Kesederhanaan: Ketika Ban Mobil Bocor di Tol, Ini yang Dilakukan Kiai Said
Cari Berita

Advertisement

Kesederhanaan: Ketika Ban Mobil Bocor di Tol, Ini yang Dilakukan Kiai Said

Senin, 27 Februari 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Saat Kiai Said rela naik Taksi karena ban mobilnya bocor di Tol
DutaIslam.Com - Ini adalah kisah Kiai Kiai Said yang pada suatu hari di tengah Jalan Tol sepulang dari Surabaya harus istirahat agar tidak merepotkan orang lain.

Driver: "Wah Bocor nih kayaknya vidz"

Aku: "Minggir dulu mang, ganti ban"

Kiai: "Ada apa vidz"

Aku: "Maaf kiai, ban bocor, kiranya berkenan menunggu"

Kiai: "Oh ya," sembari memejamkan mata kembali untuk istirahat di dalam mobil.

Satu jam kemudian, keringat sudah mengucur, terik matahari makin menyengat, lalu lintas makin padat, bahkan sudah dua mobil patroli menawarkan bantuan, alat-alat sudah dicoba semua.

Driver: "Wah,,, kuncinya slek vidz, terlalu kecil, bautnya ada yang beda satu nih, gimana, harus panggil bengkel resmi?"

Aku: "Saya tawarkan dulu ke kiai ya, apa mau menunggu atau dijemput driver lainnya".

Aku: "Maaf kiai, ban tidak bisa dibuka, harus dipanggilkan bengkel resmi, berkenan kiai untuk saya panggil driver supaya jemput disini".

Kiai: "Tidak perlu, panggil bengkel saja, kita keluar tol terdekat dulu dan cari tempat yang rindang".

Aku: "Baik Kiai, laksanakan"

Sembari membereskan semua alat-alat.

Aku: "Mang, panggil bengkel resmi dan kita keluar tol dulu cari tempat yang rindang, ketemu bengkel di sana".

Driver: "Oke"

Keluarlah kami dari tol dengan kondisi ban bocor, tempat rindang tidak ditemukan, pintu tol merayap karena jam makan siang. Akhirnya kita berhenti di depan Minimarket arah jalan Antasari (bukan antasari Azhar lo yah).

Kiai: "Bagaimana vidz, bengkelnya sudah arah ke sini belum?"

Aku: "Belum Kiai, kena macet, berkenan untuk dijemput saja kiai daripada menunggu lama di sini kurang kondusif?"

Kiai: "Tidak perlu, kita tunggu saja di sini, belikan air minum saja, kopi atau air mineral".

Aku segera bergegas masuk ke Minimarket sembari melirik Kiai yang perlahan menuju tempat duduk kusam tempat bapak-bapak tukang parkir berjaga. Aku menghampiri kiai yang sudah duduk ditemani juru parkir. Terlihat keringat sudah bercucuran pertanda ia kepanasan. Akhirnya.

Kiai: "Vidz, kamu tunggu di sini saja, saya pulang dulu naik Taksi ya. Kita jalan ke seberang sana supaya Taksi tidak memutar balik, kasihan macet. Oh iya, jangan lupa, pak juru parkir dikasih rokok sebungkus dan minuman ya, ayo ke sana".

Aku: "Baik kiai, mari", sembari menggandeng tangan beliau menyeberang jalan, sambil tak peduli banyak sekali pengguna jalan yang "heran" dengan wajah familiar Kiai Said. (Maklum waktu itu masih hangat-hangatnya demo yang oleh beliau dilarang)

Tiba-tiba, sreeeetttt, sebuah mobil Harier ber-Plat Lemhannas berhenti. Muncul kemudian seorang kiai jendela mobil, "Kiai, kok jalan kaki, saya antar saja kiai ke rumah".

Tanpa bicara, kiai cuma mengatupkan kedua telapak tangan ke dada, pertanda maaf tidak perlu. Akhirnya, setelah lama menunggu Taksi datang, tergopoh driver Taksi akan membukakan pintu, tapi saya tahan.

Di tengah kesibukan sebagai Ketua Umum PBNU, akhirnya, Kiai Said tetap sudi naik Taksi tanpa harus merepotkan bengkel panggilan serta driver lain. Panjang umur dan barokah, nggeh kiai! [dutaislam.com/ ab]

Kisah di atas dituturkan oleh Hafidz Ismail,
asisten KH Said Aqil Siroj

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB