Menyambut Kemerdekaan Tanpa Memandang Agama [Sebuah Catatan dari Borobudur]
Cari Berita

Advertisement

Menyambut Kemerdekaan Tanpa Memandang Agama [Sebuah Catatan dari Borobudur]

Jumat, 04 Agustus 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh Vinanda Febriani

DutaIslam.Com - Saat ini sudah memasuki bulan Agustus, ini berarti akan datang hari teristimewa untuk NKRI. Di mana pada tanggal itu perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan NKRI dari para kolonial Belanda dan Jepang telah usai. Beribu pahlawan gugur di medan laga demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ya, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya dari jajahan kolonial Belanda dan Jepang. Tentu ini menjadi sebuah kebahagiaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Kenangan-kenangan pahit yang akan mencetak sejarah besar untuk Bangsa Indonesia. Kenangan ketika para pahlawan Indonesia turun ke medan laga, mempertaruhkan segenap darah, jiwa dan raga demi Indonesia.

Untuk memperingati momen istimewa ini, rakyat Indonesia selalu melaksanakan upacara hari kemerdekaan yang terkadang dilanjutkan dengan berbagai macam perlombaan, kirab dan festival budaya tiap-tiap daerah di Indonesia. Sekolah-sekolah pun turut serta memeriahkan acara peringatan tersebut dengan memasang aksesoris kemerdekaan seperti hiasan bendera merah putih dari plastik, botol bekas yang di cat warna merah putih, dan juga aksesoris lainnya. Tak luput di tiap pinggir-pinggir jalan raya sudah terpampang tulisan-tulisan banner dan pamflet HUT-72 NKRI, bendera-bendera merah putih, aksesoris kemerdekaan dan lain sebagainya.

Bulan Agustus memang bulan paling istimewa. Tepat 16 tahun yang lalu, pada tanggal 17 bulan 8, Tuhan telah mengutusku untuk terlahir di dunia ini. Dunia yang penuh dengan kenikmatan Tuhan yang tiada dapat aku dustakan. Misalkan saja udara, berapa banyak saja udara yang telah aku hirup selama hampir 17 tahun ini? Mestilah sudah tak terhingga, bahkan jika dihitung pun aku tidak akan pernah tau berapa jumlahnya. Kemudian pohon dan tumbuhan hijau. Di mana saja akan kau temui pepohonan hijau yang subur, indah dan menyejukkan pandangan mata. Berapa saja jumlahnya jika kita bisa menghitungnya dengan angka? Inilah kuasa Tuhan yang paling sempurna. Tuhan yang telah menciptakan manusia, dengan segala kesempurnaannya, memiliki akal, memiliki tangan, kaki, mata, telinga dan lain sebagainya dengan fungsi yang sangat penting.

Tuhan menciptakan manusia dengan beranekaragam corak perbedaan, supaya manusia bersyukur atas-Nya. Coba bayangkan, bagaimana jika seandainya manusia hanya terdiri dari satu golongan etnis, suku, ras, bahasa, budaya dan keyakinan atau agama. Mereka tentu tidak akan mampu bersatu untuk membaur, saling mengenal, bertoleransi antar suatu perbedaan, berakulturasi budaya, berbagi pengalaman, berdiskusi dan menyatakan suatu pendapat.

Kau tau, sejak kecil aku suka sekali berbaur dengan orang-orang yang tak kukenal atau berbeda dengan diriku. Aku merasa nyaman berada diantara mereka. Disini aku menyimpulkan bahwa toleransi itu sangatlah indah. Kau seharusnya akan tahu bagaimana nasib Negara Indonesia jika tidak lagi ada toleransi. Ya, Indonesia akan hancur karena sebuah keegoisan dan kefanatikan. Aku pernah bergabung berdiskusi dengan orang-orang yang tidak seagama denganku. Aku bersyukur karena aku terlahir di kota Magelang, berdomisili Borobudur. Ya, tempat megah yang sudah terkenal di seluruh penjuru dunia karena merupakan bagian dari 7 keajaiban dunia. Kau pasti tau kan, Borobudur ini candi Budha? Ya, namun setiap pengunjung tempat wisata ini bukan hanya dari satu golongan, agama atau kepercayaan saja. Aku menemukan orang Islam yang berkunjung kesini, orang Kristen, Kong hu chu bahkan Atheis, dan lain sebagainya. Mereka nyaman saja. Karena ketika berada di tiket masuk, petugas tidak akan pernah bertanya "Agamamu apa?".

Di Borobudur ini, aku sering berdiskusi dengan pengunjung-pengunjung yang berbeda agama denganku. Aku sering sekali bertanya mengenai bagaimana presepsi mereka tentang apa itu "toleransi". Mereka menjawabnya dengan sangat bahagia. Bahkan pernah beberapa kali aku berdiskusi dengan mereka, aku menyebut nama "Gusdur" mereka menjawab "itu tokoh idola saya". Padahal jika dilihat dari agamanya, dia bukanlah orang muslim. Tahu kenapa dia sangat mengidolakan Gusdur? Ya, karena Gusdur sangat menjunjung tinggi toleransi dan sangat "memanusiakan manusia seutuhnya".

Bahkan, pernah aku berdialog dengan seorang lelaki yang tinggal di provinsi Sumatera Selatan, dia berkata apabila saat ini Gusdur masih ada, melihat fenomena yang terjadi saat ini seperti maraknya aksi terorisme, intoleransi, radikalisme, dan lain sebagainya kita akan sangat malu kepada beliau. Sebab beliau telah banyak memperjuangkan toleransi dan kemanusiaan di Negara ini, namun kita yang baru saja terlahir di Indonesia tak berbekal ilmu apa-apa kok sangat berani merongrong keutuhan dan persatuan NKRI. Harusnya kita malu, selama ini kita hidup di Indonesia, dan bisa apa kita selama ini untuk Indonesia? Mungkinkah kita hidup di Indonesia hanya untuk saling menghujat saudara kita yang sama manusia dengan kita? ataukah untuk menebar propaganda keji untuk memecah belah NKRI? Ya, mungkin itu "benar" bagi orang-orang yang tidak mau berfikir dan bersyukur.

Sudahlah, Indonesia ini negara besar. Negara yang mayoritas penduduknya sangat menghormati jasa para founding fathersnya. Negara besar yang berkomitmen untuk selalu berdiri dan bertahan dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Jangan kotori Indonesia dengan cara pandangmu yang "nyleneh" dengan segala pemikiranmu yang tidak masuk akal. NKRI ini sudah final, sudah sesuai dengan apa yang selama ini kau katakan. Walaupun ada beberapa yang harus diperbaiki. Jika kau tanya kenapa ada masalah ini itu semisal korupsi, jangan pernah salahkan NKRI atau bahkan menyalahkan para muassis (pendiri) Negeri ini. Salahkan orang-orang yang menjabat dan diamanahi, yang melakukan tindak korupsi. Jangan ini itu salahkan  orang-orang yang jelas tidak bersangkutan. Gunakan nalar dan juga akal sehatmu. Jangan andalkan kesombongan, keegoisan dan kebencian dalam dirimu untuk segala sesuatu. Berfikirlah sebelum bertindak.

Selamat bulan Agustus Negaraku, selamat datang hari lahir NKRI. Semoga dengan bertambah umur Negeriku ini, bertambah pula kekuatan NKRI untuk selalu menjadi pelopor perdamaian dunia.

Selamat bulan Agustus, bulan yang istimewa untuk rakyat Indonesia.
Dirgahayu Negeriku. Aku akan tetap mencintaimu hingga akhir hayatku. [dutaislam.com/gg]

Borobudur, 03 Agustus 2017.

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB