Menuduh Memuji Nabi Berlebihan, Itu Justru Berlebihan (Ghuluw)
Cari Berita

Advertisement

Menuduh Memuji Nabi Berlebihan, Itu Justru Berlebihan (Ghuluw)

Selasa, 03 Januari 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
jangan berlebihan dalam segala hal

DutaIslam.Com - "Al-Masajid" adalah bab yang kami baca dari kitab Bulughul Maraam di Masjid Al-Akbar Surabaya. Satu persatu hadis saya jelaskan, termasuk hadis Sayidina Hassan bin Tsabit yang melantunkan syair di masjid pada masa Sayidina Umar. Saya juga menjelaskan kegemaran Nabi membaca syair, dan Nabi juga berkenan membalas syair dari para Sahabat (HR Bukhari dan Muslim)

Kemudian ada jamaah yang sangat rajin dan aktif mengikuti kajian, beliau bertanya, "ada banyak kitab syair memuat pujian kepada Rasulullah, seperti Diba' dan Barzanji, yang isinya memuji Nabi berlebihan (ghuluw). Apa benar demikian?" Tanya bapak yang rambutnya banyak memancar kilau perak ini.

Saya mencoba menjawab dengan sebuah hadits tentang Sahabat yang berlebihan memuji Nabi dan beliau menegurnya:

ﻗﺎﻟﺖ اﻟﺮﺑﻴﻊ ﺑﻨﺖ ﻣﻌﻮﺫ، : ﺩﺧﻞ ﻋﻠﻲ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻏﺪاﺓ ﺑﻨﻲ ﻋﻠﻲ، ﻓﺠﻠﺲ ﻋﻠﻰ ﻓﺮاﺷﻲ ﻛﻤﺠﻠﺴﻚ ﻣﻨﻲ، ﻭﺟﻮﻳﺮﻳﺎﺕ ﻳﻀﺮﺑﻦ ﺑﺎﻟﺪﻑ، ﻳﻨﺪﺑﻦ ﻣﻦ ﻗﺘﻞ ﻣﻦ ﺁﺑﺎﺋﻬﻦ ﻳﻮﻡ ﺑﺪﺭ، ﺣﺘﻰ ﻗﺎﻟﺖ ﺟﺎﺭﻳﺔ: ﻭﻓﻴﻨﺎ ﻧﺒﻲ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﺎ ﻓﻲ ﻏﺪ. ﻓﻘﺎﻝ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «ﻻ ﺗﻘﻮﻟﻲ ﻫﻜﺬا ﻭﻗﻮﻟﻲ ﻣﺎ ﻛﻨﺖ ﺗﻘﻮﻟﻴﻦ»


Artinya: Rabi' binti Muawwidz berkata: "Nabi datang saat pernikahanku di pagi hari, beliau duduk di tempatku seperti dudukmu di dekatku. Wanita-wanita kecil menabuh terbang, mereka memuji bapak-bapak mereka yang gugur saat perang Badar. Sampai ada wanita yang berkata: "Ada Nabi di antara kita yang mengetahui apa yang terjadi esok". Nabi bersabda: "Jangan kamu katakan seperti itu. Katakanlah seperti engkau ucapkan" (HR Al-Bukhari)

Dalam hadits yang seakan melarang memuji Nabi ini, Nabi tidak berkenan jika dipuji mengetahui hal ghaib yang belum terjadi. Meski terkadang Nabi diberi tahu melalui wahyu apa yang akan terjadi, seperti hadist tentang kemunculan seorang Tabi'in terbaik bernama Uwais Al-Qarni (HR Muslim)

Ketika kita memuji dengan kata-kata pujian kepada Rasulullah, tidak sampai menjadikan beliau sebagai Tuhan. Pujian kita kepada Nabi masih dalam koridor pujian Allah kepada Rasulullah yang terdapat dalam ayat berikut yang artinya:

"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, ia amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At-Tawbah: 128)

Bahkan seorang Sahabat Amr bin 'Ash yang tak sanggup mengurai sifat Nabi dalam barisan kata-kata:

ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻲ ﻣﻦ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻻ ﺃﺟﻞ ﻓﻲ ﻋﻴﻨﻲ ﻣﻨﻪ، ﻭﻣﺎ ﻛﻨﺖ ﺃﻃﻴﻖ ﺃﻥ ﺃﻣﻸ ﻋﻴﻨﻲ ﻣﻨﻪ ﺇﺟﻼﻻ ﻟﻪ، ﻭﻟﻮ ﺳﺌﻠﺖ ﺃﻥ ﺃﺻﻔﻪ ﻣﺎ ﺃﻃﻘﺖ؛ ﻷﻧﻲ ﻟﻢ ﺃﻛﻦ ﺃﻣﻸ ﻋﻴﻨﻲ ﻣﻨﻪ

Artinya: "Tak ada seorang pun yang aku cintai dibanding Rasulullah dan tidak ada yang lebih agung di mataku. Aku tak mampu memenuhi mataku dari beliau, karena keagungannya. Jika aku ditanya tentang sifat beliau, maka aku tak berdaya. Sebab aku tak mampu memenuhi pandanganku dari beliau" (HR Muslim)

Hampir semua kitab-kitab sejarah, kepribadian dan apapun yang menyangkut Baginda Rasulullah, adalah pujian yang tak pernah keluar dari aturan yang dilarang dalam agama kita. [dutaislam.com/ ab]

Ma'ruf Khozin, pemateri kitab Buluughul Maraam
di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB