![]() |
Sudut ruang tragedi penembakan Sumber foto: mirror.co.uk |
Kejadiannya sangat cepat, penembak sudah berada dalam satu ruangan dengan korban. Namun satu hal yang mencolok dan janggal pada malam itu adalah lolosnya sang penembak hingga ia berhasil membawa senjata api dalam acara yang dihadiri oleh utusan negara lain, sepenting dan sebesar Rusia.
Kejanggalan lain, acara ini direkam dengan baik dalam sudut ruang yang cukup gamblang. Penembak mempunyai waktu cukup untuk menyampaikan pesan dan pesan dalam bahasa Turki. Dan ia sukses dalam proses ini. (Baca: Babak Baru Konflik Suriah di Aleppo)
Melihat kenyataan di atas, hampir tidak mungkin pemerintah Rusia tidak menyalahkan SOP keamanan pihak Turki, dan menuduh sebagai konspirasi dengan bukti rekaman pria berbahasa Turki. Hal ini sepertinya memang sudah direncanakan matang-matang. Setelah kasus Allepo, sudah hampir pasti pemberontak akan kalah di lapangan.
Sepertinya pemrakarsa perang di Suriah memainkan babak baru atas tumbuhnya kebencian global dan mudahnya ber-"jihad selfie", seperti pria mengerikan itu. Ia membunuh tanpa ekpresi takut dan tidak langsung ditembak oleh pihak keamanan, sehingga rekaman penembakan yang bagus tanpa kamera yang bergoyang, membuat "jihad selfie" nya ditonton banyak orang dengan baik, terkenal lalu masuk surga.
Sangat sulit bahwa tragedi pembunuhan itu hanya bertujuan untuk membunuh. Pasalnya, jika hanya membunuh, pria tersebut bisa mengeksekusi korban ketika masih ada di dalam mobil tanpa diketahui. Itu sangat mudah dilakukan mengingat pelaku, sebagaimana ditulis situs mirror.co.uk dan jpost.com, adalah polisi yang ditunjuk sebagai pengawal (bodyguard) calon korban.
Baca: Teriak Takbir, Pria Ini Tembaki Dubes Rusia di Turki
Pesan "jihad selfie" pria tersebut, seperti dilakukan oleh kelompok ISIS di Yete, sangat mudah ditebak, "keamanan negara sangat lemah dan mudah ditembus, tong!". Ini adalah kabar yang membuat kalangan jihadis radikal di dunia lain terus menemukan semangat pemberontakan.
Karena itulah, harus diwaspadai dampak lanjutannya di seluruh dunia. Para "pengantin jihad" kini sudah naik level, tidak hanya segelintir masyarakat berpendidikan rendah yang direkrut, lebih jauh, mereka akan tetap menarget manusia-manusia yang masih bisa dibodohi.
Dutaislam.com berduka untuk Rusia dan Pak Dubesnya. Semoga Presiden Putin tetap bijaksana dalam mengambil langkah. Tidak membalas dengan perang dan kekerasan juga. Salam damai dan bebas dari hasutan propaganda. [dutaislam.com/ editorial/ wgmn/ ab]
