DutaIslam.Com - Karena zakat merupakan ibadah wajib untuk semua umat Islam, sebagaimana kesepakatan empat imam madzhab, maka niat zakat fitrah (baik untuk suami, istri atau anak) diperlukan dalam bentuk lafal atau teks lisan untuk menunjukkannya.
Begitu pula ketika mengeluarkan akat mal atau zakat penghasilan, ada niat yang perlu diucapkan. Beikut ini adalah niat zakat fitrah dalam bahasa Arab yang disajikan Dutaislam.com kepada umat Islam di Indonesia, sesuai pemahaman ahlus sunnah wal jamaah.
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri:
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺍَﻥْ ﺍُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻰْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Istri:
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki:
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan:
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga:
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻨِّﻰْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُﻨِﻰْ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan:
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ..…) ) ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Bacaan Doa Ketika Menerima Zakat:
ﺁﺟَﺮَﻙ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﻋْﻄَﻴْﺖَ، ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻟَﻚَ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ
Soal siapa yang wajib membayar zakat, berikut ini keterangannya menurut Imam Madzhab Empat:
- Imam Hanafi: Kepala keluarga (ayah)
- Imam Maliki: Dirinya sendiri dan juga membayar untuk orang yang menjadi tanggung jawabnya
- Imam Syafi'i: Dirinya sendiri dan juga membayar untuk orang yang menjadi tanggung jawabnya
- Imam Hanbali: Dirinya sendiri dan juga membayar untuk orang yang menjadi tanggung jawabnya
- Imam Hanafi: Dari sebelum Ramadlan hingga sebelum Shalat Idul Fitri (1 Syawal)
- Imam Maliki: Dari 2 hari sebelum hari raya hingga sebelum Shalat Ied
- Imam Syafi'i: Dari 1 Ramadlan hingga sebelum Shalat Idul Fitri (1 Syawal). Afdlalnya sebelum Shalat Id didirikan.
- Imam Hanbali: Dari 2 hari sebelum hari raya hingga sebelum Shalat Idul Fitri.
- Imam Hanafi: Boleh dengan uang tunai atau makanan pokok
- Imam Maliki: Makruh dibayar dengan uang tunai
- Imam Syafi'i: harus dengan makanan pokok, Tidak boleh dengan uang tunai (al-Bulqini membolehkan)
- Imam Hanbali: tidak boleh dengan uang tunai.
