Aksi NKRI Bersyariah Itu Politis, Ingin Berkuasa Tapi Menjual Agama
Cari Berita

Advertisement

Aksi NKRI Bersyariah Itu Politis, Ingin Berkuasa Tapi Menjual Agama

Jumat, 10 Februari 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
KH Husein Muhammad, Cirebon
DutaIslam.Com - "Aksi NKRI bersyariah itu politis, ingin berkuasa menjual nama Agama". Kutipan keras itu disampaikan tokoh utama pendiri Fahmina Institue, KH Husein Muhammad usai pengajian rutin Kamisan yang digelar Kamis (09/02/2017) lalu di Jalan Swasembada, Kota Cirebon.

Melalui pintu Pilgub DKI Jakarta tahun 2017 ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memang saat ini sedang dikoyak. Agama dijadikan alat oleh kelompok radikal untuk mempengaruhi masyarakat awam demi cita-cita khilafah islamiyah atau NKRI bersyariah untuk makar mengganti dasar negara Pancasila dalam sistem demokrasi, yang kini sedang menuju ke arah pendewasaan.

Kini kelompok tersebut akan menghelat aksi besar-besaran pada Sabtu (11/02/2017) esok, setelah sebelumnya digelar aksi yang diberi tajuk 411 dan 212. Bukan hanya pemerintah di seluruh penjuru negeri, para ulama pun akhirnya bersatu dalam biduk kebersamaan menjaga Pancasila, konsensus atau kesepakatan bersama hidup berbangsa dan bernegara.

Demikian pula dengan KH Husein Muhammad, ia merasa risau dengan kondisi bangsa saat ini yang terlalu agresif dirongrong kelompok yang mengatasnamakan dirinya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF)-MUI itu.

Dengan tegas pria yang pernah mengenyam ilmu agama di Al-Azhar, Kairo, Mesir itu menjelaskan secara apik, bagaimana misi yang diemban kelompok tersebut dipastikan bukan atas nama bela agama yang kerap didengung-dengungkannya selama ini.

"Bukan atas nama agama, itu ingin merebut kekuasaan dengan cara apapun," tegas pria yang akrab disapa Buya Husein itu.

Muhammad Abduh, menurut Pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid Kabupaten Cirebon ini, telah menegaskan dua hal bahwa sejak zaman dahulu kala pasca Rasulullah Muhammad SAW wafat, muncul Syiah, Khawarij dan kelompok lainnya. "Itu bukan karena persoalan agama, akan tetapi tafsir agama digunakan untuk berkuasa," terangnya

“Kemudian teks Al-Qur’an dan Hadist itu memiliki interpretasi macam-macam karena tidak ada otoritas tunggal dalam menetapkan maknanya. Itu pasca Nabi yang mulia wafat,” imbung buya Husein.

Problem utamanya adalah kelompok tersebut menggunakan masyarakat awam yang kebanyakan tentunya tidak mengerti tafsir teks Al-Qur’an untuk diajak seolah-olah aksinya adalah perintah agama.

"Pertanyaannya, agama yang mana, bukankah agama mengajarkan kita berbuat adil, tidak menebarkan fitnah, lemah lembut, kasih sayang kepada seluruh alam," bebernya.

"Sekarang pertanyaan sederhananya begini, apakah Islam memusuhi orang, menghancurkan manusia yang lain dan berbuat dzalim, tentu tidak. Untuk itu marilah menyampaikan kepada masyarakat meskipun ada teks dalam Al-Qurán, tapi diajarkan membunuh sesamanya itu bukan islami namanya, harus lihat konteknya dulu dalam segala sesuatu," lanjutnya. [dutaislam.com/ ab]

Source: perisainusantara.com

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB