Menyamakan Hizbut Tahir dengan NU Itu Asumsi Bodong
Cari Berita

Advertisement

Menyamakan Hizbut Tahir dengan NU Itu Asumsi Bodong

Kamis, 18 Mei 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh Masruhan Samsurie.   

DutaIslam.Com - Menyamakan NU dg HT (Hizbut Tahrir) sebagaimana disampaikan oleh Chaerul Anam dari Undip, yang kini tengah menempuh program doktor fisika di ITB dan menguasai banyak "kitab kuning", tidak sepenuhnya benar bahkan bisa menyesatkan. 

Kesamaan itu mungkin ada pada kaifiyah shalat, puasa, menghormati Nabi dan sahabat, menghornati tamu, cara makan, cara menggauli istri dan berbagai ubudiyah dan ahlak lainnya, tapi jelas bertentangan secara nyata dalam pandangannya soal siyasah (berbangsa, bernegara, berpemerintahan). 

NU sudah tegas mengakui Indonesia yang berdasarkan Pancasila, sementara HT menolak Pancasila. NU memandang pentingnya nasionalisme (hubbul wathon) dan HT sebagai gerakan trans-nasional menolak batas negara. NU mendukung sistem demokrasi dan HT menolaknya dengan khilafah, dan masih banyak lagi kontradiksi keduanya. 

Jika HT menilai Pancasila dinilai gagal dijadikan dasar negara karena faktanya yang terjadi justru banyak praktik-praktik yang justru anti-Pancasila, bahkan berbeda antara satu rezim dengan rezim lainnya sepanjang pemerintahan negara ini, jawabannya bukan pada Pancasilanya, tp karena bangsa ini sedang "belajar  menjadi" Pancasilais. 

Memakai konsep dan sistem apapun dalam kehidupan berbangsa, tetap akan menghadapi banyak hambatan, karena negara ini terdiri dari sekian ratus suku, bahasa, budaya dan sebagainya yang memang membutuhkan waktu untuk menjadi bangsa yang benar-benar besar dan jaya, baldatun toyyibatun wa robbun ghofur

Jadi HT cukup untuk bermimpi saja menerapkan khilafah, karena toh dinegara asalnya Palestina, Syeh Taqiyyuddin an Nabhani sebagai pendirinya, HT tidak laku, demikian juga di negara-negara Timur Tengah lainnya. 

Mestinya di negara-negara Arab, HT bisa harusnya diterima dan laris manis karena memang punya modal sejarah dan budaya yang dibutuhkan untuk berdirinya siatem khilafah. Tapi kenapa ditolak? Apalagi di Indonesia yang dalam banyak aspek tidak sama dengan negara Arab. 

HTI tidak sekedar tidak laris, tapi justru mendapat perlawanan yang kuat dari mayoritas umat Islam Indonesia. Memang saya akui banyak kekurangannya dengan pemerintahan kita, seperti masih belum tegaknya keadilan, kesenjangan ekonomi, kebodohan, korupsi dimana-mana dan sejumlah persoalan sosial lainnya. 

Jika ini tidak segera ditanggulangi jangan harap HT bisa hilang sampai akar-akarnya. Demikian juga dengan paham-paham import yang bertentangan dengan Pancasila macam komunisme dan liberalisme. Wallahu'alam bishahawab. [dutaislam.com/ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB