kalah penting adalah mempertahankan kemerdekaan, menjaga keutuhan bangsa sebagaimana kiai dan santrinya dahulu kala. Ia mengingatkan agar Islam rahmatan lil alamin atau yang disebut Islam Nusantara harus dikembangkan.
“Sekarang kita menghadapi penetrasi paham-paham yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Sekalipun mereka mengatasnamakan Islam tapi dari sisi prilaku mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya,” katanya.
Lebih lanjut, Kiai Zuhri memaparkan, santri sebagai orang-orang yang mewarisi peran ulama dan nabi tidak boleh berpikir dan membekali ilmu untuk kepentingan sendiri dan keluarga semata. Lebih dari itu, harus berpikir untuk masyarakat, umat dan bangsa.
”Santri tidak harus jadi kiai ataupun jadi ustad. Jadi apa saja yang penting bermanfaat untuk umat, bangsa dan negara. Untuk bisa berperan lebih baik, santri jangan berhenti belajar, jangan hanya beramal tapi juga belajar,” pungkasnya [dutaislam.com/Njadid/pin]
