Sejarah dan Jasa Besar Ulama Sufi yang Mulai Terlupa
Cari Berita

Advertisement

Sejarah dan Jasa Besar Ulama Sufi yang Mulai Terlupa

Selasa, 31 Oktober 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Ilustrasi/Istimewa
Oleh Moh Nasirul Haq

DutaIslam.Com - Ulama sufi merupakan ulama yang mempercayai dan mengamalkan ilmu tasawwuf sebagai manhaj (metode) dalam menjalani kehidupan jasmani dan rohani di dunia ini guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ulama sufi sangat popular semenjak zaman Imam Al Ghozali meskipun sebelumya nama ulama sufi belum popular, hal itu disebabkan adanya ilmu tashawwuf yang belum di dibukukan dalam suatu bidang ilmu tertentu. Sama seperti ilmu Tafsir, ilmu 'Ulumul Hadits, ilmu Fiqh dan lain lain yang mana belum di bukukan di zaman Rasulullah SAW.

Padahal sebenarnya penganut faham Tasawwuf sudah ada sejak masa masa awal sebagian besar ulama sudah menjadikannya sebagai amaliah sehari hari dan Nama nama mereka sudah tidak asing lagi dikangan kita semua. Diantaranya:

Abad Pertama seperti Uwais Al-Qorni (wafat 37 Hijriah), Robi' Bin Khoitsum (wafat 67 H), Hasan Al Bashri (wafat 110 H), dan lain-lain. Pada Abad Kedua seperti Malik Bin Dinar, Ibrohim Bin Adham (wafat 162 H), Abdulloh Ibin Mubarok, dan lain-lain. Pada Abad Ketiga seperti Hatim Al Ashom (wafat 237 H), Abu Yazid Al Busthomi (wafat 261 H), dan lain-lain. Dan pada Abad Modern seperti: Syeikh Nuruddin Zenki (wafat 569 H), Sholahuddin Al Ayyubi (568 H), Syeikh Dzohir Bibrosh (wafat 676 H), Muhammad Al Fatih Tsani , Izzh Bin Abdusalam, Imam Nawawi (wafat 676 H), Al-Faqih Al-Muqoddam (574 H), dan masih banyak lagi.

Ulama Sufi merupakan ulama yang berkarakter Tawassuth (Netral) namun tetap kritis dalam menjaga tegaknya syariat islam. Kesederhanaan juga menjadi syiar Ulama Sufi dan pengikutnya, itu sangat terlihat dari kajian yang diajarkan dalam kitab tasawwuf itu sendiri. Sehingga sikap kesederhanaan inilah yang tidak membuat mereka Rakus terhadap hal duniawi, dan cenderung berkonsentrasi untuk kemaslahatan kehidupan horizontal (hablun minannas) dan Vertical (hablun minallah) yang akan menjadi bekal di kehidupan yang abadi.

Sufi tidak hanya di Arab, di Afrika, Eropa, Asia Barat dan Asia Tenggara, bahkan Amerika Ulama' Sufi banyak memberikan andil besar dalam menyebarkan Islam, dan membangun keutuhan serta perdamaian disana. Selain itu selama Ulama' Sufi juga berkontribusi memberikan pendidikan ditempat tersebut. Oleh karenanya sepanjang sejarah yang ada, pastilah tempat tersebut aman dan damai. Kalaupun harus berperang melawan penjajah maka Ulama' Sufi selalu memberikan kontribusi dalam perjuangan melawan pemberontak dan penjajah di daerah tersebut.

Ulama Sufi juga tidak bersikap Arogan dan Apatis terhadap muslim lainnya atau bahkan orang Non-Muslim sekalipun. Ulama Sufi memiliki karakteristik dan ciri khas tidak suka meng-Kafirkan sesame Muslim dan tidak suka mem-bid'ah-kan orang sesama Muslim (Ifroth), tidak mendewakan Ulama' atau guru pembimbingnya dalam Agama Islam itu sendiri (Tafrith), juga tidak mendiskriminasikan non muslim yang berstatus warga Negara yang taat dan membayar pajak serta tidak melakukan kemungkaran. ulama tasawwuf juga tidak menyepelekan dan tidak mentolerir urusan syariat agama yang urgen. Sehingga Ulama Sufi berada dalam koridor yang lurus berada di tengah (namath al-wasath) yang mana jalan ini adalah jalan terbaik yang menjadi metode Dakwah Rasulullah SAW sesuai dengan hadits Rasulullah SAW: "Khoirul umur Awsatuha (sebaik baiknya perkara adalah yang tengah tengah)".

Ulama Sufi dalam metode dakwahnya tidak menggunakan senjata dan kekerasan, namun dengan Hikmah dan Mauidlotul Hasanah (nasehat yang baik). Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri berkata : "Dalam sebuah buku karya seorang komandan penjajah Prancis mengatakan; 'sudah aku kerahkan segala daya upaya untuk menyingkirkan orang dari islam dengan harta dan senjata. Namun, ada dua golongan orang yang menggagal usahaku selama satu bulan dalam satu minggu, dan usahaku selama satu minggu dalam satu hari kemana mana mereka hanya meneriakkan LA ILAHA ILLALLAH. Yaitu mereka yang mengatas namakan pecinta "Ahlul bait" dan orang yang mengatasnamankan "Sufi".

Kalau kita membuka fakta sejarah, ulama tasawwuf sangat memberikan peran besar dalam Membela kebenaran dan menjaga stabilitas serta keamanan di dunia. Hal itu terbukti bahwa:
  • Di Palestina orang yang membuka kembali "Masjidil Aqso" dan mengambil alih dari genggaman Yahudi adalah Panglima Sholahuddin Al Ayyubi As-Sufi, 
  • Di Libia orang yang menggembar-gemborkan bendera jihad melawan pemberontak dan penjajah adalah Syeikh Umar Mukhtar As-Sufi yang merupakan Mursyid Toriqoh Sanusiah, 
  • Di Al Jazair ulama yang menggerakkan untuk melawan penjajah Prancis yaitu Syeikh Abdul Qodir Al Jazairi As-Sufi, 
  • Di Sudan yang ulama Sufi yang menggerakkan untuk melawan penjajah Inggris yaitu Syeikh Muhammad Ahmad Mahdi As-Sufi, 
  • Di Afrika barat dan Maroko yang menggerakkan ummat Islam untuk melawan penjajah Spanyol yaitu pengikut Toriqoh Tijaniyah dipimpin Syeikh Muhammad Al Khitobi As-Sufi, 
  • Di Mesir yang menggerakkan untuk melawan Kolonial inggris adalah Syeikh Ahmad Arobi As-Sufi, 
  • Di Mauritania  pengerak untuk melawan penjajah prancis yaitu syeh Ma'ul Ainain As-Sufi dan anaknya Al Haibah As-Sufi. 
  • Di Somalia yang menggerakkan untuk melawan penjajah Inggris dan Italia adalah Syeikh Muhammad Abdulloh Shomaly As-Sufi. 
  • Di Sinegal yang menggerakkan untuk melawan pasukan Prancis yaitu Syeikh Umar Al-Futi As-Sufi dan  Syeikh Ahmad Habib Bamba As-Sufi, 
  • Di Kenya orang yang mengislamkan seratus ribu lebih penyembah api dan matahari adalah Habib Toha Mashur Al Haddad.
  • Di Indonesia yang menyebarkan islam pertama kali adalah para Pedagang penganut Tasawwuf yang berlayar dari India dan dilanjutkan Wali Songo. Begitu juga peran serta para Ulama Sufi yaitu para kiai & santri yang melawan penjajah jepang maupun belanda.

Selain itu dibidang Ilmiah para Ulama Sufi sangat berjasa dan memberikan kontribusi besar dalam berjalannya studi agama Islam ini. Sejak masa-masa awal para ulama tasawwuf mengarang kitab dan memdiskripsikan dalam Fan dan Bidang ilmu. Tercatat dalam kitab "Fawaidul Makkiyah" ada 48 bidang ilmu yang kesemuanya merupakan peniggalan Ulama' Sufi. Ulama sufi juga tidak Jumud (kaku) dalam artian selalu melakukan inovasi dalam penemuan penemuan fan atau bidang ilmu baru sejak pasca perang salib hingga hari ini.

Diantara bidang ilmu baru yang hadir di Era Modern ini seperti "Fiqh Tahawwulat" karya Al Habib Abu Bakar Al-Adni Yaman yaitu sebuah bidang ilmu yang membahas mengenai perubahan zaman sebagai tanda-tanda kiamat dan Esensi Rukun iman ke empat berdasarkan Hadits Jibril, "Fiqh Shiroh" karya Syeh Romadlon Al Buthi Syiria yang merupakan suatu bidang ilmu membahas kajian sejarah nabi dan metode istinbat al hukum (pengambilan hukum) yang terdapat di setiap kejadian yang dialami nabi, "Fiqh Aqolliyat Karya Seorang ulama bernama Syeh Bayyah dari Eropa yang Meng-Upgrade pemahaman Kontenporer mengenai kehidupan umat islam yang berada di Eropa ataupun di Negara Minoritas dalam kaitannya melaksanakan dan mengaplikasikan syariat Islam. Dan kita tidak akan menemukan orang yang sangat 'Alim dan memiliki kapasitas keilmuan tingkat dunia kecuali dia adalah seorang 'Ulama Sufi penganut faham Tasawwuf.

Dalam kaitannya dengan Pendidikan 'Ulama Sufi juga memiliki peran besar dalam pembangunan karakter manusia yang credible dlohiron wa batinan (jasmani dan rohani). Ulama Sufi berperan aktif dalam membangun Surau-surau untuk mengaji, Pondok Pesantren Salaf ataupun Modern, Rubat (pesantren takhossus), dan Majelis Taklim dan universitas. Yang mana Konsep pesantren sebenarnya sudah ada sejak zaman Rosululloh s.a.w yang dinamakan "ahlussuffah" yang bertempat di masjid nabawi disitulah rosululloh mendidik para sahabatnya. Sehingga konsep ini yang dijadikan dasar dalam pembangunan pesantren di seluruh dunia. Contoh beberapa pesantren dan lembaga yang diakui dunia seperti Al Azhar Kairo Mesir, Qurowiyyin Maroko, Rubat Tarim Yaman, Sayyid alwi Al Maliki Mekkah, dan Juta-an pesantren lainnya di seluruh belahan dunia yang merupakan rintisan 'Ulama Sufi mengadopsi konsep "Ahlussuffah".

Selanjutnya berbicara mengenai semangat belajar para Ulama Sufi dan pengikutnya Tentu tidak cukup jika kita hanya mendirikan pesantren tetapi jiwa semangat belajarnya lemah. Para Ulama Sufi melakukan Badlul Juhdi (berusaha maksimal) dalam mempelajari Syariat Allah SWT dan penyebarannya. Banyak kitab yang menerangkan mengenai ketangguhan para 'ulama belajar ilmu agama siang dan malam, meninggalkan ke-glamouran kehidupan, mengurangi makan dan tidur, mengakhirkan nikah, berjalan ratusan kilometer untuk mencari ilmu, dan bersabar dalam pencaharian ilmunya atau istilahnya menurut orang jawa Tirakat.

Diantara kitab yang menerangkan bagaimana perjuangan para Ulama dalam mengarungi pencarian ilmunya seperti; "Qimatuz Zaman 'Indal Ulama" karya Syeikh Abdul Fattah Abu Ghodah. Begitu juga kitab "Shofahat Min Shobril Ulama" karya Syeikh Abdul Fattah Abu Ghodah. "Al-Anwar As-SyAti'ah" karya Sayyid Toha Assegaf. Dan banyak lagi kitab lainnya, makanya tidak heran dimasa itu banyak terlahir Ulama sekelas Ibnu Hajar Al-Atsqalani (Pakar Hadits), Imam Rofi'i dan Imam Nawawi (Pakar Fiqh), Imam Muhammad Al-Ghozali (pakar Tashawwuf), Imam Suyuthi (pakar Al Qur'an), Izzuddin bin Abdussalam (Pakar Akidah), Abdul Qodir Al-Jailani (pakar toriqoh) sudah hampir dipastikan 90% ulama Fiqh adalah Ulama Sufi.

Dalam soal Metode Dakwah dan Ibadah 'Ulama Sufi memiliki 5 (LIMA) unsur yang tertanam dalam diri seorang Sufi:
  1. Shofau An-Nafsi Wa Muhasabatuhu (bersihnya Hati dan peng-evaluasian-nya)
  2. Ikhlasunniyat (tulusnya hati dalam beribadah)
  3. Qiyamun Nafsi Bil Fiqri Wa Dzulli Wal Inkisar (perasaan Hati dengan berfikir dan merendahkan diri dihadapan Allah)
  4. Attarbiyah 'Ala Rohmah Wal-Mahabbah Wa Ghorsuha Fil Qolb (Pendidikan dengan Cinta Kasih dan menanamkan di dalam hati
  5. Attahalli Bi Makarimil Akhlaq (menghiasi diri dengan Sopan Santun & Etika).

Kelima unsur di atas adalah ajaran Tashawwuf dan siapapun dari anda yang menerapkan Kelima hal ini berarti anda adalah seorang Sufi. kita lihat di mana saja ulama yang tulus menjalankan metode tashawwuf dan pembersihan hati bisa dipastikan tujuan hidupnya akan dia gunakan dalam pengabdian kepada Allah SWT dimanapun dan apapun profesinya. Sebab "Hati" adalah ukuran dari segala keburukan dan kekejian. Sebab jika hati kita buruk kita bisa saja berbuat Maksiat & kekejian walaupun kita berada di tengah-tengah Ka'bah (Baitulloh) tapi jika hati kita bersih kita akan tetap akan terjaga dari kekejian & kemaksiatan walaupun di tempat najis sekalipun.

Sebenarnya negara Indonesia bisa saja menjadi "Baldatun Toyyibatun Wa Robbun Ghofur", "Gemah ripah loh jinawe", Aman dan Tentram  jika kita mau menanamkan konsep Tashawwuf ini pada setiap individu. Sehingga pejabat dan aparatur Negara takut untuk Korupsi dan Menyogok sebab dia seorang Sufi, seorang dosen dan filosof akan takut untuk liberal dan plural sebab ia seorang Sufi, seorang direktur dan karyawan akan takut melakukan riba sebab ia seorang Sufi, seorang sopir dan pekerja keras akan takut meninggalkan sholat dan puasa sebab ia seorang Sufi, siapapun akan takut berzina dan menggunakan narkoba sebab ia seorang Sufi. Seorang yang  mengatas namakan Jihad dan melakukan terorisme bukanlah seorang Sufi sebab jihad yang dilakukan ulama sufi bukan seperti yang terjadi akhir-akhir ini, akan tetapi jihad yang sesuai dengan aturan Fiqh yang tidak membabi buta.

Beberapa fenomena baru muncul perihal kegiatan seorang sufi yang banyak ditentang oleh sebagian orang. Seperti kegiatan Majlis Maulid, Istighotsah, Dzikir berjamaah. Ketika mereka ditanya kenapa anda tidak mau ikut maulId, istighotsah, dzikir berjamaah? Mereka menjawab : "Aku takut akidahku, tauhidku jadi sesat".

Jawaban saya: sebenarnya akidah dan tauhid apa yang mereka takutkan?? Tauhid Siyasi (politik) atau Tauhid Asasi (dasar)?. Pengeboman atas nama Jihad, penyembelihan ummat muslim, penghalalan darah, dan pemberontakan pada Negara itulah justru yang merupakan Tauhid Siyasi (politik) yaitu tauhid yang dibuat buat untuk mengobrak-abrik akidah ummat islam dan mengadu domba sesame muslim. Padahal semua kitab para ulama sebelum 150 tahun lalu tidak ada sama sekali 'ulama yang mengkafirkan dan membidahkan orang lain. Kepentingan politik suatu negara tertentu lah yang mulai membuat ajaran ajaran baru. Inilah yang telah dirasakan oleh negara Yaman, Mesir, Palestina, Irak, Libia, Somalia, dan Syiria. Semoga Negara Indonesia bisa terbebaskan dari itu semua. [dutaislam.com/gg]

Referensi :
I'tizaz Wa At-Tashorruf  karya Sidi Syeh Muhammad Ba'atiyah
At-Talid Wa At-Torif karya Al-Mufakkir Islami Habib Abu Bakar Al-Adni
Sirojut Tolibin karya Syeh Ihsan Jampes Kediri.

Source: http://www.almasyhur.org/2016/03/01/khazanah-ulama-sufi-pengikutnya/ (web sudah mati)

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB