Makam Habib Ali Kwitang |
DutaIslam.Com - Pagi kemarin (31/03/2017), serombongan lelaki mencegatku sepulang ziarah dari Habib Ali Kwitang. Mereka bertanya tentang makam Habib Cikini. Dengan senang hati aku memandu mereka ke belakang Taman Ismail Marzuki.
Tiba di makbarah Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi, aku langsung menuju pesarean beliau. Sempat terbersit rasa 'geer' karena telah mengantar mereka berziarah.
Namun, hingga tuntas tawassulku, rombongan dari Cianjur ini tak kunjung menghampir 'sahibul makbaroh'. Mereka berbincang di mihrab masjid. Tak jauh dari mihrab, ada makam kakek dari Habib Ali Kwitang, bersama istri dan anaknya.
Tak lama kemudian, seorang penjaga masjid menegur mereka. "Jika kalian tak berziarah, jangan ganggu yang lain. Ngobrolnya di luar saja," kata si penjaga makam yang merangkap manajer parkir setempat.
Penasaran, aku menghampiri mereka. Bertanya asal-usul dan tujuan mereka meminta di antar ke makam tersebut. "Kami dari Cianjur, bawa tiga mobil rombongan, ke sini hendak menginap untuk persiapan demo besok," ujar seorang pemuda berpeci putih, dengan celana pantalon di atas matakaki.
Rombongan ini kemudian membuka perbekalan dan makan-makan di pelataran masjid. Sementara sang penjaga makam menyiapkan ruang buat mereka menginap.
Rombongan ini kemudian membuka perbekalan dan makan-makan di pelataran masjid. Sementara sang penjaga makam menyiapkan ruang buat mereka menginap.
Menurut dia, sejak demo 212, banyak demonstran yang menginap di sana. Sebagian ada yang memang berziarah, sebagian lain hanya numpang rehat. "Tadi mereka ribut di dekat makam. Maka saya tegur. Ziarah kagak, malah ganggu yang laen," ujarnya.
Di sana aku sadar, bahwa pertemuan awal kami, bukan saat berziarah. Ya mereka rupanya tersesat di Kwitang, bukan sedang berziarah di Habib Ali Kwitang.
Pantas saja, beberapa jam sebelumnya, ada segerombolan remaja yang masuk ke masjid Kwitang, langsung menuju toilet, lalu hengkang tanpa ziarah atau solat tahiyatul masjid di sana. [dutaislam.com/ab]