![]() |
Ustadz Athoillah, Ketua Panitia Pameran Kaligrafi Hasan 2017 |
Padahal, al-khaththath yang berarti penulis khath (seni kaligrafi) adalah gelar sakral kepada para penulis seni kaligrafi Arab yang memiliki sanad keilmuan bersambung hingga Sayyidina Ali karramallhu wajhah. Untuk mendapatkan gelar kehormatan tersebut, ada yang membutuhkan waktu hingga tiga tahun.
Demikian diungkapkan oleh Ustadz Atho’illah al-hafidz, guru kaligrafi Arab di Sekolah Kaligrafi (Sakal) Denanyar, Jombang, saat ditemui Harisantri.com di lokasi Pameran dan Festival dan Pameran Kaligrafi ASEAN 2017 dalam rangka Hari Santri 2017 di Ponpes Manba’ul Ma’arif Jombang, Kamis (14/9/2017).
Dengan nada guyon, Ustadz Atho’ menyebut penggunakan nama Al-Khaththath sebagai penghinaan. “Al-Khaththath itu seperti sebutan al-hafidz untuk yang hafal Qur’an, dan tidak sembarangan untuk mendapatkan gelar tersebut,” tutur Atho’, yang juga ketua panitia acara atas agenda besar Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (PP RMI) itu.
Seorang penulis khath Arab pun akan disebut sayyi’ (buruk) jika dirinya tidak punya ijazah sanad bersambung hingga Sabahat Ali. “Meskipun karyanya sangat bagus,” jelas Ustadz Atho’, yang juga santri Denanyar.
Apakah pengunaan nama Al-Khaththath oleh Muhammad Gatot Saptono bagian dari tabbaruk nya dia kepada para kaligrafi yang selalu menggunakan kacamata rahmat melihat segala yang terjadi? Wallahu a’lam.
Nama Al-Khaththath layak disandang jika dia jauh dari sikap merasa benar sembari menyalahkan orang lain. Tidak mudah mengafirkan, mensyirikkan dan apalagi menuduh orang lain Syiah, PKI, thoghut, dll. Semoga. [dutaislam.com/ab]
