Masjid Datuk Singorojo di Desa Kerso Jepara dan Sumur Tua Yang Dipercaya Membawa Berkah
Cari Berita

Advertisement

Masjid Datuk Singorojo di Desa Kerso Jepara dan Sumur Tua Yang Dipercaya Membawa Berkah

Duta Islam #03
Rabu, 13 September 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Masjid Datu Singorojo Peninggalan Penyebar Islam Datuk Singorojo di Desa Kerso, Kedung, Jepara. Foto: Miftahul Arifin

DutaIslam.Com - Masjid bersejarah peninggalan Datuk Singorojo tak hanya Masjid Ampel di Desa Troso, Pecangaan. Sebelum menyebarkan agama islam dan tinggal di wilayah troso, Datu Singaraja tinggal dan juga membuat masjid di Desa Kerso, Kedung, Tahunan, Jepara. Masjid itu kini dikenal Masjid Datuk Singorojo.

Masjid Datuk Singorojo di Desa Kerso, Kedung, Jepara mengalami perubahan karena beberapa kali direnovasi. Masjid terlihat megad dengan dua menara menjulang tinggi di sisi kiri dan kanan. Di antara dua menara itu, terdapat dua kubah warna biru berjejer lurus dengan serambi masjid. Kubah utama kecil di bagian tengah, sejajar dengan ruang utama masjid.

Luas masjid Datuk Singorojo kini sekitar 25x25 meter. Meliputi ruang utama, serambi depan, dan serambi lebar di bagian kanan. Di bagian kiri terdapat serambi kecil yang menghubungkan masjid dengan tempat wudhu.

Dari depan, masjid Datu Singorojo tampak megah dengan arsitektur modern. Namun, kemegahan itu tidak terlihat ketika memasuki ruang utama masjid. Sebaliknya, di ruang utama terlihat sederhana. Tembok biasa. Tak ada ukiran atau pernak-pernik modern untuk mempercantik masjid.

Masjid memiliki empat cagak di ruang utama. Tiga ruang tempat imam, dua tempat mimbar shalat tanpak sederhana di bagian depan. Empat cagak dan tempat imam berlapis keramik warna biru kombinasi putih.

Menurut Nadlir Masjid Datu Singorojo, Sholli, ruang utama masjid masih asli peninggalan Datuk Singorojo. Termasuk empat cagak di ruang utama. Di dalam empat cagak berlapis keramik itu terdapat kayu yang merupakan cagak asli masjid.

”Cagak kayu dibiarkan untuk menjaga keaslian bangunan. Hanya saja ditutupi setelah direnvasi,” katanya.

Selain cagak masjid, satu ruang tempat imam shalat di bagian depan juga masih asli. Selain itu, kayu saka untuk atap masjid dan tembok bagian dalam juga asli. Termasuk kubah kecil mirip botol masih tertancap di atas masjid. Namun, kubah itu kini ditutup dengan kubah lain yang lebih besar. ”Kubah asli terbuat dari perak. Waktu belum ditutup kelihatan berkilau meskpiun dari jauh,” katanya.

Masjid Datuk Singorojo sudah direnovasi beberapa kali. Sebelum direnovasi masjid berukurkan sekitar 14x14 meter. Kini masjid diperluas jadi 25x25 meter. Sholli mengatakan, renovasi pertama sekitar 1960. Tembok utama yang semula tebal dikepras kemudian dilapisi semen lagi. Selain itu, kotruksi juga dipertinggi. ”Temboknya dulu tebal pakai gamping,” katanya.

Perbaikan  juga dilakukan pada puncak atau kubah masjid. Kubah asli sebentuk botol ditutup. ”Saat itu gentengnya juga diganti,” katanya.

Sholli mengatakan, pada 1960 belum dilaakukan perluasan. Perluasan baru dilakukan pada renovasi kedua yaitu Tahun 1985. Saat itu memperluas serambi di bagian utara dan serambi depan. ”Renovasi besar-besar pada Tahun 2007. Bagian depan dicor dan diberi pintu baru. Awalnya hanya tiga pintu di kirin, kakan dan depan. Kemdian ditambah satu pintu lagi di bagian kanan karena dijadikan tempat jaaam untuk perempuan,” katanya.

Sholli mengatakan, sisa-sisa kayu asli setelah direnovasi kini masih ada di belakang masjid. Kayu itu tidak ada yang berani menggunakan. Sebab, pernah kejadian, warga yang menggunaan kayu itu sembarangan langsung sakit.

Sholli menjelaskan masjid itu merupakan peninggalan Datuk Singorojo. Masjid dibangun lebih dahulu dibandingkan masjid Datuk Ampel di Desa Troso Pecangaan. Masjid dibangun Datuk Singorojo, Datuk Sikarangkang, dan Mbah Sofin.

”Datuk Singorojo perantau dari Bali yang menyebarkan Islam ke sini (Desa Kerso, Red). Datuk Sikangkrang tidak ada yang tahu dari mana. Hanya dia dulunya dikenal wali dan penjual kerang. Namanya aslinya juga tidak ada yang menyebut. Kalau Mbah Sopin memang penduduk Kerso asli,” katanya.

Sumur Peninggalan Datuk Dipercaya Bawa Berkah
Peninggalan Datuk Singorojo di Desa Kerso, Kedung, Jepara, disamping masjid yang diberi nama Masjid Datuk Singorojo ialah sumur. Air sumur itu kini tak digunakan untuk berwudlu atau mandi. Air sumur peninggalan wali itu dipercaya membawa berkah. Banyak orang mengambilnya karena hajat tertentu.

Sumur peninggalan Datu Singorojo dipercaya membawa berkah oleh masyarakat setempat
Sumur peninggalan Datuk Singorojo itu mulanya terdapat di sebelah utara masjid. Berdampingan dengan kulah. Karena masjid diperluas, sumur itu kini akhirnya berada di dalam masjid. Tepatnya di sebelah utara ruang utama atau tempat jamaah perempuan.

Sumur sedalam 12 meter dengan kedaman air 10 meter. Sumur ditutup kayu lebar. Sewaktu-waktu bisa dibuka jika airnya ada yang membutuhkan.

Nadlir Masjid Datu Singorojo Sholli mengatakan, sumur itu asli peninggalan Datuk Singorojo pendiri masjid. Sumur masih dibiarkan alami. Tanpa diberi mesin pompa air. Jika butuh air sumur, diambil menggunakan timba.

”Air tidak digunakan untuk berwudu atau mandi. Hanya untuk orang-orang yang membutuhkan dan minta air,” katanya.

Sholli mengatakan, banyak orang percaya air di dalam sumur itu membawa berkah. Banyak juga masyarakat dari luar kota seperti Demak, Semarang, dan Salatiga datang untuk meminta air.

”Ada yang punya hajat,  minta wasilah Datuk Singorojo melaui ari tersebut. Air juga  jadi obat. Ada yang bilang mau melahirkan sulit setelah menim air sumur jadinya gampang,” katanya.

Sumur tersebut, kata Sholli, merupakan sumur ajaib. Kejadian di luar akal pernah terjadi sekitar 25 tahun lalu. Waktu air sumur tanpak seperti mau habis. Kemudian ada rencana mau dikeruk agar air kembali lancar.

”Ada yang sudah masuk ke dalam sumur. Tapi tidak berani mengeruk. Karena begitu menginjak bagian bawah sumur ternyata buminya berubah seperti goyang. Akhirnya keluar dan tidak jadi dikeruk. Tapi sampai sekarang air tetao lancar,” katanya

Kejadian di luar akan juga terjadi pada pohon aren di belakang masjid. Kini pohon aren itu sudah tidak ada karena diduga kuat berpindah tempat ke kawasan makan Datuk Singorojo di Mayong.

”Pohon aren itu di sini jadi tempat buang berak di bawahnya. Namun, tiba-tiba pohon itu menghilang.Ternyata ditemukan di kawasan makam datuk di Mayong,” ujarnya [dutaislam.com/pin]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB