[Kebencian Thoghut] Sowan ke Dedengkot HTI, Tiga Jam Wawancara Tak Disuguhi Apapun
Cari Berita

Advertisement

[Kebencian Thoghut] Sowan ke Dedengkot HTI, Tiga Jam Wawancara Tak Disuguhi Apapun

Sabtu, 08 April 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
hizbut tahrir komunis gaya baru

DutaIslam.Com - Saya sebenarnya tidak ingin menulis ini. Sudah enam tahun lebih saya pendam karena saya anggap sebagai aib. Tetapi mengingat HTI terus menerus mengampanyekan kebencian kepada negara ini dan mengobarkan permusuhaan kepada warga bangsa yang bukan kelompoknya, terpaksa saya ungkap apa yang saya tutupi selama enam tahun ini.

Suatu siang di tahun 2011 saya mengirim SMS ke ketua HTI Jateng, Abdullah. saya meminta ijin wawancara untuk media saya. Saya pun dipersilakan datang ke rumahnya di Banyumanik Semarang. 

Saya datang sekitar jam 12.30. Abdullah antusias sekali saya wawancarai. Karena temanya tentang apa dan bagaimana HTI, dia pun semangat sekali menjawab pertanyaan saya dan mengatakan apa saja tentang HTI. Dia banggga sekali dan sangat bombong organisasinya mau dimuat di media.

Seraya mengoceh segala hal tentang HTI, Abdullah sesekali membuka buku dan menunjukkan beberapa pustaka kepada saya. Di ruang tamu rumahnya yang serba lesehan, saya pun terus mendengar semburan kata katanya yang amat bombastis.

Berjam jam wawancara berjalan, istrinya hanya mondar mandir saja, tidak nimbrung ikut bicara, tidak pula sekedar menyapa saya. Sampai waktu Ashar tiba, saya pun diajak berjamaah di masjid dekat rumahnya. Lalu kembali ke rumahnya dan dia masih terus cerita apa saja begitu senangnya. Meski sudah habis materi wawancara saya dan sudah tidak ada pertanyaan dari saya.

Sebagai jurnalis saya tidah boleh menyanggah atau membantah. Saya hanya berhak bertanya. Jadi saya harus memerankan diri sebagai orang bodoh yang tidak tahu apa apa, dan narasumber harus dibuat merasa sebagai orang yang sangat penting dan sangat berilmu.


Tak terasa sudah sore saya bersikap profesional dengan menahan diri mendengar segala celotehan tentang dirinya, keluarganya dan organisasinya. Saya kuatkan batin saya dengan menyetel pikiran agar mengendalikan telinga supaya tidak panas. Sebab sering terlontar dari mulut si Abdullah ini, kritiik bahkan hujatan kepada Pancasila, republik Indonesia, demokrasi adalah buruk, pemerintah adalah thoghut, dsb.

Walau saya jelas bersikap standar profesi saya, tetap saja saya diidentifikasi sebagai bukan pendukung HTI, maka masuk dalam golongan yang dibenci. Sehingga meski tiga jam saya berada di rumahnya, saya tidak diberi suguhan apapun. Sekedar air putih pun tidak.

Saya tidak tahu standar moral yang bagaimana yang diterapkan HTI kepada tamu. Namun yang pasti, saya telah membuktikan sendiri bagaimana ketua HTI tingkat propinsi memperlakukan tamu. Entah apa pelajaran akhlak yang diterima mereka, yang jelas itu adalah pengalaman satu satunya seumur hidup saya, bertamu di rumah orang sampai lebih dari tiga jam namun tidak disuguhi apa-apa.

Bukan saya berharap disuguhi, namun saya sampai sekarang tidak mengerti mengapa ada tuan rumah yang begitu hebat caranya menerima seorang tamu. Padahal saya pernah datang di rumah orang kapir yang paling bejat sekalipun, dan saya datang untuk menagih utang, si tuan rumah bersikap ramah dan menyuguhi saya.

Jadi, jika Anda punya hubungan dengan orang orang HTI, tolong tanyakan, apa yang diajarkan pemimpin mereka di tingkat pusat terhadap pemimpinnya di tingkat propinsi, dan ke bawahnya lagi.
Yuk, ngopi dan kelon saja Kak Emma. [dutaislam.com/ichwan]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB