Ciri dan Sifat Islam Radikal di Indonesia yang 11-12 Dengan Terorisme
Cari Berita

Advertisement

Ciri dan Sifat Islam Radikal di Indonesia yang 11-12 Dengan Terorisme

Selasa, 10 Oktober 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ilustrasi 
DutaIslam.Com - Banyak yang bertanya tentang sifat-sifat pemahaman radikal dalam Islam yang masuk kepada redaksi Dutaislam.com. Katanya, awam banyak tidak memahami apa itu radikalisme dan sifat-sifat apa saja yang ada didalamnya sehingga harus hati-hati dan perlu diwaspadai.

Berikut ini, Dutaislam.com menyajikan singkat tentang sifat dan karakter radikalisme beragama dalam Islam dengan bahasa populer yang mudah dipahami:

  1. Selalu mengajak kembali langsung kepada Al-Qur'an dan Hadits, tanpa ittiba' (mengikuti) pendapat para ulama. 
  2. Percaya bahwa perubahan (baik agama maupun negara) hanya bisa dilakukana secara menyeluruh (ekstrim/ melampaui batas kewajaran umum) dan dratis, tanpa cara damai dan bertahap.
  3. Karena itu, mereka sering memaksakan pemahaman ekstrim dengan menuduh orang lain sebagai bid'ah, kafir, sesat, neraka. Bahkan ingin mengubah moral masyarakat beragama dengan cara-cara khawarijiyah (berontak), bukan tajridiyyah (bertahap, berproses).  
  4. Tidak mengakui tradisi yang sudah mengakar, sehingga membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Radikalisme agama aturan agama tanpa kompromi norma dan budaya. 
  5. Semangat beragamanya sangat tinggi, hingga menjadikan yang sunnah seakan seperti wajib, misalnya jenggot, cingkrang celana, brukut jilbab, dan lainnya. Sedangkan yang amaliyah fadha'iliiyyah (bersifat utama), dianggapnya bid'ah dan harus "dihijrahkan". 
  6. Karena semangat tinggi pula, mereka tidak sungkan memaksakan kehendaknya dengan cara-cara memberangus aswaja atas nama teks ajaran Islam yang disebut paling murni. Ini yang  membahayakan ahlusunnah waljamaah karena meniru semangat Walisongo dan Kanjeng Nabi dalam menjalankan dakwah secara bertahap. 
  7. Mengklaim kebenaran Islam hanya ada di kelompoknya. Yang lain salah karena dianggap tidak sesuai sunnah Nabi dan Al-Qur'an. 
  8. Suka mengedepankan buruk sangka karena merasa dirinya aman dari murka Allah (ghadzabillah) karena merasa dirinya paling nyunnah sejagad akhirat. 
  9. Sifat radikal menumbuhkan kecemasan (teror) dan penghancuran fisik (vandalisme) kepada orang lain yang tidak sepaham. Mereka berani hancurkan makam auliya' atas nama pemahaman sempit tentang khurafat mereka. Islam radikal itu 11-12 dengan Islam teroris. 
  10. Tuduhan mereka, antara lain: tahlil bid'ah, ziarah wali sebagai penyembah kuburan, Allah ada di Arasy, orang tua Nabi dituduh kafir, maulid dan tawassul adalah syirik, hingga Pancasila disebut thogut, NKRI negara kafir, dll.  
Intinya, sifat-sifat radikal akan menjangkiti orang-orang yang punya semangat beragama tinggi namun tidak terus belajar. Jika mau belajar, ia akan berubah, karena radikalisme itu tidak sesuai fitrah manusia yang selalu butuh proses dan perenungan (kontemplasi) tiap saat.

Lawan dari radikalisme (tafrith) adalah liberalisme (ifrath). Di tengah-tengahnya ada ahlussunnah wal jamaah (tawassuth/moderat) yang menggunakan prinsip al muhafadzah alal qadimis sholih, wal akhdzu bil jadidil ashlah (memelihara tradisi lama yang baik, mengambil tradisi baru yang lebih baik).

Menjadi ahlusunnah memang membutuhkan nalar dan kecerdasan. Dia selalu berada di tengah, antara ekstrim kiri dan ekstrim kanan. [dutaislam.com/ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB