![]() |
Ilustrasi teriak ilusi |
Sebelumnya, puisi sindiran Makmun Murod sudah dikuliti dengan puisi jawaban dari M Abdullah Badri serta dibalas dalam bentuk narasi oelh Ahmad Saefudin. Jika Anda belum baca, silakan kunjungi:
1. [Mati Gaya] Nyindir NU Pakai Puisi Khilafah, Ini Bantahan Puisinya Juga
2. Tak Berani Hadapi Banser, Puisi Dibuat Amunisi Kaum Picik Bumi Datar Untuk Berkurangajar
Berikut adalah puisi yang melengkapi dua judul di atas.
Mau Kamu Apa Sih?
Oleh Ismail Amin
Tapi…
Perampok dana haji tidak kau persoalkan
Penilep uang pengadaan Al-Qur'an tidak kau adukan
Pemerkosa santri-santriwati berkedok ustad tidak kau tuntut
Penerima suap padahal presiden partai dakwah tidak kau kecam
Penonton film tidak senonoh di gedung DPR padahal fraksi partai Islam, tidak kau gugat
Politisi PKS yang berzina dengan anak sekolah di dalam mobil tidak kau risaukan
Padahal mereka itulah yang menistakan Islam yang sebenarnya
Lalu mau kamu apa sih?
Gerakan teroris membawa bendera Islam tidak kau lawan
Bendera tauhid dibajak ISIS dan tidak kau persoalkan
Ormas-ormas Islam bermunculan tapi kerjanya mengutuk, mengumpat dan menyebar kebencian, tidak pernah kau hiraukan bahkan kau dukung
Padahal mereka itulah yang merusak citra Islam yang sebenarnya
Lalu mau kamu apa sih?
Kau musuhi China, kau sebut akan merusak Islam, tapi Raja Salman yang kau elu-elukan malah menginvestasi di China 10 kali lipat dari yang diinvestasikan di negaramu, dan kau diam saja
Kau benci komunis, padahal Erdogan sendiri yang kau gadang-gadang sebagai khalifah, malah membangun aliansi dengan Rusia, dan kau bungkam
Kau kecam Densus dan menyebutnya musuh umat Islam, padahal Paduka Salman yang kau sanjung setinggi langit, justru menggelari syuhada bagi anggota Densus yang gugur dalam tugasnya, dan kau tutup mulut
Kau klaim Islammu itu anti kekerasan dan teror, tapi kau puja-puja teroris yang tertembak sebagai syuhada dan mati syahid
Lalu mau kamu apa sih?
Doyan sekali teriak-teriak bela Islam, bela ulama, bela Al-Qur'an tapi ulama-ulama yang tidak sependapat kau musuhi dan kecam sedemikian rupa, terhadap pikiran yang tidak sejalan dengan mudah kau musuhi, pengajian-pengajian kau bubarkan hanya karena bukan pengajian ustad-ustadmu, pada pemikiran Islam yang berbedamu dengan enteng kau cap Syiah, liberal, komunis, sesat dan kafir
Lalu mau kamu apa sih?
Demen sekali koar-koar ingin tegakkan khilafah Islamiyah, ingin dirikan negara Islam, mengapa tidak kau minta raja-raja Arab untuk bersatu dan tegakkan khilafah? mengapa tidak kau tuntut negara-negara Arab lebih dulu pake nama Islam, yang ada malah nama kabilah, satu-satunya di Timur Tengah yang menamakan negaranya Republik Islam dengan bangga hanya Iran, itupun kau nyinyiri dan kafir-kafirkan
Lalu mau kamu apa sih?
Kau selalu merasa paling benar
kau selalu merasa paling Islami
kau selalu merasa paling tahu Al-Qur'an
Kau anggap diluar dirimu tidak paham Islam dan anti Islam
Kau anggap diluar dirimu tidak paham Al-Qur'an dan anti Al-Qur'an
Kau anggap diluar dirimu tidak paham syariat dan anti syariat
Lalu mau kamu apa sih?
(Qom, 30/4/2017)
_____________________________________
"Enyah Kau dari Negeri Ini!"
Oleh Abdur Rahman Hadi
Eh, rupanya nyinyir lagi
Penggemar khilafi yang khilaf, ya akhi
Kau minta kami persoalkan pelaku kriminalisasi
Sepertinya Anda lupa diri
Toh kalian sendiri anti demokrasi
Ko minta kami berbuat dengan produk demokrasi
Kau tanya kami, mau apa sih?
Jawab kami, enyah kau dari negeri ini!
Eh nyinyir lagi
Sepertinya Anda kurang ngopi
Jadi tak tahu TNI dan Polisi sudah beraksi di tanah dani
Kami tahu tupoksi TNI dan Polri
Dan tak senang main hakim sendiri
Tak seperti Anda yang berpura-pura bisu dan tuli
Yang kerap demonstrasi namun lupa diri
Bahkan memprovokasi berbalut syar'i
Teriak PKI di sana sini
Kebakaran jenggot sendiri
Semua bukti tak kau sodori
Sekedar provokasi berbalut ilusi
Eh khilaf, ya akhi
Tuduh sana sini berdalih atas nama hak asasi
Dimintai bukti engkau lari
Lalu nyinyir penuh arti
Rupanya Anda benar-benar lupa diri, ya akhi
Kau pikir bersikap tasamuh dan tawasuth seperti menyeduh kopi
Atau semudah mengkafir-kafiri
Hobi yang begitu kau gemari
Jalan kami adalah rahmatan lil 'alamin
Bukan hanya rahmatan lil muslimin
Tak mungkin ukhuwah islamiyah kami jalani
Tanpa ukhuwah basyariyah dan wathaniyah mengiringi
Karena kami sadar hidup di NKRI bukan negeri khilafi yang penuh ilusi
Belum jelaskah sikap kami hingga kau tanyai
Tak sudi kami jika ada negeri ilusi dalam NKRI
Eling toh, akhi
Jelas-jelas Anda tak sepaham dengan NKRI
Jadi kami tak tinggal diam tanpa aksi
FPI jelas kami awasi karna kami tak ingin dikhianati
Lebih lagi PKS yang bersembunyi dalam bingkai demokrasi
Ingat duhai akhi-akhi
Kami tak sudi ada khilafi di negeri ini!
Maka enyahlah dan pergi jangan kembali!
Tak pernah kami merasa paling NKRI
Paling Pancasilais, paling Bhineka atau palling Indonesiawi
Itu hanyalah tuduhanmu yang tak suka kami beraksi
Sikap putra-putri pertiwi yang menjaga dan memelihara pertiwi ini
Menjaga dari daganganmu yang tak pernah terbukti
Baik naqli ataupun aqli
Atau rongrongan mereka yang bersembunyi
Dalam bingkai-bingkai demokrasi
Lalu pantaskah kau mempertanyakan kami
Bukankah kami pantas untuk beraksi
Menjaga NKRI dari rongronganmu hai khilafi
Menjaga NKRI dari kroco-krocomu yang bersembunyi
Yang tak berani membuka diri
Maka inilah mau kami
Enyahlah kau dari negeri ini
Pergi dan jangan pernah kembali
30/4/2017
Redakdsi Dutaislam.com hanya memuat tanpa memesan kedua puisi dan narasi di atas untuk membantah Makmun Murod yang sepertinya sudah tidak punya cara taktis untuk melunturkan legitimasi Banser menjaga persatuan dan keutuhan NKRI. [dutaislam.com/ab]
