Innalillahi, KH Hasyim Muzadi Wafat, Ini Pesan Kiai Sang Penengah Itu
Cari Berita

Advertisement

Innalillahi, KH Hasyim Muzadi Wafat, Ini Pesan Kiai Sang Penengah Itu

Kamis, 16 Maret 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Innalillahi wainna ilaihi roojiuun. Kamis (16/03/2017) pagi ini sekitar pukul 06:00 WIB, KH Ahmad Hasyim Muzadi dikabarkan meninggal dunia di kediamanya Jl. Jengger Ayam Malang, Jawa Timur. Sesuai wasiat, beliau akan dimakamkan di pesantren Al Hikam Jl. H. Amat Kel. Kukusan Rt. 06/01 Kec. Beji Kota Depok, Jawa Barat.

Kabar yang diterima Dutaislam.com, Presiden Joko Widodo dan Menteri BUMN mengirimkan pesawat untuk membawa Jenazah Ketua Umum PBNU dua periode (1999-2010) itu langsung ke Depok, Jawa Barat.

Jenazah berangkat dari Malang sekitar pukul 13.00 dengan perjalanan sekitar 1,5 jam dan perkiraan sampai di Bandara Halim Perdana Kusuma pada pukul 14.30 WIB, kemudian menuju Depok, 45 menit perjalanan darat.

Jenazah diperkirakan akan tiba di masjid PP Al-Hikam Depok sekitar pukul 15.30 WIB dan langsung dishalatkan untuk kemudian dimakamkan di maqbarah khusus keluarga komplek PP Al-Hikam Depok. Wakil Presiden Jusuf Kalla (RI-2) akan memimpin upacara pemakaman.

Sebelumnya, KH Hasyim Muzadi dikabarkan oleh pihak rumah sakit sudah membaik dan dalam kondisi pemulihan yang cukup, sebagaimana diberitakan Dutaislam.com, Alhamdulillah Kondisi KH Hasyim Muzadi Berangsur Membaik

Salah satu jasa KH Hasyim Muzadi terhadap NU adalah keberhasilannya menata dan membangun NU dari "jama'ah" (komunitas) ke "jam'iyyah" (organisasi). Hal yang membedakannya dari Gus Dur, yang lebih menitikberatkan "jama'ah" daripada "jam'iyyah".

Pasca-Kiai Hasyim, para intelektual Nahdliyin tak lagi cukup memaknai "jama'ah" dalam pengertian lama, sebagai komunitas. Kita perlu melangkah lebih jauh: "jama'ah" sebagai massa, yang kritis, memiliki kesadaran politis, massa yang memiliki daya-tanding menghadapi kekuasaan dan modal, karena inilah tantangan NU di era neoliberalisme.

Jasa Kiai Hasyim Muzadi adalah membuka jalan bagi NU untuk menjadi organisasi "modern" yang tertib administrasi dan memiliki basis organisatoris. Beliau memberi jalan bagi "jama'ah" agar punya wadah dengan "jam'iyyah".

Pasca Kiai Hasyim, warga NU harus memastikan bahwa "jam'iyyah" ini benar-benar menjadi alat bagi kepentingan "jama'ah". Bahwa organisasi ini menjadi sarana bagi pengorganisasian massa kritis yang politis terhadap kekuasaan dan modal. Bukan sebaliknya, dibajak oleh kekuasaan dan modal, sehingga "jama'ah" menjadi massa mengambang yang ditiup kesana-kemari.

Banyak ungkapan bela sungkawa yang datang atas kepergian KH Hasyim Muzadi yang sering menjadi penengah dalam situsasi konflik dan penuh kerumitan itu. Antara lain diungkapkan oleh Yudi Latif dalam bait puisinya: 

Pulanglah, kyai, pulang!
Kita hanyalah anak-anak sang waktu yang mengalir dari titik ke titik persinggahan sementara
Waktu dan ruang bukanlah keabadian.
Sekadar labirin tanda tanya
setiap ujung jeda dan pintunya selalu sisakan misteri.
Namun setiap jejak tidaklah sia-sia
Seperti samudera bermula dari tetes.
Setiap kata yang engkau sapakan pulihkan harapan pada kecemasan.
Setiap senyum yang engkau sunggingkan tebarkan gairah pada keputusasaan.
Setiap dharma yang engkau sumbangkan bangkitkan daya pada kelembaman. 
Jalan pengembaraan ini telah kau tempuh sepanjang waktu. Saatnya pulang istirah. Dalam mati, engkau abadi.

(Yudi Latif, Makrifat Pagi)

Dalam sebuah pengajian pada 19 Mei 2016. Kiai Hasyim Muzadi pernah berpesan begini: 

Anak-anakku, kamu harus sadar, Rasullulah yang sehebat itu membawa kebenaran yang sudah dijamin saja bukan berarti lolos dari himpitan dan cobaan yang membuat perjuangan itu menjadi sulit, karena kesulitan itu sudah inheren (melekat erat) dengan Sunatullah.

Kita boleh berdo’a minta kelonggaran tetapi tidak bisa memintan kesulitan itu dihilangkan, karena justru masalah dan kesulitan itulah yang membuat kita dewasa. Kamu akan besar dengan segala kesulitan, bukan besar dengan segala kesenangan. Kesenangan berada pada sela-sela kesulitan, dan keindahan akan ditampakkan oleh Allah disaat kamu menderita. 

Jenazah KH Hasyim Muzadi 
KH Hasyim Muzadi, setahun lalu, di Pesantren Al-Hikam pernah berpesan begini:

"Saya lahir di dunia ini tidak membawa apa-apa, begitu pula ketika saya meninggal, saya tidak akan membawa apapun. Pesantren sudah saya wakafkan, harta sudah saya berikan kepada anak-anak saya. Saya hanya punya tanah (2x1 Meter) di samping Asrama Putra untuk dikebumikan nanti. Saya titip Pesantren (Al-Hikam) ini, rawat dengan baik dan jaga, karena pesantren adalah ruh Agama, Bangsa, dan Negara. Semoga Allah meridhoi kita semua". 

Soal khittah NU, KH Hasyim Muzadi, benar-benar mewanti wanti adalah. Keruwetan yang dihadapi NU, warga NU itu karena tidak pada posisi ini.

Dulu, kata Sururi Arrumbani, saat aktif di IPNU, KH Hasyim pernah bilang begini, "saya ditawari untuk nyaleg PKB, yang barusaja berdiri. hitungan matematis bisa lolos karena saya punya kader di dua kecamatan. Waktu itu saya jawab, sudah sampean saja yang urus partai, saya tetap urus IPNU".

"Tapi beberapa tahun kemudian saya aktif di partai, dan saya tidak ngurusi NU. Kemudian saya mundur dari partai, saya dipanggil untuk ngurusi NU."

Sebab salah satu kunci menjalankan khittah adalah jangan bawa kalkulator bersamaan bawa tasbih.

Selamat jalan kiai, kami akan mengingat pesan-pesan dan jasamu. Alfatihah! [dutaislam.com/ab]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB