Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri
Cari Berita

Advertisement

Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri

Sabtu, 28 Januari 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
Wanita adalah tiang negara
Oleh Ahmad Zain Bad

DutaIslam.Com - Setiap manusia pasti mempunyai cita-cita setinggi langit, begitu ketika diajarkan di TK (Taman Kanak-Kanak) dahulu. Ingin serba semuanya mewah dan tercapai, fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah.

Untuk menggapai semua itu tidak semudah tidur dalam mimpi, dan tidak semudah khayalan dan angan-angan. Butuh perjuangan dan doa, butuh pengorbanan dan kegigihahan bak sekuat baja dan selentur samurai jepang.

Wanita adalah tiang negara. Begitu kata pepatah.

المراة عماد البلا د اذا صلحت صلحت البلا د واذا فسدت فسدت البلا د

Artinya: "Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik maka negara akan baik,
dan apabila wanita itu rusak, maka Negara akan rusak pula".

Jika ingin kuat negara ini, maka perkuat pula wanitanya, dengan memperkuat sektor pendidikan dan agamanya. Maka tidaklah heran, jika disebuah negara bagian Asia, ada wanita wanita menjadi pejuang dengan melacurk4n diri demi mengorek informasi dan mengetahui seberapa besar kekuatan musuh.

Dalam sebuah penelitian wanita disebut sebagai yang paling dominan dalam membentuk karakter seorang anak. Sekuat apapun anak, pasti akan takluk kepada ibunya. Dan kesuksesan besar anak paling besar adalah pengaruh dari ibunya, pengaruh dari kekuatan doanya, karena bagaimanapun juga, derajat seorang ibu lebih tinggi tiga tingkat dibanding ayah.

Maka tidaklah heran jika Sayyiduna Umar bin Khattab pernah mengatakan, "jika ada orang sukses maka tanyalah, siapa ibunya dan siapa yang menjadi istrinya?"

Ken Dedes Direbut Ken Arok
Alkisah, pada suatu hari, Tunggul Ametung singgah ke Desa Panawijen, di sana, ia kemudian bertemu dengan Ken Dedes. Parasnya yang ayu dan tubuhnya yang molek membuat Tunggul Ametung terpesona.

Keinginannya untuk memperistri Ken Dedes begitu kuat. Ketika menyatakan keinginannya untuk membawa pulang Ken Dedes, wanita itu keberatan lantaran ayahnya belum pulang dari bertapa. Ken Dedes adalah putri satu-satunya pendeta Buddha aliran Mahayana, Mpu Purwa.

Tunggul Ametung tak kuasa untuk bersabar. Dibawalah paksa Ken Dedes kembali ke Tumapel untuk dinikahi. Ketika Mpu Purwa pulang dan mendapati putri satu-satunya diculik, ia marah besar. Sang pendeta lalu mengutuk, siapa pun yang telah menculik Ken Dedes akan mati terbunuh dengan keris dan tidak akan merasakan kenikmatan hidup.

Tunggul Ametung kembali ke pendopo dan memperkenalkan Ken Dedes sebagai istrinya kepada seluruh penghuni pendopo, termasuk Ken Arok. Kecantikan Ken Dedes juga menarik perhatian Ken Arok, tetapi bukan itu alasan Ken Arok kelak merebut dan memperistri Ken Dedes.

Kisah berlanjut. Ketika Ken Arok membantu Ken Dedes turun dari kereta, kain wanita itu tersingkap. Ken Arok terkesiap melihat pangkal p4h4 Ken Dedes yang bercahaya. Ia lalu bertanya kepada Lohgawe, apa arti dari kejadian tersebut.

Menurut sang pendeta, memperistri wanita dengan ciri-ciri seperti itu akan menjadi penguasa dan memberikan keturunan raja-raja Jawa. Atas dasar itulah kemudian timbul niat jahat Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung.

Ken Arok menikahi Ken Dedes setelah membunuh Tunggul Ametung dengan keris sakti yang dipesannya pada Mpu Gandring. Malam itu, Ken Dedes menyaksikan sendiri bagaimana suaminya dibunuh oleh sang pengawal kepercayaan.

Namun entah karena bujuk rayu Ken Arok atau karena sedari awal Ken Dedes juga memiliki perasaan kepada Ken Arok, wanita itu mengiyakan saat Ken Arok memintanya menjadi istri.

Kisah Ken Arok dan Ken Dedes memang memiliki daya tarik tersendiri. Dan seperti yang diramalkan, Ken Dedes memang melahirkan keturunan yang menjadi raja-raja di Jawa, mulai dari Anusapati, Ranggawuni, dan Kertanegara yang merupakan pembesar di Kerajaan Singosari.

Selain itu, keturunan Ken Dedes juga sampai hingga pada Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit dan Hayam Wuruk. Cerita ini penulis ambil dari situs reidfile.com.

Walhasil dalam memilih istri, kita dianjurkan yang paling utama adalah agamanya, kemudian nasabnya, setelah itu kecantikannya, dan yang terakhir hartanya. Jika bisa memukan semuanya, maka itu adalah nikmat Allah yang teramat agung. Dengan demikian, kita bisa menurunkan anak-anak yang sholeh pula. Sebuah syair bijak mengatakan:

نعم الإله على العباد كثيرة ☆ وأجلها بنجابة الأولاد
Nikmat tuhan yang diberikan begitu banyak # 
dan termasuk paling agungnya nikmat itu mempunyai anak-anak yang hebat.


Pesan Mbah Moen Memilih Istri
Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah renungan inspirasi dari ulama' sepuh Nusantara, Simbah KH Maemon Zubair. Beliau pernah mengatakan, "Nek milih bojo iku sing ora patiyo ngerti dunyo. Mergo sepiro anakmu sholeh, sepiro sholehahe ibune. Sohabat Abbas iku nduwe bojo ora seneng dandan, nganti sohabat Abbas isin nek metu karo bojone. Tapi beliau nduwe anak ngalime poll, rupane Abdulloh bin Abbas," begitu wejangan Mbah Moen.

Mbah Moen melanjutkan, "Sayyidina Husain nduwe bojo anake Rojo Rustam (Rojo Persia). Walaupun asale putri Rojo, sakwise dadi bojone Sayyidina Husain wis ora patiyo seneng dunyo. Mulane nduwe putro Ali Zainal Abidin bin Husain, ngalim-ngalime keturunane Kanjeng Nabi. Kiai-Kiai Sarang ngalim-ngalim koyo ngono, mergo mbah-mbah wedo'e do seneng poso," imbuh pesannya dalam bahasa Jawa.

"Syekh Yasin Al Fadani (ulama' asal padang yang tinggal di Mekah) iku nduwe istri pinter dagang, nduwe putro loro. Sing siji dadi ahli bangunan sijine kerjo neng transportasi. Kabeh anake ora ono sing nerusake dakwahe Syekh Yasin," lanjut dawuh Mbah Moen.

"Neng Al Qur-an نساؤكم حرث لكم. Istri iku ladang kanggo suami. Sepiro apike bibit tapi nek tanahe atau ladange ora apik, ora bakal ngasilno pari apik. Intine iso nduwe anak ngalim, nek istrine ora patiyo ngurusi dunyo lan khidmah poll karo suamine. Nek kowe milih istri pinter dunyo, kowe sing kudu wani tirakat. Nek ora wani tirakat, yo lurune istri sing ahli dzikir, kowene sing mikir dunyo alias kerjo," Mbah Moen mengakhiri dawuh.

Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini, "Ketika kamu memilih istri, carilah wanita yang tidak terlalu tahu akan dunia. Karena keshalihan anakmu bergantung pada seberapa shalihah ibunya. Shahabat Abbas ra. mempunyai istri yang tidak suka berhias, sampai membuatnya malu saat keluar dengan istrinya. Tapi beliau mempunyai anak yang sangat alim, yaitu Abdullah ibnu Abbas,

"Sayyid Husain cucu Rasulullah punya istri dari keturunan Raja Persia. Walaupun berasal dari Putri Raja, setelah menjadi istri Husain menjadi wanita yang tidak mencintai dunia. Maka mempunyai anak Ali Zainal Abidin bin Husain, paling alim dari keturunan Rasulullah Saw. Para kiai dari Sarang Jawa Tengah bisa menjadi alim seperti itu karena nenek-nenek mereka suka berpuasa,

"Syekh Yasin Al Fadani ulama dari Padang yang tinggal di Makkah mempunyai istri yang pandai berdagang, dan punya dua anak. Salah satu anaknya menjadi ahli bangunan dan yang satunya lagi bekerja di bagian transportasi. Kedua anaknya tidak ada yang bisa meneruskan dakwahnya Syekh Yasin,

"Di dalam Al-Qur'an disebutkan dalam sebuah ayat: نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam." (QS. Al Baqarah : 223) Istri itu ladang bagi suami. Seberapa bagusnya bibit ketika tanah atau ladangnya tidak bagus, maka tidak bisa menghasilkan padi (panen) yang bagus pula,

"Intinya, bisa mempunyai anak yang alim ketika istrinya tidak terlalu mengurusi dunia dan sangat taat atau patuh terhadap suaminya. Ketika kamu lebih memilih istri yang mengurusi dunia, maka kamu yang harus berani riyadhoh (berdoa). Jika tidak berani riyadhoh, maka carilah istri yang suka berdzikir dan kamu yang memikirkan dunia atau kerja." [dutaislam.com/ ab]


Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB