![]() |
Banner acara Kuliah Umum bertema Meracik Fiqh Nusantara Mewujudkan Islam Rahmatan lil Alamin |
Gara-gara ditolak sekelompok mahasiswa yang phobia terhadap iklim kritis akademis, Prof Nadirsyah Hosen yang sedianya akan mengisi Kuliah umum dan bedah buku "Pendidikan Islam di Masyarakat Pluralisme" karya Prof Rayhani pada Rabu, 17 Mei 2017, terpaksa dipindahkan ke Ruang Inderagiri Hotel Grand Suka, Jl Soekarno Hatta, Pekanbaru. Padahal, rencana awal kegiatan itu akan diadakan di Gedung Rektorat.
Lucunya, yang menolak ternyata adalah BEM kampus setempat. Alasannya simpel dan kopoken (dungu). Gus Nadirsyah yang juga Rais Syuriah PCI NU Australia itu dituduh mereka sebagai tokoh liberal. NU kok dituduh liberal, jelas tuduhan urakan.
"Kita sangat kecewa. Apalagi yang menjadi dalang pembubaran adalah BEM UIN. Karena kampus yang menjadi institusi pengembangan pemikiran dan dialog, hari ini justru ditutup rapat," tutur Hanafi Ihsan, Sekretaris Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau, penyelenggara acara, Rabu, (17/05/2017) dikutip Dutaislam.com dari Riauantara.com, kemarin.
Meski dibuka untuk umum, namun mereka yang menolak Gus Nadirsyah tetap ngotot ingin membubarkan jika acara tetap digelar. Anehnya pula, Rektor UIN Suska, Prof. Dr. H Mundzir Hitami, MA, juga terkesan seiya sekata dengan BEM kampusnya yang arogan itu. Secara resmi, sang rektor mengungkapkapkan permintaan maaf saja tanpa keterangan kronologi peristiwa. Terkesan ikut arus mahasiswa gemblungnya. Ini surat sang rektor.
![]() |
Pernyataan Rektor UIN Suska |
Makin komplit iklim kampus dibelenggu oleh kalangan mahasiswa radikalis. Tanpa dasar, mereka menuduh liberal dan mengancam membubarkan. Padahal, Mensristek Muhammad Nasir telah tegas menyatakan agar para rektor berhati-hati terhadap bahaya radikaslisme di kampus PTN.
Meski Nasir mengatakan tidak semua rektor tunduk kepadanya, namun ia berharap agar paham ke aswajaan di PTN, terutama di kalangan mahasiswa, perlu mendapatkan dukungan. Semua itu untuk mendukung program deradikalisasi yang dicanangkan pemerintah. Bagaimana dengan UIN Suska? Alih-alih mendukung harapan Mensristek, justru pembubaran malah mendapatkan lampu hangat dari rektorat. Naudzubillah wa innalillah.
Info yang didapatkan Dutaislam.com dari Ansor Riau menyebutkan bahwa penolak Nadirsyah bukan hanya BEM, namun juga Rohis (FKII) UIN Suska. Kelompok Rohis inilah yang intensif mendoktrin anggotanya tentang negara Islam dan Penerapan Syariat Islam. Doktrin yang menjadi bibit tumbuhnya radikalisme atas nama agama.
Secara politik, Rohis biasanya berafiliasi kepada PKS. Jelas hal ini bagian dari bukti merangseknya kelompok radikal di kampus-kampus negeri. Acara bertema "Maracik Fiqh Nusantara" itu akhirnya tetap digelar walau pindah tempat. Dan yang membuka tetap sang rektor, Mundzir Hitami. Tentu dengan pangawalan ketat Banser dan Ansor setempat. Bagaimana di kampus Anda? [dutaislam.com/ab]
